Selasa, 30 Desember 2008

Surat untuk Ayah

Judul: Surat untuk Ayah
Judul Asli: Brief an den Vater
Penerbit: Fischer Taschenbuch Verlag, 1983
Tebal: 85 halaman

Ini sebuah surat mahapanjang, sepanjang satu buku dengan tebal 85 halaman. Sebuah surat protes terhadap Hermann Kafka, ayahnya yang dianggapnya sebagai "diktator kecil dalam keluarga." Nuansa abstrak pada Metamorfosis juga muncul lebih otentik di buku ini. Samsa yang mengurung diri di kamar dan takut bertemu ayah dan keluarganya, bisa dengan mudah ditemukan sosok Kafka yang takut terhadap ayahnya di buku ini. Kafka memberontak kepada ayahnya dengan cara ketakutan. Betapa ia merasa lebih kerdil dan rapuh di depan ayahnya yang perkasa. Betapa Kafka membela para pembantu yang diperolok oleh ayahnya, dengan perkataan: anjing. Di meja makan Kafka sering menirukan umpatan ayahnya terhadap dirinya, misal:
Saya robek-robek kau seperti ikan.
Jika ayahnya hendak menyindir Kafka di depan istrinya dengan bilang:
Itu anakmu yang manja.
Surat ini ditulis oleh Kafka tahun 1919, ketika ia berusia 36 tahun, tepatnya lima tahun sebelum kematiannya. Kafka pernah menyerahkan surat ini lewat Julie Löwy, ibunya, agar diberikan ke Hermann Kafka, ayahnya. Namun ibu Kafka tidak berani menyerahkan langsung ke suaminya.
*Nantikan terjemahannya dalam versi Indonesia.

Selasa, 16 Desember 2008

[Tengok Franz Kafka di Praha] Pengantar

Tengok Franz Kafka di Praha

Oleh: Sigit Susanto

Tulisan berikut berdasarkan perjalanan saya dan istri ke negeri republik Ceko selama empat hari (11-14 Agustus 2001). Hari pertama, kami mengunjungi ibu kota Praha di gang Golden Rumah Ottla, adik kandung Kafka. Hari kedua, kami berziarah ke Kuburan Yahudi di Zizkov sebagai peristirahatan Kafka yang terakhir. Sore hari kami mengunjungi Rumah Kelahiran Kafka di gang Karpfer/Maiselova. Hari ke tiga, kami menyusuri jalan Nerudova, bekas bagian kota Kleinseitner yang miskin, serta makan siang di Warung Kopi Slavia (Slavia Cafe) di pinggir sungai Moldau, tempat Kafka bertemu sesama kawan sastrawan. Hari ke empat, kami mengunjungi Apotik Einhorn di kota tua Ring 17, di tempat ini pada tahun 1910 Kafka bertemu kawannya Max Brod dan Albert Einstein, kemudian kami menikmati panorama Jembatan Karl yang sangat indah, serta terakhir mengunjungi Taman istana presiden Vàclav Havel, yang juga seorang penyair. Sekitar 500 meter (10 menit) dari istana presiden, terdapat restoran Indonesia Indonéska Restaurace Sate yang dikelola oleh bekas mahasiswa Indonesia yang dikirim presiden Soekarno tahun 1961.

