Pada hari Minggu pagi, 17
November 1912 Kafka tergeletak di ranjangnya di kamar yang tertutup. Ia tak
puas dengan novel berjudul Hilang Tanpa
Jejak, (Verschollene, yang kemudian terbit dengan judul Amerika) yang sedang ia kerjakan. Ia putus asa,
karena draf novelnya dianggap semakin buruk. Pada waktu yang sama, ia pun
mengharapkan surat balasan dari pacarnya, Felice Bauer. Timbullah rasa takut, halusinasi
dan kekacauan jiwa, serta hilangnya semua nalar manusia. Berawal dari gagasan
seperti itu lah, kemudian berkembang menjadi sebuah cerita pendek.
Ia mengirim surat kepada Felice,
”Sayangku, sekarang pukul setengah dua malam, sejauh ini ceritaku masih belum
selesai…“ Tentu saja Felice penasaran ingin membaca cerita pendek baru itu. Kafka
menulis lagi, “Untuk memberikan cerita ini dan kau baca? Apa yang harus kulakukan? Cerita tulis tangan
ini sulit dibaca. Dengan senang jika aku bisa membacakan sendiri kepadamu.
Tetapi aku harus memegangi tanganmu, karena cerita yang kuberi judul Metamorfosis (Die Verwandlung) ini
sedikit menakutkan.”
Pada 24 November 1912 Kafka menulis surat lagi,
”Yang tercinta! Betapa sebuah cerita perkecualian yang menjijikkan. Aku sudah
menulis separuh lebih dan aku istirahat untuk membayangkan dirimu. Pada umumnya
aku bukan tak puas dengan cerita ini, hanya benar-benar menjijikkan. Paling
tidak terhenti dua kali sepuluh jam, supaya kepalaku terisi dan melaju secara
alami seperti badai.”
Awal Desember 1912 ia melaporkan kepada Felice
lagi, ”Menangislah, sayangku, menangislah. Sekarang waktunya untuk menangis.
Pahlawanku baru saja meninggal. Jika kau akan menghiburnya, ia akan mati
dengan tenang dan damai.“
Metamorfosis bukan hanya sekadar fabel, melainkan berisi
kompleksitas tentang kehidupan manusia. Akhirnya cerita itu berhasil
diselesaikan selama 25 hari, tepatnya pada 7 Desember 1912.
Belakangan Kafka menyesali, karena profesi Samsa sedang
melakukan perjalanan bisnis. Dia menyebut, karyanya bukan menggambarkan saat
dalam mimpi, juga tidak menggambarkan pada saat manusia sudah sadar di alam
nyata. Namun karyanya dia bayangkan pada masa “transisi” antara mimpi dan
sadar.
Apa yang menjadi motif Kafka menulis dengan cara senekat itu? Dia ungkapkan pada kawannya Gustav Janouch dalam bukunya Percakapan dengan Kafka (Gespräche mit Kafka), “...binatang dengan kita sebagai manusia itu hubungannya lebih dekat. Inilah terali penjara. Justru hubungan dengan sesama manusia menjauh, sebaliknya hubungan dengan binatang lebih mudah. Setiap manusia hidup dalam penjara. Dia harus paham lingkungannya, sebab itu sekarang banyak orang menulis tentang binatang. Ini sebagai bukti ada semacam kerinduan pada kehidupan yang bebas dan kehidupan di alam. Manusia terlalu banyak mengeluh, sehingga fantasinya perlu pembebasan diri.”
Sementara itu Gustav Janouch membandingkan nama K-A-F-K-A identik dengan S-A-M-S-A.
Apa yang menjadi motif Kafka menulis dengan cara senekat itu? Dia ungkapkan pada kawannya Gustav Janouch dalam bukunya Percakapan dengan Kafka (Gespräche mit Kafka), “...binatang dengan kita sebagai manusia itu hubungannya lebih dekat. Inilah terali penjara. Justru hubungan dengan sesama manusia menjauh, sebaliknya hubungan dengan binatang lebih mudah. Setiap manusia hidup dalam penjara. Dia harus paham lingkungannya, sebab itu sekarang banyak orang menulis tentang binatang. Ini sebagai bukti ada semacam kerinduan pada kehidupan yang bebas dan kehidupan di alam. Manusia terlalu banyak mengeluh, sehingga fantasinya perlu pembebasan diri.”
Sementara itu Gustav Janouch membandingkan nama K-A-F-K-A identik dengan S-A-M-S-A.
Grete, adik perempuan Samsa, identik dengan adik perempuan Kafka bernama Ottla. Kafka sangat mencintai adiknya dan ibunya. Tapi Kafka dalam hidupnya takut dengan ayahnya. Sebab itu pada cerita ini, ketika ayahnya Samsa mendekat kamar yang masih terkunci dari dalam, Samsa ketakutan. Sebaliknya, ketika Grete dan ibunya mendekat, Samsa senang.
Nuansa dibangun dengan konsentrasi
satu arah ke sosok Samsa yang lemah. Lokasi tetap berada di apartemen sendiri. Bahkan
kamar Samsa yang dipakai menulis novelet ini, sama persis dengan kamar Kafka
sendiri, yang terdiri atas tiga pintu.
