Jumat, 02 September 2016

Sebuah Persilangan





Aku memiliki binatang piaraan pribadi, separuh kucing, separuh anak kambing, binatang itu warisan yang dimiliki ayah. Binatang tersebut berkembang pada masa hidupku. Awalnya binatang itu lebih seperti seekor anak kambing, daripada seekor kucing, akan tetapi sekarang perkembangannya seimbang. Kepala dan cakarnya dari kucing, sedang postur dan besarnya mirip anak kambing.

Kedua matanya sayu dan berkerlap-kerlip. Bulu rambutnya halus dan serasi, gerakannya lebih senang berjingkrak-jingkrak daripada merayap, pada waktu matahari bersinar ia di bilik jendela rebahan melingkar dan mendengkur, kalau di rerumputan ia berjalan dengan gagah dan sulit ditangkap, jika berhadapan dengan kucing, ia kabur, jika bertemu anak kambing ia bangkit, pada waktu rembulan malam tiba ia paling suka berada di rak atap, ia tak bisa berbunyi Meong, di depan tikus pun ia jijik, di dekat kandang ayam ia bisa bersembunyi berjam-jam, ia memang toh tak pernah memanfaatkan kesempatan untuk bunuh diri, aku dekati untuk memberi susu manis, ia mendapatkan susu terbaik, dengan tubuh panjangnya ia mengisap lewat gigi-gigi runcing binatang pemakan daging. Tentu saja binatang itu sebagai tontonan menghebohkan buat anak-anak.

Minggu pagi adalah jam-jam berkunjung, aku taruh binatang itu di pangkuanku, anak-anak tetangga berdiri mengelilingiku. Di situ banyak mencuat pertanyaan-pertanyaan hebat, tak seorang pun mampu menjawabnya. Aku gak pedulikan, aku merasa puas saja tanpa penjelasan selanjutnya, aku jawab semampunya. Kadang-kadang anak-anak membawa kucing, pernah sekali ada yang datang membawa dua ekor anak kambing, tetapi harapan anak-anak itu pupus karena binatangnya tak saling mengenal, binatang-binatang itu matanya saling melotot satu sama yang lain dengan tenang, padahal sebetulnya mereka itu juga makhluk ciptaan Tuhan.

Di pangkuanku binatang itu tak takut juga tak manja, merasa senang saja tergeletak di pangkuan. Ia kan termasuk tumbuh bersama dalam keluarga. Ia sudah krasan, bukan saja tak loyal, melainkan punya sebuah insting seekor binatang yang tajam, yang di bumi ini sudah punya saudara ipar yang tak terhitung jumlahnya, meskipun tak ada satu-satunya yang berhubungan darah, dan oleh sebab itu melindungi binatang ini di tempat kami sangat lah tepat. Kadang aku harus tertawa, kalau dia mengendus-ngendus aku, melilit di antara paha dan benar-benar tak mau pisah dariku. Tak cukup sepertinya, bahwa ia seekor anak kambing dan kucing, inginnya
menjadi seekor anjing lagi. Pemikiran sejenis itu aku bayangkan secara serius. Binatang itu punya dualisme yang tak tenang, baik dari sisi kucing maupun anak kambing, yang memang keduanya saling berbeda jenis. Oleh karena itu bulu rambutnya sangat rapat. Mungkin binatang itu perlu pisau daging untuk membereskannya, tetapi aku harus menolaknya, karena binatang itu sebagai sebuah warisan.



Judul asli: Eine Kreuzung
(Sigit Susanto)

Pengantar Penerjemah: Surat untuk Ayah



 


Lebih dari seratus halaman Surat untuk Ayah (Brief an den Vater) ini ditulis tangan oleh Kafka dan dititipkan ibunya, Julie Löwy Kafka untuk diberikan ayahnya, Hermann Kafka, namun hingga Kafka meninggal dimungkinkan surat itu belum sampai di tangan sang ayah. Surat ini ditulis di sebuah rumah sakit rehabilitasi penyakit tuberkulosis kota Schelesen pada tahun 1919.
Saat itu Kafka berusia 36 tahun, pada puncak kreatifnya yang membara, lima tahun kemudian ia meninggal. Sebuah surat tunggal setebal 61 halaman versi aslinya bahasa Jerman, lebih tebal sedikit daripada novelet Metamorfosis (Die Verwandlung).

Usai menulis surat itu Kafka mengirim surat kepada penerjemahnya sekaligus pacarnya, Milena Jesenskà pada bulan Mei 1920, menjelaskan, “Jika kamu ingin tahu, bagaimana aku dahulu, maka aku kirimkan kepadamu dari Praha sebuah surat mahapanjang, yang aku tulis sekitar setengah tahun silam, tapi belum pernah aku berikan.“ Selanjutnya pada musim panas 1920 Kafka menulis surat lagi kepada Milena, “Besok akan aku kirimkan ke apartemenmu tentang surat ayah itu. Simpan lah dengan baik-baik, mungkin suatu saat aku akan memberikannya. Mohon jangan sampai ada orang lain yang membacanya. Bacalah seluruh sentilan pembelaan itu, ibarat sebuah surat advokasi.“
Secara umum surat protes Kafka kepada ayahnya ini menggambarkan empat situasi, yakni pada masa Kafka masih bocah dan lemah, perlakuan ayahnya yang tak sopan terhadap pembantu, ajaran agama Yahudi khas ayahnya dan batalnya tunangan Kafka. Sesuai latar pendidikannya jurusan hukum, maka Kafka seperti menciptakan sebuah sidang di meja makan. Ia bertindak sebagai penggugat dan sekaligus sebagai advokat, sedang ayahnya selamanya menjadi terdakwa. Kafka memberontak kepada ayahnya tidak dengan bahasa yang berapi-api, justru menggunakan senjata perasaan ketakutan yang mendalam.

Bahasanya sederhana, namun pikiran Kafka yang membelok di tikungan secara tiba-tiba, membuat aku sering tertegun sekaligus tersenyum. Betapa ia merasa lebih kerdil dan rapuh di depan ayahnya yang perkasa. Ia anggap ayahnya sebagai diktator kecil dalam keluarga. Ia mencatat dengan jeli umpatan ayahnya kepada pembantu memakai bahasa kasar dengan menyebut; anjing. Dia dimarahi ayahnya di meja makan dengan umpatan, “Aku robek-robek kamu seperti ikan.“ Di depan ibunya Kafka sering dapat sindiran ayahnya, “Itu anakmu yang manja.“ 

Surat untuk Ayah meskipun hanya sepotong biografi Kafka dengan ayahnya, namun ada kedekatan dengan tiga karya lainnya, yakni Metamorfosis, Penghakiman (Das Urteil) dan Proses (Der Prozess) Barangkali dengan membaca Surat untuk Ayah ini, pembaca akan sedikit membantu memahami novelet Metamorfosis. Beberapa tokoh seperti ayah, ibu, Grete, Samsa, dan pembantu, juga muncul pada Surat untuk Ayah. Bahkan Gustav Janouch dalam bukunya Percakapan dengan Kafka (Gespräche mit Kafka) membandingkan nama K-A-F-K-A dengan S-A-M-S-A. 