Kereta api ICE (Inter-City Express) milik Jerman membawa kami dari stasiun kota Zürich-Switzerland. Menariknya kereta api cepat Jerman itu, selalu diberi nama sastrawan atau seniman bangsanya. Ada ICE yang bernama Hermann Hesse, Wolfgang Goethe, Fontana dan sebagainya. Kereta api yang kami tumpangi bernama Paul Klee, meninggalkan stasiun Zürich jam 21.00, dalam waktu satu jam saja, kami sudah memasuki perbatasan negeri Jerman, tiga jam kemudian kami sudah tiba di stasiun Stuttgart dan harus ganti kereta api ke jurusan Praha. Sekitar satu jam kami hanya jalan-jalan di dalam stasiun Stuttgart, Jerman, lalu kami melanjutkan perjalanan ke Praha dengan kereta api yang gerbangnya dibagi-bagi dan diatur sedemikian rupa sebagai tempat tidur. Satu ruangan kecil itu bisa untuk tidur enam orang. Sekitar jam 04.00 kami dibangunkan oleh petugas, ternyata dua orang polisi datang memeriksa paspor kami, polisi Jerman itu tak tertarik dengan paspor kami, karena toh tujuannya ke negeri Ceko, hanya polisi Ceko yang memeriksa amat teliti paspor saya berwarna hijau tua itu dan dia menekan alat elektronik sejenis komputer yang digantungkan, lalu pergi. Istri saya membisiki, pemeriksaannya mirip di perbatasan Jerman timur (DDR) dulu, kalau dalam foto paspor terdapat kumis atau jenggot, namun pemilik paspor tak punya kumis atau jenggot, bisa jadi masalah besar. Sebelum memasuki kota Praha, matahari menerobos kaca jendela, kami bangun melihat rumah-rumah indah kecil di pinggir sungai mirip rumah-rumah di kota Volendam di Belanda. Tampak juga beberapa pabrik tua yang tak terawat serta beberapa orang sedang mancing di sungai dengan prau. Sekitar jam 06.30 kami tiba di stasiun kereta api Praha.

[Tengok Franz Kafka di Praha] Litera-Tour di Praha

Hari Pertama:
Setelah tiba di Praha, kami lekas menaruh kopor di tempat penitipan barang, karena hotel kami ada diluar kota, maka kami akan manfaatkan sehari itu untuk jalan-jalan di tengah kota lama. Stasiun kereta api di ibu kota Praha itu, sangat sepi untuk ukuran sebuah stasiun kereta api ibu kota negara. Stasiun Gambir masih lebih rame, namun bangunan stasiun kereta api di Praha itu sangat tua, tampak beberapa orang membuntuti sambil menawarkan jasa untuk menukar mata uang asing dengan Krone (mata uang Ceko), di dalam stasiun tampak beberapa kios menjajakan makanan kecil dan minuman, beberapa ruangan besar tak diisi oleh barang-barang modern, atau elektronik canggih, namun dipajang pakaian bekas yang dijual per kilo. Ini kesan pertama pada sebuah stasiun kereta api di ibu kota bekas negara komunis, yang sederhana mirip dengan lapangan terbang di Havana, Kuba. Dengan berpedoman buku kota Praha, kami jalan menerobos bangunan-bangunan tua dan menuju ke pusat kota. Belum banyak orang keluar, hanya tram-tram warna kuning berseliweran menaikkan penumpang.

Kami berjalan melewati jembatan Karl yang indah, yang memotong sungai Moldau, sungai itu tak mengalir dengan deras, tenang seperti air danau. Kemudian kami menyusuri jalan batu menuju istana presiden Burg Karlstejn, yang ditempati presiden Vàclav Havel. Di gang Golden itu terdapat rumah rumah kecil yang pintu masuknya agak rendah, pada rumah warna merah tua dan abu-abu nomor 22 terdapat rumah Ottla adik kandung Kafka, tempatnya sepi, sangat disukai Kafka untuk menulis. Sekarang rumah itu sebagai tempat menjual buku-buku karya Kafka dan beberapa cendera mata serta kartu pos. Sore hari kami bergegas untuk menuju hotel, karena jaraknya jauh, maka kami naik Tram dan kereta bawah tanah. Kami jadi linglung di sebuah negeri yang bahasanya tidak kami kuasai, sementara banyak tulisan di tempat-tempat umum dengan bahasa Ceko. Kami mencoba bicara dengan sopir Tram dengan menggunakan bahasa Inggris dan Jerman, dia pun tak mengerti. Akhirnya kami toh sampai ke hotel dengan naik taxi. Kesan kami di Ceko, orang-orangnya baik hati, ringan tangan bila kita memerlukan bantuan informasi. Tak tampak sifat sombong dan individual.