Kemudian jenis
serangga apa yang paling tepat digambarkan oleh Kafka? Meskipun Kafka pernah
menolak ketika calon sampulnya berupa seekor serangga. Ada dua diksi yang
disebut dalam novelet tersebut. Kafka menyebutkan dalam narasinya sebagai Ungeziefer berarti binatang kecil yang
mengganggu atau menjijikkan, misalnya: kumbang, kecoak, lalat, kutu dan tikus.
Sedang pembantu keluarga Samsa menyebutnya secara spontan sebagai Mistkäfer, yaitu kumbang yang hidup di
rabuk.
Vladimir
Nabokov sengaja membuat sketsa mirip kumbang atau kecoak pada bukunya yang
berjudul Metamorfosis – Franz Kafka dengan sebuah komentar dari
Vladimir Nabokov (Die Verwandlung – Franz Kafka. Mit einem Kommentar von
Vladimir Nabokov). Nabokov menganalisis, bahwa Kafka terpengaruh pandangan
psikoanalisis Freud, atas problem kompleksitas keluarga, utamanya dengan
ayahnya. Lebih lanjut ia sebut, “Siapa melihat sesuatu yang lebih terhadap Metamorfosis dari sekadar sebuah fantasi serangga, saya menganggap sebagai pembaca
yang berhasil.“
Untuk
membantu pemahaman novelet ini, ada baiknya membaca buku yang lain, terutama
berjudul Surat untuk Ayah (Brief an
den Vater). Di buku itu akan terasa sekali, betapa Kafka sangat takut
pada ayahnya.
Metamorfosis ini tercatat sebagai satu-satunya karya Kafka yang paling banyak mendapat sambutan publik. Tak sampai di situ, bahkan banyak penulis dunia terinspirasi oleh novelet ini. Salah satu karya yang diakui meniru berjudul Lompatan Kematian (Salto Mortale) karya Milo Dor, sastrawan Yugoslavia yang tinggal di Jerman. Milo Dor mengisahkan seorang pimpinan redaksi media, di suatu pagi bangun tidur, ruhnya lepas dari tubuhnya. Alhasil roh itu terus berangkat kerja, namun kawan sekantor tak ada yang melihatnya.
Metamorfosis ini tercatat sebagai satu-satunya karya Kafka yang paling banyak mendapat sambutan publik. Tak sampai di situ, bahkan banyak penulis dunia terinspirasi oleh novelet ini. Salah satu karya yang diakui meniru berjudul Lompatan Kematian (Salto Mortale) karya Milo Dor, sastrawan Yugoslavia yang tinggal di Jerman. Milo Dor mengisahkan seorang pimpinan redaksi media, di suatu pagi bangun tidur, ruhnya lepas dari tubuhnya. Alhasil roh itu terus berangkat kerja, namun kawan sekantor tak ada yang melihatnya.
Gabriel Garcia Marquez mengaku saat masih berusia 19 tahun
sudah hafal di luar kepala kalimat pembuka Metamorfosis
yang terkenal itu. Bahkan ia menegaskan kekagumannya, “Ternyata boleh orang
menulis karya sastra seperti novelet ini.“
Lepas dari pengaruh ketenaran Kafka. Saya merasakan, untaian kata per kata hampir tak ada yang sia-sia. Seperti diungkapkan sahabatnya, Max Brod, “Bacalah beberapa kalimat dari karya Kafka, nanti akan ditemukan napas, corak, dan keindahan yang tidak pernah didapatkan pada gaya penulisan orang lain. Kafka selalu bekerja tanpa rencana.“
Lepas dari pengaruh ketenaran Kafka. Saya merasakan, untaian kata per kata hampir tak ada yang sia-sia. Seperti diungkapkan sahabatnya, Max Brod, “Bacalah beberapa kalimat dari karya Kafka, nanti akan ditemukan napas, corak, dan keindahan yang tidak pernah didapatkan pada gaya penulisan orang lain. Kafka selalu bekerja tanpa rencana.“
Metamorfosis
pertama diterbitkan oleh penerbit Kurt Wolff di Leipzig tahun 1915. Pada April
tahun 1917 Kafka menerima sebuah surat dari pembacanya, “Tuan yang terhormat,
Anda telah membuat saya menderita. Saya telah membeli buku Anda Metamorfosis dan saya berikan kepada saudara
sepupu saya. Ia tahu ceritanya, tetapi tidak mampu menjelaskan. Ia berikan
novelet itu kepada ibunya, juga ibunya tak bisa menjelaskan. Karena saya seorang doktor, maka saya disuruh
menerangkan kepada mereka, tetapi saya bingung. Tolong, jelaskan, apa yang
harus saya utarakan kepada saudara sepupu saya. Hormat saya, Dr. Siegfried
Wolff.“
Semoga karya ini bisa menambah
khazanah sastra Indonesia dan sedikit memahami karya Kafka. Selamat membaca.
Zug, Maret 2017
Sigit Susanto