Di antara tiga adik perempuan Kafka, Elli, Valli, dan Ottla, hanya Ottla yang paling ia sayangi. Pada Metamorfosis Kafka tulis, … hanya adik perempuannya yang dianggap Gregor masih setia. Pada Surat untuk Ayah, Kafka tulis,… Ottla tak punya hubungan dengan ayah, ia harus mencari jalannya sendiri seperti aku, dan untuk lebih yakin, percaya diri, menjaga kesehatan, tak ceroboh, jika dibandingkan dengan aku, Ottla di matamu lebih jahat dan berkhianat daripada aku.... Ottla ini muncul pada Metamorfosis seperti tokoh Grete, adik perempuan Gregor Samsa. Sedang Hermann Kafka, sang ayah yang tegas, sama tegasnya seperti ayah Samsa. Ada petikan sebagai berikut: Ayah mengetuk pelan pada pintu samping, tapi dengan kepalan.“Gregor, Gregor,“ panggilnya, “ada apa ini?“ Dan sementara waktu ia peringatkan lagi dengan suara yang lebih keras, “Gregor! Gregor!“ Pada pintu sebelah adik perempuannya merasa sedih dan bertanya dengan sopan, “Gregor? Apakah kamu tak enak badan? Perlukah kamu bantuan?“ 

Banyak pengamat menilai Surat untuk Ayah paling mendekati kemiripan dengan cerpen Kafka berjudul Penghakiman. Pada kedua karya tersebut, sang ayah selalu mencela calon pacar. Pada Surat untuk Ayah, Kafka mengeluh atas sindiran ayahnya terhadap pakaian pacarnya Felice Bauer (FB). ”Mungkin dia telah memakai blus yang kamu sukai, seperti yang sudah biasa dipakai oleh perempuan-perempuan Yahudi di Praha dan kemudian tentu saja kamu telah memutuskan untuk kawin dengan dia. Dan kalau bisa secepat mungkin, dalam satu minggu, besok, hari ini. Aku tak mengerti dengan keputusanmu itu.” Bandingkan pada cerpen Penghakiman, tokoh Georg Bendemann yang punya pacar Frieda Brandenfeld (FB) juga disindir oleh ayahnya tentang pakainnya. ”Karena Frieda memakai rok menyingsing ke atas,” sergah ayah sambil nyinyir, ”karena ia memakai rok begitu menyingsing tinggi, itu pertanda gadis urakan.” 

Pada Surat untuk Ayah, sang ayah menasihati Kafka, ”Aku tak paham dengan pikiranmu, kamu toh seorang yang sudah dewasa, hidup di kota, dan kamu tahu tak ada himbauan lain, kawin saja langsung sesuka hati.” Bandingkan dengan novel Proses, temperamen tokoh paman Albert mirip dengan Hermann Kafka. Josef K dipaksa dicarikan pengacara Dr. Huld, sahabat pamannya. Sesampai di rumah pengacara Dr. Huld, Josef K lebih senang mendekam di dapur bersama Leni, si pembantu pengacara. Menjelang pulang, sang paman memarahi Josef K. “Anak muda!” seru Paman, “bagaimana kau bisa melakukan hal seperti itu! Perkaramu sudah berada di jalur yang benar, tapi kau merusaknya sendiri dengan begitu parah. Kau diam-diam pergi dengan makhluk kecil yang nista itu, yang jelas-jelas pacar pengacara, dan menghilang selama berjam-jam.“ 

Pada Surat untuk Ayah ada narasi sebagai berikut, “Bagaikan orang yang akan digantung. Jika benar-benar digantung, orang itu akan mati dan semuanya berlalu. Tapi jika ia harus menyaksikan semua persiapannya sebelum digantung dan baru mengetahui bahwa hukumannya ditangguhkan ketika talinya sudah ada di depan wajahnya, ia mungkin akan menderita seumur hidup karenanya.“ Bandingkan dengan penutup novel Proses ini, “Tapi tangan salah seorang laki-laki itu mencengkeram leher K, sementara laki-laki lainnya menusukkan pisau ke jantungnya, lalu memutarnya dua kali. Dengan pandangan kabur K masih bisa melihat dua laki-laki itu tepat di depan wajahnya, pipi mereka saling menempel, saat mereka memperhatikan momen penghabisan itu. “Seperti seekor anjing!“ seru K, seakan perasaan malunya akan bertahan hidup lebih lama daripada dirinya. 

Martin Walser, sastrawan Jerman dalam sebuah diskusi Gruppe 47 di Jerman tahun 1953 mengatakan, "Kafka adalah figur yang berbahaya." Pengkritik lainnya berkata, "Dari pada membaca karya Kafka, lebih baik aku membaca diri Kafka."
Edwin Muir, penerjemah pertama karya-karya Kafka ke dalam bahasa Inggris nekat tak pedulikan terhadap pembaca yang punya tradisi kuno bahasa anglo-saxon. Ia tetap hadirkan struktur kalimat Kafka yang kompleks dengan sintaksis betumpuk-tumpuk. Perlahan-lahan karya Kafka bisa dipahami pembaca Inggris.

Kita perlu bersyukur kepada Max Brod, sahabat karib Kafka yang mendapat testamen oleh Kafka untuk membakar sebagian karya-karyanya. Brod justru bertindak sebaliknya, menerbitkan karya-karyanya, sehingga kita sekarang bisa menikmatinya. Banyak pembaca berbahasa Jerman sendiri mengakui corak karya Kafka sangat aneh dan rumit.

Bagaimana jadinya kalau dialihbahasakan ke dalam bahasa asing lain, seperti bahasa Indonesia? Di sini lah dilema utama yang aku alami. Meskipun aku menerjemahkan langsung dari bahasa Jerman dan ini bukan karya fiksi, namun tetap saja dihadapkan pada kerumitan yang mendalam.
Atas terbitnya buku ini aku berutang budi kepada Ika Yuliana Kurniasih sebagai editor, yang mengasah kalimat-kalimat ini semakin terang. Terima kasih kepada Niduparas Erlang, yang sempat mengedit awal namun berkali-kali jatuh sakit bahkan sampai masuk rumah sakit dan celakanya hasil editannya hilang di laptopnya. Terima kasih kepada Mas Iman Budhi Santosa dan Komunitas Lereng Medini (KLM) yang mewujudkan naskah ini menjadi buku. Tercatat naskah tipis ini sebelum diedit, sempat ditawarkan kepada tiga penerbit dan ketiganya menolak.

Mungkin memang nasib karya Kafka sejak awal sudah diganjar sial. Ketika naskah-naskah Kafka dikirim ke penerbit, pecah Perang Dunia I dan Kafka tidak menyadari bahwa naskahnya sudah berpindah ke penerbit lain. Kerumitan naskah Kafka untuk dijadikan buku seperti kerumitan hidup Kafka sendiri. 

Semoga buku ini bisa memberikan sedikit sumbangan tentang dunia penulisan Kafka bagi pembaca di tanah air. 
 
Zug: Awal April 2016
Sigit Susanto

Kronik Franz Kafka



1883:


Franz Kafka lahir 3 Juli di Praha. Anak dari pasangan pengusaha Hermann Kafka (1852-1931) dan Julie Löwy (1856-1934). Sesuai dengan tradisi Yahudi, sehingga ia disunat pada usia 7 hari, tepatnya pada 10 Juli.



1885:

Pada bulan September Georg Kafka lahir.



1887:


Pada awal tahun Georg Kafka meninggal dan pada bulan September Heinrich Kafka lahir.