[Tengok Franz Kafka di Praha] Ahoi, Praha

Ahoi adalah bahasa Ceko yang berarti "Apa Khabar". Praha adalah ibukota negeri Ceko. Penduduk di Praha sekitar: 1,22 juta jiwa. 95% adalah sebagai bangsa Ceko, sisanya adalah bangsa Slovakia, Jerman, Yahudi, Hongaria dan Polandia. Praha memiliki sekitar 1200 obyek sejarah yang menarik bagi wisatawan. Sekitar 50% gedung-gedung itu di bangun sejak abad 18 dan 19, beberapa bangunan bahkan lebih awal lagi hingga mendekati era romantik. Banyak gedung-gedung kuno yang mendapat perlindungan dari UNESCO sebagai bukti warisan budaya dunia. Sejak tahun 1989, pertumbuhan ekonomi Ceko makin meningkat drastis, meskipun pada pertengahan tahun 90-an mengalami krisis ekonomi yang sampai sekarang belum selesai. Ceko juga sedang merencanakan untuk masuk anggota EU (Eropa Union) paling lambat tahun 2005. Praha menjadi pusat kunjungan wisatawan yang setahunnya bisa datang sekitar 3 Juta wisatawan.

[Tengok Franz Kafka di Praha] Sejarah dan Politik

Rata PenuhSejarah bangsa Cekoslowakia berawal sejak abad ke 4 SM. Banyak pendatang dari suku Boiern, dalam bahasa Latin "Bohemia", ke dalam bahasa Jerman menjadi "Böhmen". Pada abad ke 9, atas keinginan raja bangsa Slawia ini tidak lagi menggunakan nama Bohemia, namun nama "negara-negara Ceko" yang meliputi wilayah; Böhmen, Mähren, dan Schlesien. Abad ke 12 mulai dibenahi perekonomian negara. Abad ke 13, mulai masuk pendatang Jerman mencari pekerjaan dan berbaur menjadi satu dengan bangsa Cekoslowakia di bawah raja Ottokar II, raja Ottokar II meninggal di medan perang melawan raja Rudolf dari Habsburger. Kekuasaan di ganti oleh raja Johann von Luxemburg. Pada tahun 1355, berkuasa raja Karl IV dari kerajaan Romawi. Praha menjadi ibu kota kekaisaran Romawi. Istana raja berpindah ke bangunan megah berarsitek gotik. Nama raja Karl diabadikan hingga kini sebagai nama sebuah Universitas Karl pertama di Eropa tengah. Penerus raja Karl IV adalah anaknya bernama Wenzel IV, namun warisan tahtanya tak bertahan lama akibat datangnya wabah penyakit pes dan pertentangan antara kelompok bangsawan dan pendeta berakhir dengan pecahnya revolusi berdarah. Para bangsawan Romawi dan pengikut yang murtad tak bisa bersatu lagi. Atas kemenangan pasukan Osmania/Turki, di buat perjanjian, bahwa wilayah Cekoslowakia tahun 1526 di bawah kekuasaan raja Ferdinand I dari Habsburger. Tahun 1618 terjadi peperangan selama 30 tahun antara bangsawan berhaluan Nasional-Protestan dengan Katholik. Abad 17 dari kekaisaran Wina di mulai pendirian negara Eropa tengah dan abad 18 mulai terjadi industrialisasi. Di bawah Maria Theresia, di Böhmen banyak berdiri bangunan berarsitek barok yang megah. Tahun 1848 meletus revolusi di Eropa, konflik memuncak dari negara ke negara lain bervariasi. Tahun 1918 pertama kali lahir republik Cekoslowakia dengan presiden Tomàs Garrigue Masaryk, namun kelompok masyarakat Jerman tidak menyambutnya dengan gembira. Tahun 1935 dari kelompok warga Jerman, Konrad Henlein mendirikan partai Sudetendeutsche yang berhasil gemilang dalam parlemen. Tahun 1938 presiden Edvard Benes di desak kekuatan barat (Inggris, Perancis dan Itali) agar menyerahkan wilayahnya di perbatasan yang di tempati warga Jerman kepada kerajaan Jerman. Tahun 1939 Josef Tiso, politikus fasis Slowakia memproklamirkan; kemerdekaan, kesamaan bersama Hitler. Sementara presiden Benes ber exil di London mendapat pengakuan dari sekutu untuk memimpin pemerintah kembali di Cekoslowakia, setelah Soyiet dan Amerika berunding.

[Tengok Franz Kafka di Praha] Sastra di Warung Kopi

Dalam kunjungan saya di Praha, di sana hidup orang Ceko, Jerman dan Yahudi saling bergandengan, tanpa saling menginjak jari kakinya. Mungkin mereka tidak saling memahami bahasanya, namun bukankah di pohon yang besar itu juga terdiri dari Burung yang tak mengerti bahasa Tupai, juga tak mengerti bahasa Tikus yang mendekam di akar pohon, tapi mereka hidup saling berkecukupan. (Oskar Kokoschka)

Ada satu yang kurang, bahwa saya tak bisa membayangkan wajahnya yang mendetail itu. Hanyalah ketika dia meninggalkan meja warung kopi, sosoknya, pakaiannya, yang masih bisa saya lihat. (Tulis Franz Kafka pada surat keduanya pada Milena)

Warung Kopi yang ternama adalah Arco, disitu kawan-kawan berkumpul menghabiskan malam yang hangat, dan memikat, (Celoteh Karl Kraus)

"Di warung kopi itu, karya sastra di buat, di koreksi, di bicarakan atau berlagak bermain sandiwara keluarga, menangisi sebuah kehidupan, menyindir kehidupan. Di warung kopi itu, orang-orang makan dengan mengutang, hidup dan bermalas-malasan untuk mengusir sang waktu", ungkap seorang pengarang wanita Ceko yang terbunuh tahun 1944, yang juga kawan Milena Jesenkà.

Penyair Maria Rilke mengungkapkan perihal warung kopi;...Warung kopi Slavia: tempat berkumpulnya para penyair dan pelukis, bintang film dan mahasiswa. Sehabis nonton teater, tampak muka-muka murung, dan bila mereka saling menyapa, tersenyum dengan kejengkelan. Mereka berpakaian sangat mencolok atau seadanya tanpa banyak menghiraukan, pada penampilan pertama sulit diketahui kumpulan apa itu. Pertama minum-minum teh atau bir Budweiser suatu pertanda pembuka, bahwa kesamaan dalam pikiran telah dicampakkan, makin banyak peminat dan makin maju pembicaraannya, makin lama makin seru bahwa kemauan puncak bukanlah sebagai kegentingan belaka dan bahwa mereka tidak duduk berdampingan sebagai khayalannya".

Warung kopi Arco adalah untuk kumpulan orang-orang Jerman, dan warung kopi Union untuk mangkal sastrawan Ceko, sedang warung kopi Slavia tempat berkumpul berbagai kelompok netral. Khusus warung kopi Slavia ini tempatnya yang romantis dekat dengan tempat pertunjukan teater, kantor penerbitan, atau redaksi koran. Seperti warung kopi di Berlin Cafe Grössenwahn atau warung kopi Central di Wina. Tempat tempat itu biasa untuk bertemu para seniman terkenal, sebagai tempat berpolemik satu sama lainnya dan juga menyebarkan skandal. Warung kopi adalah tempat untuk bersantai, tapi juga tempat untuk saling membagi berita dan mencari lowongan kerja. Tanpa memperdulikan asap rokok dan suara bising saling ngobrol, disinilah tumbuh kelompok seniman, pembuatan program, membaca dan mengedit koran dan bacaan, menterjemahkan sajak-sajak dan menemukan dunia setiap hari menjadi baru lagi - warung kopi bisa membangkitkan suasana tersendiri, tanpa melakukan apa-apa dan memberi daya inspirasi yang mengagumkan.

"Di warung kopi ini, orang berdiskusi, berencana, berdebat dengan penuh gairah dan koran erotis "La vie parisienne" berpindah dari tangan satu ke tangan yang lain. Dan hari-hari berikutnya lenyap, mirip sebuah bendera rezim dari Batalion" tulis Jaroslav Seifert, seorang penyair yang menjadi tamu langganan di warung kopi Union.