1888:

Pada bulan April Heinrich Kafka meninggal.



1889:


Pada bulan September Kafka masuk Sekolah Dasar di Fleischmarkt. Gabriele Kafka (Elli) lahir. Pada bulan Desember, Jakob Kafka, kakek Kafka dimakamkan.



1890:

Pada bulan September Valerie Kafka (Valli) lahir.



1892:

Pada bulan Oktober Ottilie Kafka (Ottla) lahir.



1893 - 1901:


Kafka belajar di Sekolah Lanjutan Jerman, di Praha dan mulai berkenalan dengan keluarga Oskar Pollak.



1899 - 1900:


Ia membaca karya Spinoza, Darwin, dan Nietzsche, juga mulai berteman dengan Hugo Bergmann.



1899 - 1903:

Ia mulai menulis karya, tapi dimusnahkan sendiri.



1901 - 1906:


Ia belajar pada universitas Karl Ferdinans di Praha dengan mengambil mata kuliah, kimia, sastra Jerman, dan sejarah seni. Pada akhirnya ia memutuskan untuk kuliah pada jurusan hukum.



1902:

Kafka pertama kalinya berkenalan dengan Max Brod.



1903:


Ia menulis sebuah novel perdana berjudul Anak dan Kota (Das Kind und Die Stadt) namun manuskrip tersebut hilang. Pada bulan Juli di usianya yang ke 20 tahun pertama kali Kafka melakukan hubungan seks dengan pegawai toko. Ia menempuh ujian nasional.



1904:


Ia mulai menulis bagian pertama Gambaran Sebuah Perjuangan (Beschreibung eines Kampfes). Ia membaca
buku harian, memoar, surat-surat dari Byron, Grillparzer, Goethe, dan Eckermann. Kafka dalam perjalanannya dengan kereta api pada 27 Januari membaca buku harian Friedrich Hebbel setebal 1800 halaman.



1906:


Pada bulan Juni ia meraih gelar doktor ilmu hukum. Ia mengikuti diskusi reguler di kafe Louvre, yang dikenal dengan Kelompok Louvre, terutama membahas filsafat Franz Brentano. Tak lama ia meninggalkan Kelompok Louvre dan masuk Lingkaran Intelektual Praha yang dipimpin oleh Berta Fanta, seorang ahli apotek perempuan.



1906 - 1907:

Ia melakukan praktik di pengadilan negeri.



1907:

Ia mulai menulis cerpen Persiapan-Persiapan Perkawinan di Desa (Hochzeitsvorbereitungen auf dem Lande)



1907 - 1908:


Ia diterima sebagai karyawan pada perusahaan asuransi Assicurazioni Generali dari Italia yang berkantor cabang di Praha.



1908:


Pada bulan Maret prosa-prosa pendeknya yang tergabung dalam Renungan (Betrachtung) dimuat jurnal dua
bulanan Hyperion. Pada 30 Juli ia berpindah kerja ke asuransi kecelakaan Arbeiter-Unfall-Versicherungs-Anstalt di Praha.



1909:


Awal musim panas ia pertama kali menulis buku harian. Pada bulan September ia melakukan perjalanan dengan Max Brod dan Otto Brod ke Italia utara. Koran Bohemia memuat reportase hasil perjalanannya dengan judul
Pesawat Terbang di Brecia
(Die Aeroplane in Brecia). Pada musim gugur ia melanjutkan tulisan bagian kedua Gambaran Sebuah Perjuangan. Ia membaca Bouvard er Pécuchet karya Gustave Flaubert.




1910:


Pada akhir bulan Maret beberapa prosa pendeknya yang tergabung dalam Renungan dimuat jurnal Bohemia. Pada bulan Oktober, ia bersama Max Brod dan Otto Brod melakukan perjalanan ke Paris.



1911:


Pada musim panas, ia bersama Max Brod melakukan perjalanan ke Switzerland, Italia utara dan Paris. Pada akhir September Kafka melakukan terapi di sanatorium Erlenbach di Zürich, Switzerland. Kafka bertemu dengan
rombongan seniman Jiddish di Praha. Ia membaca Michael Kohlhaas karya Heinrich von Kleist. Ia bertemu Albert
Einstein di rumah Berta Fanta di Praha. Kafka dan Brod berkolaborasi menulis novel berjudul Robert dan Samuel
(Robert und Samuel)



1912:


Pada musim panas ia dengan Max Brod berlibur ke Leipzig dan Weimar. Di Weimar mereka mengunjungi rumah Goethe dan Schiller. Pada perjalanan itu Kafka memisahkan diri dari Brod untuk berobat di sanatorium dengan terapi sistem alam di Stapelberg, Harz. Pada bulan Agustus ia bertemu pertama kali dengan Felice Bauer asal Berlin di rumah Max Brod di Praha. Pada bulan September ia mulai mengirim surat kepada Felice Bauer. Ia menulis cerpen Penghakiman (Das Urteil) di atas kereta api selama 8 jam dari pukul 22.00 hingga pukul 06.00. Ia juga menulis novelet Metamorfosis (Die Verwandlung). Sebuah novel berjudul Hilang Tanpa Bekas (Die
Verschollene) telah mulai dikerjakan. Prosa-prosa lain di bawah judul Renungan diterbitkan oleh penerbit Ernst
Rowohlt, di Leipzig. Pada 15 November ia mengirim novel Education sentimentale karya Flaubert kepada Felice.



1913:


Berkat surat-menyurat antara Kafka dengan Felice Bauer, pada akhir Mei ia menulis sebuah cerpen berjudul
Juru Api, Sebuah Fragmen(Der Heizer, Ein Fragment). Karya tersebut diterbitkan oleh penerbit Kurt Wolff pada buku seri
Der Jüngste TagKetika Kafka menulis novel Hilang Tanpa Bekas, ia menyusupkan cerpen Juru Api ini sebagai pembuka novel pada bab pertama. Belakangan tahun 1927 Max Brod menerbitkan novel itu dengan mengganti judul baru Amerika.
Pada bulan Juni cerpen Penghakiman dimuat jurnal Arkadia. Pada 21
Agustus Kafka menemukan buku Sören Kierkegaard berjudul Buku Hakim (Buch der Richter). Ia anggap buku tersebut sebagai seorang teman. Pada 2 September ia anggap Grillparzer, Dostojewsky, Kleist, dan Flaubert mempunyai satu kesamaan darah. Pada bulan September Kafka melakukan perjalanan ke Wina, Venesia, dan Riva. Pada 30 Oktober Kafka berkenalan dengan Grete Broch, teman dekat Felice Bauer yang sering membantu hubungan antara Kafka dan Felice. Belakangan hubungan Kafka dan Grete sendiri justru menjadi lebih akrab.



1914:


Pada 1 Juni Kafka bertunangan dengan Felice Bauer di Berlin. Sebulan berikutnya, tepatnya pada 12 Juli Kafka melakukan pembatalan tunangan. Pada bulan Juli ia melakukan perjalanan ke Marielyst lewat Lübeck. Pada awal
Agustus Kafka mulai menulis novel Proses (Der Prozess), sementara itu juga menulis cerpen Pada Koloni Hukuman (In der Strafkolonie) Grete melahirkan anak laki-laki, namun hanya berumur 7 tahun (meninggal tahun 1922). Siapa sang ayah yang sebenarnya, tak diketahui, namun Max Brod menduga ayahnya adalah Kafka. Grete
memberi isyarat, bahwa sang ayah adalah yang meninggal pada tahun 1924. Saat Kafka masih hidup tak tahu sama sekali, jika Grete punya anak yang dimungkinkan darinya.



1915:


Pada bulan Januari pertama kalinya Kafka bertemu Felice Bauer setelah peristiwa pembatalan tunangan. Novelet Metamorfosis dimuat pada bulan Oktober oleh media Die Weissen Blätter. Carl Sternheim dari Fontane-Preis memberi penghargaan sebagai bentuk pengakuan atas kualitas karya Kafka.



1916:


Kafka dan Ottla membaca karya Schopenhauer. Ia mulai menjalin hubungan mesra lagi dengan Felice Bauer dan pada bulan Juli liburan bersama ke Marienbad. Pada bulan November penerbit Kurt Wolff menerbitkan cerpen Penghakiman dalam buku seri Der Jüngste Tag. Pada bulan November Kafka mendapatkan rumah sewaan Schörnborn Palais untuk ditempati bersama Felice Bauer.



1916 - 1917:


Kafka menulis prosa-prosa pendek di tempat tinggalnya di Alchimistengasse, Hradschin, belakangan terkumpul dalam karya yang diberi judul Seorang Dokter Desa (Ein Landarzt)



1917:


Ia bertunangan yang kedua kali dengan Felice Bauer pada bulan Juli. Pada bulan Agustus Kafka dinyatakan punya sebuah penyakit paru-paru. Pada 4 September dengan jelas dia dinyatakan mengidap penyakit
tuberkulosis. Pada 8 Oktober ia mengakui cerpen Juru Api meniru gaya Charles Dickens dari novel David Copperfield. Pada 12 Oktober ia membaca karya-karya Thomas Mann. Pada bulan Desember tunangan
kedua dengan Felice Bauer dibatalkan lagi.



1917 - 1918:


Ia berlibur untuk penyembuhan penyakitnya di Zürau, tempat Ottla mengurus pertanian. Ia menuliskan banyak aforisme. Ia baca karya lengkap dari Sören Kierkegaard.



1919:


Pada bulan Maret Felice Bauer kawin dengan seorang pengusaha kaya asal Berlin. Kafka senang dengan peristiwa itu. Pada musim panas Kafka memberitahukan kepada ayahnya mengenai rencana tunangan dengan Julie Wohryzek. Reaksi sang ayah, “Lebih baik pergi ke bordil saja, ketimbang kawin dengan sembarang
orang seperti itu.“ Pada bulan Mei penerbit Kurt Wolff menerbitkan cerpen Pada Koloni Hukuman. Kafka menghadiahkan sebuah untuk ayahnya. Sang ayah hanya bilang, “Taruh saja bukunya di meja
makan.“ Pada bulan November Kafka menulis Surat untuk Ayah (Brief an den Vater). Pada 9 Desember ia baca Memberkati Bumi (Segen der Erde) karya Knut Hamsun.



1920:


Pada awal tahun terbit Seorang Dokter Desa oleh penerbit Kurt Wolff. Pada akhir Maret, Kafka didatangi
Gustav Janouch, seorang pengarang Cheko berusia 17 tahun, anak dari teman kerjanya. Beberapa kali kunjungan Janouch ke kantor Kafka, biasanya berlanjut dengan jalan-jalan bersama. Dari semua pertemuan dengan Kafka itu akhirnya Janouch menerbitkan buku berjudul Percakapan dengan Kafka (Gespräche mit Kafka). Pada bulan April Kafka berlibur sambil berobat di Meran. Namun di Meran kesehatannya tak semakin membaik, justru menurun, ia menimbang berat badannya hanya 55 kg. Ia mulai melakukan surat-menyurat dengan Milena Jesenskà, seorang penerjemah bahasa Jerman ke dalam bahasa Cheko. Milena dikenal sebagai aktivis kiri dan sekaligus pacar Kafka. Pada 22 April terjemahan Milena: Juru Api dimuat koran berbahasa Cheko Kmen
No: 6. Kemudian Kafka pada 8 Mei menyuruh Ottla membeli koran Kmen tersebut sebanyak 20 buah. Pada 3
Juni Kurt Tucholsky dengan nama pena Peter Panter membahas cerpen Pada Koloni Hukuman di koran Weltbühne yang terbit di Praha. Tucholsky sebut, sejak karya Michael Kohlhaas, tak ada novelis Jerman yang menulis lagi dengan kekuatan dari dalam yang dahsyat dan bersemburat darah dari pengarangnya.“ Pada 21 Juni Kafka menulis surat kepada Milena, “Jika kamu ingin tahu, bagaimana aku dahulu, maka aku kirimkan kepadamu dari Praha sebuah surat mahapanjang untuk ayahku, yang aku tulis sekitar setengah tahun silam, tapi surat itu belum pernah aku berikan ayah.“ Pada 5 Juli Kafka menulis surat kepada Milena lagi, “Besok akan aku
kirimkan Surat untuk Ayah itu ke apartemenmu. Simpan lah dengan baik-baik, mungkin suatu saat aku akan
memberikannya. Mohon jangan sampai ada orang lain yang membacanya. Bacalah seluruh sentilan pembelaan itu, ibarat sebuah surat advokasi.“ Pada bulan Juli ia membatalkan tunangan dengan Julie Wohryzek. Pada 15 Juli Ottla kawin dengan Dr. Josef David berkebangsaan Cheko. Pada 12-13 September media bahasa Cheko Kmen no: 26, memuat 6 cerpen Kafka terjemahan dari Milena. Disusul pada 26 September cerpen Sebuah Berita untuk Sebuah Akademi (Ein Bericht für eine Akademie) terjemahan Milena dimuat koran bahasa Cheko Tribuna
di Praha. Akhir musim gugur Kafka mulai menulis novel Puri (Das Schloss).



1920 - 1921:


Kafka istirahat untuk pengobatan di Matliary di dataran tinggi Tatra (Pertengahan tahun 1920 hingga bulan Agustus tahun 1921).



1922:


Dari awal Januari selama tiga minggu ia tak bisa tidur. Pada akhir Januari sampai pertengahan Februari ia berobat di sebuah tempat di pegunungan Spindelmühle. Cerpen baru telah ditulis berjudul Seorang Seniman Lapar (Ein Hungerkünstler). Pada 16 Februari Rilke membaca karya Kafka yang tergabung dalam buku Seorang Dokter Desa. Pada 1 Maret Kafka membaca drama Richard III karya Shakespeare. Pada akhir Juni sampai September ia beristirahat di Planà, Luschnitz. Pada 1 Juli Kafka pensiun muda, karena gangguan kesehatannya. Pada 19 Juli ia membaca kumpulan puisi karya Mörike dan Heine. Pada 20 Juli Kafka telah menyelesaikan
bab satu sampai bab sembilan novel Puri.
Pada bulan September Kafka mengirimkan manuskrip Puri ke Milena. Pada bulan Oktober Kafka menulis dua testamen pada secarik kertas kepada sahabat karibnya Max Brod, “(…) Terutama karya yang sudah aku tulis dan sudah menjadi buku seperti, Penghakiman, Juru Api, Metamorfosis, Pada Koloni Hukuman, Seorang Dokter Desa, dan kisah-kisah yang tergabung pada Seorang Seniman Lapar. (Beberapa eksemplar dari buku Renungan, harap
dipertahankan, aku tidak ingin orang lain mengurusnya, tidak boleh dicetak ulang lagi). (…) Sebaliknya semua yang sudah ada dariku (yang dimuat di media-media, manuskrip atau surat-surat) tanpa perkecualian sejauh masih bisa didapatkan atau meminta dari orang-orang yang menyimpannya…semuanya tanpa perkecualian
untuk dibakar, dan kalau bisa aku minta kamu melakukan secepatnya.“