Warung kopi Slavia yang paling indah terletak di sungai Moldau dan berhadapan langsung dengan teater nasional. Rilke dan kawan-kawan penyair lainnya paling suka menikmati di warung kopi ini sambil memandang sebuah kuil indah disamping kwalitas hidangan dan pelayanannya sangat baik. Di warung kopi Arco penyair-penyair muda dari kalangan Praha sendiri mulai bertemu di sini sejak tahun 1908, mereka membaca majalah-majalah sastra atau melakukan aksi deklamasi dari karya-karyanya anak muda sendiri. Diantara sastrawan Jerman yang menonjol dan diakui adalah Franz Werfel, yang dipuji sebagai sastrawan berotak cemerlang. Kelompok kawan-kawannya antara lain; Willy Haas, Paul Kornfeld, Max Brod, Oskar Baum dan Franz Kafka. Sebuah karya pertama yang sensasional muncul dalam buku kumpulan penyair berjudul "Kawan Dunia" (Der Weltfreund). Pada masa sekarang ini, sudah tidak jamannya lagi sastrawan menggarap karya sastranya siang dan malam dihabiskan di meja tulis di rumah, tapi mereka bertemu sesama kawannya dan saling minum kopi menemukan lompatan ide-ide baru, karena koran kadang di warung kopi itu tak ada, sehingga aroma kopi makin bertambah nikmat. Beberapa sastrawan Ceko yang ber exil antara lain; Ota Filip (lahir 1930), dengan berbagai argumennya dengan pemerintah monarki hingga akhir tahun 1960-an, Filip juga di kejar rezim komunis. Nasib Filip sama dengan Ludvik Vaculik (lahir 1926), harus exil karena dia menuntut dengan membuat sebuah Manifesto 2000 Kata yang di Ceko sendiri tak boleh di publikasikan, juga romannya berjudul "Kampak" (Das Beil) yang sudah dipublikasikan ke dalam beberapa bahasa. Milan Kundera (lahir 1929) dengan memakai paspor Perancis, dia pergi ke Paris sejak 1981. Penulis berbahasa Perancis ini menjadi populer berkat karyanya berjudul Ekistensi Ringan Yang Tak Tertahankan (Die unerträgliche Leichtigkeit des Seins) bahkan karyanya itu menjadi bestseller dunia. Peraih hadiah nobel sastra dari Cekoslowakia pada tahun 1984 adalah Jaroslav Seifert (1901-1986) yang memancarkan lampu terang dunia sastra ke luar Cekoslowakia. Sejak muda dia sebagai penyair yang aktif di partai komunis dan mengadakan perombakan pada sistem teror dari Stalin. Dia salah satu orang penting dalam peristiwa musim semi Praha tahun 1968 dan termasuk ikut memberi tanda tangan pada Charta 77, hingga akhir hayatnya dia aktif di politik. Salah satu sajaknya dijadikan sebuah lagu Himne keindahan kota.

[Tengok Franz Kafka di Praha] Riwayat Hidup Franz Kafka

Rata Penuh1. Asal Mula
Nenek moyang dan orang tua Kafka berasal dari pedesaan di negeri Ceko. Di desa itu hanya terdapat sedikit warga Yahudi, mereka mendirikan kelompok agama, kelompok antar warga Yahudi, juga didirikan sekolah swasta yang menggunakan bahasa Jerman. Karena terjadi desakan dari kelompok nasionalis bangsa Ceko terhadap pendatang Yahudi, sehingga mereka banyak yang harus melarikan diri ke ibu kota Praha. Di pemukiman baru di ibu kota itu, makin cepat berkembang dan berpisah dengan kelompok bangsa lain yang berasal dari Jerman. Herman Kafka (Ayah Franz Kafka), lahir tahun 1852 berasal dari desa Wossek di Bohemia selatan. Anak-anak Herman Kafka belajar bahasa Jerman di sekolah swasta Yahudi. Julie Löwy (Ibu Franz Kafka), lahir tahun 1856 di Podebrady nad Labem berasal dari keluarga kaya dan pendidikan tinggi. Ketika Herman Kafka mengikuti wajib militer dan berpindah ke Praha, dia menikah dengan Julie Löwy pada tahun 1882. Kemudian keduanya mendirikan sebuah toko yang menjual peralatan kecantikan, payung dll. Usahanya makin berhasil, Herman Kafka mulai merintis sebuah Sinagoga tempat sembahyang bagi warga Yahudi. Herman Kafka yang berasal dari keluarga Ceko-Yahudi membuat usahanya makin digemari kedua warga, baik Ceko maupun Yahudi sendiri.