1923:


Pada akhir Juni Kafka menjelaskan tentang tema binatang dalam sastra, “Aku sudah bertahun-tahun mencoba, namun tetap tak punya daya, bukan menulis di meja tulis, justru malah lebih suka bersembunyi di kolong
sofa, yang selalu bisa kutemukan.“ Pada bulan Juli Kafka pertama kali bertemu dengan Dora Diamant, gadis Yahudi di Müritz, Ostsee. Mulai 24 September ia berpindah dari Praha ke Berlin untuk tinggal bersama Dora Diamant. Ia menulis cerpen berjudul Seorang Perempuan Kecil (Eine kleine Frau) dan Pembangunan (Der Bau).



1924:


Pada bulan Maret kesehatan Kafka semakin memburuk, sebab itu ia dari Berlin kembali ke Praha lagi. Ia masih menulis cerpen Josefine, Penyanyi atau Masyarakat Tikus (Josefine, die Sängerin oder das Volk der Mäuse). Pada bulan April ia dirawat di sanatorium Wiener Wald, Ortmann. Setelah itu ia berpindah ke klinik Prof. Hajek di Wina. Terakhir ia berpindah ke sanatorium Dr. Hugo Hoffmann di Kierling, Wina. Di sela-sela sakitnya Kafka tetap rajin mengoreksi kalimat-kalimat dari cerpen Seorang Seniman Lapar.. Di penghujung hidupnya dengan kondisi penyakit yang kritis ia kawin dengan Dora Diamant. Pada 18 atau 19 April Kafka menangis tanpa sebab.
Ternyata ada pasien di kamar sebelah meninggal. Pada 28 April ia menulis kepada Brod, “Aku sangat lemah, tapi di sini dirawat dengan baik. Mataku memang dalam keadaan terpejam, tapi buku-buku dan buku tulis menghiburku. Kami tak menuntut untuk menjadi seorang pejalan,…aku sekarang sudah tak bisa bepergian lagi.“ Awal Mei Kafka merasakan seluruh tubuhnya sakit. Pada 12 Mei Brod yang sedang punya acara sastra di Wina, menjenguk Kafka di sanatorium di Kierling. Pertemuan dua sahabat karib itu, tak disangka merupakan pertemuan yang terakhir. Pada 3 Juni menjelang siang Kafka meninggal dunia, ucapan terakhirnya, “Ya, memang begitu, baik lah.“ Pada 11 Juni jasadnya dikuburkan di makam Yahudi Straschnitz di Praha.



1942:

Ottla, dan dua adik perempuan Kafka meninggal di tempat tahanan Nazi di Auschwitz, Polandia.



1944:


Pada 17 Mei Milena meninggal di tempat tahanan Nazi di Ravensbrück, Jerman. Grete Bloch juga meninggal di tangan tentara Nazi di Auschwitz.



1952:

Pada 15 Agustus Dora Diamant meninggal di London.



1960:

Pada 15 Oktober Felice Bauer meninggal di New York.



0o0

Sabtu, 27 Agustus 2016

Kata Penutup Novel Proses dari Max Brod







Pernyataannya terhadap karyanya sendiri dan setiap penerbitan, semakin aneh dan rumit, mirip dengan seluruh kehidupan Kafka yang kompleks. Masalahnya saat dia menjelaskan pengurusan dengan gamblang, kemudian dia mengukuhkan juga pada setiap karyanya yang sudah terlanjur diterbitkan sesuai permintaannya, harus dipertahankan. Tentu saja pernyataan seperti itu tidak bisa sama sekali dipakai sebagai pedoman. Setidaknya keputusan samar tersebut menuai hal-hal sebagai berikut:

Hampir semua karya Kafka yang sudah diterbitkan, aku pilih dalam daftar dengan pertimbangan seni. Harapannya agar tidak menimbulkan pertentangan, sebab di masa-masa hidupnya dia sering kali merasakan banyak keberuntungan (dia bilang bahwa tulisan-tulisannya hanyalah sebagai sebuah “kegiatan coreng-moreng”). Siapa saja yang semakin suntuk dan hanyut hanya pada sebagian kecil karya prosa Kafka, semakin tak akan menemukan sosok pelaku dengan ritme yang penuh gairah.

Tapi di balik karya-karya itu, bisa dengan cara mendengarkan bacaan, langsung terasa benar-benar ada gelora yang berapi-api. Meskipun begitu dia menolak mentah-mentah, motifnya berangkat dari pengalaman-pengalaman getir tertentu yang dia sabotase sendiri, sehingga mengarah pada karya yang bercorak nihilisme. Memang bebas, tapi kenyataannya, bahwa dia pada karyanya (Tentu tak perlu diungkapkan) berkadar religius yang paling tinggi. Meskipun penghindaran dari berbagai jenis kekacauan itu tak bisa dielakkan. Toh banyak dari karyanya diyakini merujuk pada alam, pada kesehatan jiwa yang sempurna, bisa sebagai terapi yang mujarab. Untuk Kafka tidak berarti pencariannya tentang diri sendiri dengan kekerasan hati yang ekstrem itu sesuai jalan yang tepat. Dan bagi dirinya sendiri tak ada lagi rujukan yang bisa diberikan.

Secara pribadi aku tandaskan, pernyataan Kafka yang negatif itu akan bermanfaat bagi karyanya. Dia sering kali mengatakan tentang “ketika menulis telah memberikan naskahnya pada tangan-tangan yang salah.” Selain itu dari karya-karyanya ada yang sama sekali tidak diterbitkan, proses selanjutnya untuk menjadi buku sangat membingungkan. Banyak rintangan yang sulit diatasi, sebelum dia menerbitkan satu buku. Bukan semakin sedikit dia menyelesaikan karya-karya yang cemerlang. Kadang-kadang karya-karya itu mendapat pujian yang membanggakan. 

Dan ada kalanya dia sendiri juga merasa lega melihat karyanya, bukan sama sekali tanpa sindiran, namun dengan cara sindiran yang lebih ramah. Dengan sebuah sindiran, motif di baliknya adalah keharuan yang kuat tanpa kenal kompromi terhadap usahanya yang keras secara diam-diam. Terhadap karya-karya warisan Franz Kafka tidak ditemukan sebuah testamen sebelumnya. Di meja tulisnya terselip di bawah tumpukan kertas-kertas lain yang saling terlipat, sebuah potongan kertas dengan tulisan tinta disertai alamat. Potongan kertas itu berbunyi:

Max yang terhormat, harapanku yang terakhir: Semua karya yang aku tinggalkan (termasuk yang ada di lemari buku, lemari pakaian, meja tulis, di rumah dan di kantor, atau di mana pun berada yang kamu rasa perlu), pada buku-buku harian, manuskrip-manuskrip, surat-surat, sketsa-sketsa gambar yang aneh maupun yang layak dan sebagainya yang kamu temukan, tak perlu dibaca dan jangan disisakan untuk dibakar. Sebab itu semua karya tulis maupun sketsa-sketsa gambar yang ada di tempatmu atau orang lain dengan namaku. Surat-surat yang masih terdapat di orang yang tidak mau memberikan kepadamu, paling tidak ia diwajibkan membakarnya sendiri.
Sahabatmu Franz Kafka.