2. Masa Kecil
Franz Kafka lahir 3 Juli 1883 di Eckhaus Maislgasse-Karpfengasse (Kaprova), anak tertua laki-laki dari enam bersaudara. Dua adik laki-laki meninggal masih muda, kemudian lahir tiga adik perempuan; Elli (1889), Valli (1890), Ottla (1892). Keluarga Kafka mempunyai seorang tukang masak, pembantu rumah tangga berkebangsaan Ceko bernama Marie Werner, dan seorang pengasuh anak-anak berkebangsaan Perancis bernama Bailly. Keluarga Kafka sering tinggal berpindah-pindah di Wenzelsplatz 56, Geistgasse V/187, Niklasstrasse 6, Zeltnergasse 2.

1889 di Alstädter Ring 2
1896 di Zeltnergasse 3 (Celetna)
1907 di Niklasstrasse 36 (Parizska)

Toko ayah Kafka pertama di Zeltnergasse 12, kemudian di Kinsky-Palais, dan di Altstädter Ring 16. Dengan kehidupan hiruk pikuk di keluarga, usaha toko dan kehidupan kota, membuat Kafka tertekan dan mengalami kehidupan yang terbatas. Tahun 1919 dia mulai menulis sebuah biografi yang dirahasiakan berjudul "Surat untuk Ayah" (Brief an den Vater), sebagai sebuah tanda betapa sulitnya seorang anak yang sensitif hidup diantara kekuasaan Ayahnya yang diktatoris, kokoh pendirian, dengan ibunya yang sentimental dan penuh kasih sayang. Surat itu menandakan sebuah kesulitan hidup Kafka dengan kekuasaan Ayahnya yang berlebihan, sehingga Kafka berusaha membuat sebuah kebenaran dalam kebimbangannnya pada sebuah pembelaan dirinya dengan peka.

3. Sekolah Dasar (1889-1893)
Pada 9 September 1889 Kafka masuk sekolah dasar milik kelompok warga Jerman di kawasan pasar daging selama empat tahun. Murid-muridnya sebagian besar Yahudi. Bahan pendidikannya berasal dari negara-negara dibawah kekaisaran Austria. Pada kelas pertama, kedua, ketiga hingga ke empat gurunya adalah Yahudi, kadang orang Ceko, sedang kepala sekolahnya orang Jerman. Di sini Kafka mulai berkawan dengan Hugo Bergmann.

4. Sekolah Menengah (1893-1901)
Bulan September 1891 Kafka masuk sekolah menengah pertama berbahasa Jerman di kawasan Kinsky-Palais. Kafka termasuk murid yang baik, pada tahun pertama hingga ketiga, selalu menduduki rangking tertinggi, menurut hasil rapor tahunannya. Ayah Kafka memilihkan sekolah bergengsi ini, dengan harapan agar anaknya bisa memperlajari bahasa Latin, Yunani, dunia klasik dan spiritual. Kenyataannya, Kafka justru tertarik pada kawan-kawannya sesama dari Praha termasuk seorang penulis dan filosof Bohemia Fritz Mauthner. Pada pelajaran bahasa Jerman, Kafka berkenalan dengan gurunya yang seorang penulis terkenal yaitu Johann Peter Hebel yang menulis Kotak perhiasan dari teman keluarga Rhein (Schatzkästlein des rheinischen Hausfreundes). Buku itu menjadi salah satu bacaan favourit Kafka. Kafka berkenalan dengan Max Brod dan mendapat pinjaman buku-buku bacaan seperti: Shakespeare, Goethe, Schiller dll. Kafka harus berkenalan dengan cerita-cerita dongeng dari Jerman juga karya-karya klasik, yang muncul dalam bacaan sekolah dan dari gurunya. Kafka juga di tunjang dengan koleksi buku perpustakaan Ayahnya di rumah, namun Ayahnya mulai tak bisa menghalangi minat membaca dan menulis anaknya. Orang tuanya menghendaki bila kelak Kafka bisa mewarisi dan meneruskan usaha dagang orang tuanya. Pada tahun ke empat Kafka pindah ke lantai pertama rumahnya jalan Celetna 3. Rasa takut dirinya yang tidur sendiri di kamar itu, yang jendelanya langsung menghadap ke jalan Celeta. Lalu muncul karya Kafka berjudul "Jendela menghadap ke Jalan" (The Window onto the Street), merupakan salah satu karya awalnya yang di kumpulkan dalam karya "Meditasi" (Betrachtung/Meditation). Kemudian dia menghancurkan semua karyanya sendiri saat di sekolah yang sudah dimulai sejak tahun 1897. Pada kelas ke 6 dan 7 Bergmann kawan akrap Kafka menyetujui gerakan zionis, sebaliknya Kafka menolak, Kafka memilih ke faham sosialis. Pada tahun 1899 diadakan konggres zionis internasional pertama di Praha yang melebur antara zionis dan sosialis.

5. Universitas (1901-1906)
Universitas Karl didirikan pada 7 April 1348 merupakan Universitas pertama di Eropa tengah, pada tahun 1882 Universitas tersebut terpecah menjadi dua; Universitas Jerman dan Universitas Ceko. Kafka mendaftar di Universitas Jerman untuk semester musim dingin tahun 1901-1902. Seperti kawan Kafka, Oskar Pollak dan Bergmann tidak menyukai jurusan yang khas Yahudi yaitu Hukum dan Kedokteran. Kafka pun memilih mempelajari Kimia. Namun Kafka tidak suka praktek di laboratorium, kemudian dia bepindah memilih jurusan Hukum juga pada bidang Jurisprudensi dan juga menekuni sastra Jerman dan mulai mengenal tokoh August Sauer, cerita legendaris bangsawan Jerman. Mata kuliah lain yang diikuti disamping Sastra Jerman, juga Sejarah Seni, dan Filsafat. Kafka mulai bersahabat dengan Max Brod dan tertarik dengan teori berpikir. Kafka dulunya pernah mencoba menulis puisi lalu dibatalkannya sendiri, dalam beberapa suratnya terkandung nilai-nilai sastra. Dia juga menulis beberapa cerpen dan prosa pendek, mungkin yang tersirat dalam karyanya berjudul "Gambaran Sebuah Perlawanan" (Beschreibung eines Kampfes). Brod mulai mengurus novelnya Kafka itu tahun 1902. Kafka membaca karya Flaubert dan pada bulan Januari 1904 di dalam kereta api dia membaca hingga selesai buku harian dari Hebbel sebanyak 1800 halaman. Kafka menyimak acara sastra dari penerbit Fischer. Selma Robitschek-Kohn meyakinkan bila Kafka juga membaca Nietzsche. Dari tahun 1901-1904 Kafka terpengaruh Pollak dan Avenarius ikut berlangganan media "Seni Terkini" (Kunstwart). Dia banyak menghadiri ceramah sastra, ceramah tentang Nietzsche, juga tergabung dalam kelompok mahasiswa Jerman, yang punya perlengkapan perpustakaan dari berbagai pengarang dunia. Sejak tahun 1902 Kafka berkenalan dengan Felix Weltsch dan Baum. Kafka punya rasa humor dan tahu cara bergaul, dia seperti kawan-kawan lainnya tak hanya suka mendatangi acara-acara budaya, tapi juga sering main ke bar dan warung kopi serta ke bordil. Pada usia 20 tahun, Kafka berminat mengamati bidang politik dan sosial. Dalam sebuah suratnya kepada kawannya Oskar Pollak, Kafka bersimpati pada aksi protes yang dilancarkan Pollak untuk menuntut hak-hak sosial kaum pekerja dagang. Pada semester musim dingin tahun 1903, Kafka mengambil peran dalam acara sastra dan sosial yang diadakan kelompok mahasiswa Jerman. Di Warung kopi Louvre, Kafka bersama kawan-kawannya Max Brod, Hugo Bergmann dan Felix Weltsch termasuk kelompok penggemar filsafat yang membahas ajaran filosof Franz Brentano yang sangat berpengaruh di Praha waktu itu. Di Salon Berta Fanta, juga diadakan sebuah diskusi filsafat yang membahas pandangan Brentanis dengan mengambil dasar pemikiran dari Fichte, Kant dan Hegel, waktu itu Kafka sebagai mahasiswa dan pendengar yang pendiam. Catatan mata kuliah dari Brod mempermudah persiapan ujian Kafka. Tahun 1903 telah maju ujian negara dengan mata kuliah sejarah hukum, saat mempersiapkan ujian tersebut pada usia 20 tahun Kafka pertama kali berpengalaman sex dengan pegawai toko, seperti suratnya yang ditulis kepada Milena Jesenska tahun 1920. Pada musim panas tahun 1905 Kafka melakukan perjalanan liburan ke Schlesien (daerah barat daya Polandia). Disini dia pertama kali jatuh cinta pada seorang perempuan yang ditulis dengan judul "Seorang Perempuan, yang tidak Saya Ketahui" (Eine Frau, ich unwissend). Belakangan dia merahasiakan dan hanya membandingkan dengan Seorang Perempuan Swiss (Schweizerin). Akhir tahun 1905 dia makin aktif dengan Kelompok Praha (Prager Kreis). Kafka telah lulus ketiga ujian lisan dengan mata kuliah Hukum Umum dan Masyarakat Austria, Hukum Internasional dan Ekonomi Politik. Kafka menerima gelar Doktor Ilmu Hukum pada 8 Juni 1906, dengan nilai Memuaskan.