Pencarian selanjutnya dilakukan dengan sangat teliti dan masih pula ditemukan secarik kertas kusam dan lama dengan tulisan pensil. Isinya sebagai berikut:
Max yang baik, kali ini mungkin aku tidak bisa bangun lagi. Radang paru-paru kambuh setelah sebulan menderita demam. Tak sekali pun aku mampu menulis. Akankah semua ini bisa bertahan, walau masih tersisa sebuah kekuatan. Dengan kondisi seperti ini, kemauanku yang terakhir aku tulis:
Terutama, apa yang telah aku hasilkan hanya berupa buku dengan judul: Keputusan, Tukang Pemanas, Metamorfosis, Koloni Hukuman, Dokter Desa. Dan Cerita Pendek: Seniman Lapar. (Beberapa eksemplar berjudul Meditasi, mohon dipertahankan. Aku tidak ingin menjadi beban siapapun. Tapi untuk diterbitkan ulang sama sekali dilarang). Jika aku bilang, bahwa itu berlaku untuk setiap 5 buku dan cerita pendek. 

Aku maksudkan bukan berarti , bahwa aku punya keinginan bahwa karya-karya itu boleh dicetak ulang di masa datang. Justru sebaliknya, harus semua dilenyapkan sesuai permintaanku yang sesungguhnya. Aku hanya menghindari, karena karya-karya itu pernah ada, tak seorangpun mengelaknya untuk memiliki. Jika orang tersebut berminat. Sebaliknya semua karya yang sudah kutulis (tulisan di koran, manuskrip atau surat-surat) tanpa kecuali, sejauh memungkinkan atau dengan meminta pada orang yang memilikinya (kebanyakan alamat-alamat pemilik tulisan itu kamu toh sudah mengetahui, yang utama diajak berunding tentang maksud ini..., jangan lupa beberapa majalah, yang telah....) – semua karya tersebut tanpa kecuali, yang paling suka kalau tidak dibaca (aku tidak menghalangi kamu untuk melihat kedalamannya, yang paling suka tentu kalau kamu tidak meninjau ke dalaman tersebut. Jika kamu tidak lakukan, maka jangan sampai ada orang lain melakukannya) – semua karya tersebut tanpa kecuali untuk dibakar, dan aku minta kalau bisa hal itu segera dilakukan.
Franz

Jika aku mengingkari dengan melakukan hal yang sebaliknya dari apa yang telah ditandaskan, maka aku telah mengambil langkah yang jahat dari apa yang telah diminta oleh kawanku. Di sini lah alasannya, kenapa aku melakukan tindakan penting itu. Beberapa orang telah membatalkan untuk mendiskusikannya secara terbuka. Dalam pandanganku, aku jelaskan agar keputusanku layak dipahami. Dasar utamanya: ketika aku tahun 1921 berpindah pekerjaan, aku katakan pada kawan-kawanku bahwa seandainya aku membuat testamen, apa yang aku minta pada mereka adalah untuk melenyapkan karya-karya, setelah diperiksa dan segera lakukan. Tentang hal ini kata Kafka dan sambil menunjukkan kepadaku secarik potongan kertas dengan tulisan tinta. Potongan kertas itu ditemukan di meja tulis yang di luarnya tertulis: “Testamenku sederhana saja akan memintamu untuk membakar semua karya yang ada.” Aku masih ingat sekali jawaban yang aku lontarkan, ”Jika kamu serius dan akan nekad menghendaki sesuatu seperti itu, aku bisa jawab sekarang, bahwa aku tidak akan mengabulkan permintaanmu itu.” 

Pembicaraan masalah ini diucapkan dengan nada kelakar, yang memang biasa kami lakukan. Meskipun secara diam-diam pembicaraan itu punya makna serius, dimana kami satu dengan yang lain saling berandai-andai. Dari penolakanku yang serius itu, Franz bisa saja melimpahkan testamennya pada orang lain, itu seandainya ia memang benar-benar menjadi permintaan yang terakhir.

Aku tidak berterima kasih padanya, karena aku dihadapkan pada masalah pelik yang tidak mengenakkan. Ia harus memprediksikan bagaimana dengan pemuja karyanya yang fanatik, kalau aku mengingkari setiap permintaan Franz. Selama 22 tahun persahabatan kami tidak pernah keruh (satu dengan yang lainnya) saling memberi umpan, tak pernah sepotong kertas kecil pun, kartu pos yang berasal dari Franz dibuang. – Bahwa “ketidakterimakasihku,” semoga jangan ditafsirkan dengan salah! Apa yang masih menjadi pertimbangan mengenai konflik tertentu terhadap persetujuan yang tiada akhir, aku berterima kasih kepada kawan-kawan yang benar-benar mendukung terhadap seluruh keberanian keputusanku!

Yang menjadi dasar pertimbangan selanjutnya: Perintah pada kertas dengan tulisan pensil dari Franz itu tidak disertai lanjutannya, seperti yang ia tekankan, bahwa bagian seperti Meditasi yang telah dicetak sebuah koran dan tiga novelet berikutnya yang sudah diterbitkan, termasuk Seniman Lapar dan naskah Pandai Besi yang sudah diserahkan ke penerbit. Kedua instruksi itu disampaikan pada tenggat waktu yang saling berjauhan, dimana kecenderungan autokritik dari kawan-kawanku sudah sampai di situ. Tak disangka, pada masa-masa akhir hayatnya dan seluruh kehidupannya berubah menjadi positif, baru serta bahagia. 

Meskipun ia mengusung kebencian pada diri sendiri dan nilai nihilisme. Keputusanku untuk menerbitkan Kata Penutup ini semata-mata untuk meringankan ingatan terhadap semua daya upaya yang pahit itu. Dengan demikian aku sudah cukup sering memaksa dan meminta setiap penerbitan dari karya-karya Kafka. Toh Kafka sesudah itu berdamai serta cukup puas. Pada akhirnya terperosok pada sejumlah motif penerbitan, misalnya, bisa membingungkan pada terbitan-terbitan berikutnya. Karya-karya tersebut akan menjadi bayangan dalam era kehidupannya yang muram. 

Bagi Kafka, karya-karyanya yang tidak diteribtikan akan sangat terkait dengan masalah perjalanan hidup penulisnya. (Sebuah masalah yang tak terukur lagi pahitnya, tapi sekarang tidak mengganggu lagi). Seperti dari banyak percakapan dari surat-surat yang ditujukan kepadaku sebelumnya: “Aku tidak lagi mempermasalahkan novel-novel itu. Mengapa harus mengungkit-ungkit masa lampau yang menjengkelkan itu? Hanya karena aku tidak membakar karya-karya itu sampai kini?...mudah-mudahan di masa datang akan terjadi. Di mana letak nilai seni yang `bahkan` dikerjakan dengan salah? Dalam hal ini orang hanya bisa berharap, semoga seluruh langkah-langkah ini akan dipahami. Bagaimana pun upaya naik-banding pada kasus ini, akan kuhadapi, meskipun aku dalam keadaan tak berdaya. Aku sadar, tidaklah mungkin bahwa dari pengadilan itu tidak akan timbul bantuan. Lalu apa yang bisa kulakukan mengurus masalah-masalah teknis ini? Akankah orang-orang tidak bisa membantuku dalam keterpurukan ini. Layak kah pengetahuan yang seharusnya dipertahankan?
Aku merasa sangat gembira, masih ada sisa-sisa karya yang tertinggal, juga terutama tawaran menerbitkan dari beberapa orang yang berhati mulia. 

Tapi aku memegang teguh prinsipku, apapun godaan indah yang ada di depan mata ini akan berbalik. Keputusan tentu saja bukan termasuk apa yang sampai sekarang mengemuka, melainkan satu-satunya dan secara tunggal bahwa warisan karya Kafka benar-benar dihargai tinggi. Bahkan dari karya-karya Kafka yang telah ditulisnya, yang tersisa itulah yang terbaik. Jujur saja, aku ikut bertanggung jawab bahwa karya-karya yang aku selamatkan mempunyai nilai etik dan sastra yang memadai. (Meskipun aku sendiri tanpa penyesalan telah mengingkari permintaan Kafka yang terakhir). Keputusanku sudah bulat, sangat yakin tidak akan menarik kembali.

Sayangnya Kafka sebelum meninggal telah berpesan menjadi bagian dari eksekutor dirinya sendiri. Di rumahnya aku temukan 10 buku tulis kwarto besar, tapi hanya sampulnya. Isinya sudah lenyap semua. Selanjutnya dia telah (aktif mengikuti berita) membakar beberapa buku catatan. Di rumahnya aku temukan hanya bundelnya (sekitar 200 aforisme tentang masalah-masalah agama), sebuah percobaan tulisan autobiografi, yang selama ini belum pernah dipublikasikan. Sekarang ini aku mengamankan tumpukan kertas yang tidak acak-acakan. Aku harapkan, di antara tumpukan kertas tersebut kadang ditemukan sebuah karya yang sudah selesai atau mendekati selesai. Akhirnya aku temukan sebuah novelet tentang binatang (yang belum selesai) dan sebuah buku berisi sketsa-sketsa.

Bagian terpenting dari warisan karya-karyanya telah ia selamatkan lewat penarikan kembali atas kemarahannya sebagai penulis. Karya-karya tersebut ada tiga, antara lain Tukang Pemanas (Der Heizer), yang sudah dimuat pada bab pertama dan terakhir dalam novel berjudul Amerika (Amerika). Oleh karenanya tidak ada lagi terlihat ada kekosongan yang menonjol.
0o0

Tel Aviv, 1946 Max Brod

(Sigit Susanto)


Sebuah Intro Novel: Proses - Franz Kafka





Pertama kali nama Josef K muncul pada 29 Juli 1914 pada Buku Harian Franz Kafka. Ia tulis, “Josef K, anak seorang pengusaha kaya pada suatu malam bertengkar keras dengan ayahnya. Si ayah memprovokasi sebuah kehidupan yang moralis dan minta segera sebuah sikap, tanpa tujuan yang pasti…di gedung perusahaan.“

Pada 15 Agustus 1914, usai Kafka membatalkan tunangan dengan Felice Bauer, ia mulai menulis novel Proses (Der Prozess). Ia sebutkan pada Buku Hariannya, “Setidaknya aku mendapatkan hikmah yang bermanfaat, kehidupanku yang hampa, kesalahan yang beruntun dan status bujangku menemukan pembenaran.“

Novel tersebut ia tulis selama 6 bulan. Terhitung sejak 11 Agustus 1914 hingga akhir Januari 1915. Dalam 2 bulan pertama, ia sudah menulis hingga 200 halaman. Novel itu ditulis tangan memakai kertas biasa seperti pada buku di sekolah. Kemudian ada jeda, selain bahan menulis habis, ia merasa lemah, seperti diungkapkan, “Benar-benar merasa lemah dan tak mampu menuliskan lagi, walaupun 2 halaman,…tetapi, aku bisa tidur nyenyak.“ Empat bulan berikutnya manuskrip novel ini dilanjutkan tak sampai 100 halaman, termasuk fragmen yang belum selesai dan dihentikan.

Novel ini sangat berhubungan erat dengan bekas tunangannya Felice Bauer. Tokoh perempuan Fräulein Büstner berinisial FB, sama dengan nama Felice Bauer juga berinisial FB. Kantor pengadilan yang digambarkan oleh Kafka adalah sebuah hotel Askanischer Hof di Berlin, tempat ia bertemu Felice saat membatalkan tunangannya. Belakangan Kafka menjalin hubungan dengan Felice lagi, hingga bertunangan yang kedua kali, namun pada akhirnya dibatalkan lagi tahun 1917.

Salah satu bagian yang paling memuaskan Kafka adalah kisah tentang “Penjaga Pintu,“ (Türhüter) pada bab 9: Katedral. Sebab itu khusus kisah ini pernah beberapa kali diterbitkan secara terpisah dengan cerpen-cerpen lain dengan judul Di depan Hukum (Vor dem Gesetz). Dimungkinkan Kafka terpengaruh legenda dari kitab Kabala yang bercerita tentang 7 istana di surga yang dijaga oleh banyak penjaga pintu, adapun penjaga pintu yang paling berkuasa adalah Tuhan.

Kafka menulis novel ini dengan arsitek yang sangat tepat dibanding novelnya Amerika. Bab pertama dan akhir ditulis dalam waktu yang bersamaan. Beberapa narasi, nyaris serupa. Ketika Kafka membacakan satu halaman pertama novel Proses ini di depan teman-teman pengarang di Praha, ia tak bisa menahan tawa. Akhirnya ia hentikan dan tak lanjutkan membaca lagi.

Pada tahun 1919 Max Brod, sahabat dekatnya mengkritik novel ini bahkan memaksa Kafka untuk memangkasnya, “Kalau aku, sudah aku potong sendiri dengan kepalanku.“ Anehnya, meskipun Kafka sendiri belum berhasrat menerbitkan novelnya, Brod justru mendahului dengan menuliskan resensi pada tahun 1921.

Pasca meninggalnya Kafka tahun 1924, Brod menemukan naskah novel ini di laci meja kamar Kafka. Tetapi manuskrip tersebut belum diberi judul. Max Brod ingat pernah berbincang-bincang dengan Kafka di sebuah kafe, Kafka menyinggung novel ini hendak diberi judul Proses.

Setahun setelah Kafka meninggal, Brod menerbitkannya tahun 1925. Brod telah mengabaikan permintaan Kafka berupa 2 testamen untuk membakar karyanya, baik yang belum diterbitkan maupun beberapa yang sudah diterbitkan. Brod bilang,
Di meja tulisnya terselip di bawah tumpukan kertas-kertas lain yang saling terlipat, sebuah potongan kertas dengan tulisan tinta disertai alamat.” Potongan kertas itu sebuah testamen sebagai berikut:
Max yang terhormat, harapanku yang terakhir: Semua karya yang aku tinggalkan (termasuk yang ada di lemari buku, lemari pakaian, meja tulis, di rumah dan di kantor, atau di mana pun berada yang kamu rasa perlu), pada buku-buku harian, manuskrip-manuskrip, surat-surat, sketsa-sketsa gambar yang aneh maupun yang layak dan sebagainya yang kamu temukan, tak perlu dibaca dan jangan disisakan untuk dibakar. Sebab itu semua karya tulis maupun sketsa-sketsa gambar yang ada di tempatmu atau orang lain dengan namaku. Surat-surat yang masih terdapat di orang yang tidak mau memberikan kepadamu, paling tidak ia diwajibkan membakarnya sendiri.
Sahabatmu Franz Kafka

Pencarian selanjutnya dilakukan dengan sangat teliti dan masih pula ditemukan secarik kertas kusam dan lama dengan tulisan pensil. Isinya sebagai berikut:
Max yang baik, kali ini mungkin aku tidak bisa bangun lagi. Radang paru-paru kambuh setelah sebulan menderita demam. Tak sekali pun aku mampu menulis. Akankah semua ini bisa bertahan, walau masih tersisa sebuah kekuatan. Dengan kondisi seperti ini, kemauanku yang terakhir aku tulis:
Terutama, apa yang telah aku hasilkan hanya berupa buku dengan judul: Keputusan (Das Urteil), Juru Pemanas (Der Heizer), Metamorfosis (Die Verwandlung), Pada Koloni Hukuman (In der Strafkolonie), Seorang Dokter Desa (Ein Landarzt). Dan Cerita Pendek: Seorang Seniman Lapar (Ein Hungerkünstler). Beberapa eksemplar berjudul Meditasi (Betrachtung), mohon dipertahankan. Aku tidak ingin menjadi beban siapapun. Tapi untuk diterbitkan ulang sama sekali dilarang. Jika aku bilang, bahwa itu berlaku untuk setiap 5 buku dan cerita pendek. Aku maksudkan bukan berarti , bahwa aku punya keinginan bahwa karya-karya itu boleh dicetak ulang di masa yang akan datang. Justru sebaliknya, harus semua dilenyapkan sesuai permintaanku yang sesungguhnya. Aku hanya menghindari, karena karya-karya itu pernah ada, tak seorang pun mengelaknya untuk memiliki. Jika orang tersebut berminat.

Sebaliknya semua karya yang sudah kutulis (tulisan di koran, manuskrip atau surat-surat) tanpa kecuali, sejauh memungkinkan atau dengan meminta pada orang yang memilikinya (kebanyakan alamat-alamat pemilik tulisan itu kamu  sudah mengetahui, yang utama diajak berunding tentang maksud ini..., jangan lupa beberapa majalah, yang telah....) – semua karya tersebut tanpa kecuali, yang paling suka kalau tidak dibaca (aku tidak menghalangi kamu untuk melihat kedalamannya, yang paling suka tentu kalau kamu tidak meninjau ke dalaman tersebut. Jika kamu tidak lakukan, maka jangan sampai ada orang lain melakukannya) – semua karya tersebut tanpa kecuali untuk dibakar, dan aku minta kalau bisa hal itu segera dilakukan.   
                                                                                                                                                                  Franz      

Alasan Brod menerbitkan karya-karya Kafka, selain untuk memperkenalkan kepada pembaca dunia, juga ia pernah menolak permintaan membakar karyanya di sebuah kafe. Waktu itu Brod menjawab langsung,
”Jika kamu serius dan akan nekat menghendaki sesuatu seperti itu, aku bisa jawab sekarang, bahwa aku tidak akan mengabulkan permintaanmu itu.”
Pertimbangan Brod, jika Kafka tetap keras kepala, bisa pula ia menuliskan testamen baru kepada orang lain, tapi hal itu tidak dilakukannya.
Pasangan Willa dan Edwin Muir yang menerjemahkan pertama kali karya Kafka ke dalam bahasa Inggris tahun 1930 menyebutkan, ia tidak kompromi dengan budaya Anglo-Saxon, semata-mata ia ingin menunjukkan ciri khas seni mengarang Kafka. Pembaca bahasa Inggris pada waktu itu menganggap karya Kafka aneh, perlahan mereka paham. Muir menggambarkan, bentuk karya Kafka mirip dengan model travel writing, ritme yang bergerak maju secara lamban dari menit ke menit.

Sementara itu Italio Calvino dalam bukunya The Use of Literature menyebutkan, nama Kafka sudah menjadi ikon sastra resmi dengan menetapkan menjadi adjektiva “Kafkaesque.“  Kafkaesque identik dengan kisah yang aneh, misterius, birokrasi yang berbelit-belit, mengerikan dan mimpi buruk. Kerumitan birokrasi yang diusung Kafka, kemungkinan Kafka pernah membaca esai berjudul Pegawai (Der Beamte) yang ditulis oleh Alfred Weber, saudara kandung sosiolog Max Weber.
Pada bab terakhir, kematian Josef K dengan ditusuk pisau oleh petugas di bebatuan, bisa jadi Kafka terpengaruh pekerjaannya pada kantor Asuransi Kecelakaan.
Menurut Brod, novel Proses ini merupakan salah satu dari trilogi novel Kafka, yang dianggap sebagai antitesis, sedang novel Amerika sebagai tesis, dan novel Kastil (Das Schloss) sebagai sintesis.

Georg Lukacs, kritikus sastra Marxis pada peristiwa Konter Revolusi 1965 di Budapest mengatakan, “Kafka adalah seorang realis.“
Pada umumnya kalimat pembuka karya Kafka langsung menukik ke peristiwa inti. Kalimatnya panjang-panjang, baik pada narasi maupun dialog. Bahasanya terang seperti kristal, hanya isi cerita yang samar, bahkan cenderung abstrak seperti pada kebanyakan aliran ekspresionis.

Franz Kafka lahir pada 3 Juli 1883 di Praha. Anak dari pasangan pengusaha Hermann Kafka (1852-1931) dan Julie Löwy (1856-1934). Dua adik laki-laki Kafka, Georg Kafka dan Heinrich Kafka meninggal pada usia masih kecil. Tiga adik perempuannya bernama Gabriele Kafka (Elli), Valerie Kafka (Valli), dan Ottilie Kafka (Ottla). Ketiga adik perempuan Kafka meninggal di tempat tahanan Nazi di Auschwitz, Polandia tahun 1942.
Ia belajar pada universitas Karl Ferdinans di Praha dengan mengambil mata kuliah, kimia, sastra Jerman, dan sejarah seni. Pada akhirnya ia memutuskan untuk kuliah pada jurusan hukum hingga meraih doktor. Kemudian ia bekerja pada kantor asuransi Assicurazioni Generali dari Italia di Praha (1907-1908). Ia berpindah kerja pada Asuransi Kecelakaan Arbeiter-Unfall-Versicherungs-Anstalt (1908-1922). Ia terpaksa pensiun muda tahun 1922, karena penyakit tuberkulosis.

Di penghujung hidupnya ia kawin dengan Dora Diamant dan pada 3 Juni menjelang siang Kafka meninggal dunia di sanatorium Kierling, Wina. Pada 11 Juni jasadnya dikuburkan di makam Yahudi Straschnitz di Praha.


Pada tahun 1990 terbit novel Proses versi asli (Originalfassung) yang disesuaikan dari naskah aslinya, supaya mendekati yang autentik. Versi terbaru ini diedit oleh Malcolm Pasley sebagai koreksi atas beberapa kesalahan yang diedit oleh Brod.


(Sigit Susanto)