6. Masa Bekerja dan Awal Berkarya Sastra (1906-1912)
Kafka praktek sebagai pengacara yang tanpa gaji dari 1 April hingga 1 Oktober 1906 pada kantor pamannya Dr. Richard Löwy di Praha. Mulai 1 Oktober 1906 hingga 1 Oktober 1907 juga praktek sebagai pengacara hukum pada pengadilan daerah Praha. Mengabdi ke pengadilan merupakan tugas wajib negara. Tapi Kafka tak serius melakukannya, pengalamannya membuahkah inspirasi pembuatan karyanya berjudul "Gambaran Sebuah Perlawanan" (Beschreibung eines kampfes). Rencana dia sebenarnya akan melanjutkan belajar di Akademi Ekspor Wina di Austria, setelah itu akan merantau ke Amerika selatan. Tahun 1907 berkat hubungan dengan pamannya Alfred Löwy di Madrid, dia bisa diterima bekerja di kantor Asuransi Umum (Versicherungsgesellschaft Assicurazioni Generali) yang kantor pusatnya berada di Triest-Itali, sedang di Praha hanyalah sebagai kantor perwakilan, sebenarnya Kafka berharap dengan bekerja dirinya bisa keluar dan pergi dari Praha. Di kantor perwakilan asuransi itu, Kafka sebagai pegawai sementara (Temporär) yang bertugas pada bagian asuransi jiwa, dengan gaji 80 Krone per bulan, dengan jam kerja antara 08.00-12.00 dan 14.00-18.00, serta keharusan kerja lembur tidak mendapatkan gaji tambahan, liburan hanya diberikan selama tujuh hari setahun. Di tempat kerja ini, Kafka sudah mulai tidak krasan, disamping tak ada waktu lagi bagi dirinya untuk menulis. Dari bulan Februari hingga Mei 1908, Kafka belajar di Akademi Perdagangan Praha, bidang asuransi tenaga kerja. Dia sudah mempersiapkan ujian dan hampir mendaftar lagi di kantor asuransi pemerintah kerajaan Bohemia di Praha lewat bantuan hubungan Ayahnya. Kafka akhirnya keluar kerja dari asuransi umum. Pada tahun 1908, Kafka masuk kerja di kantor Asuransi Kecelakaan Tenaga Kerja (Der Arbeiter-Unfall-Versicherung-Anstalt), sebagai tenaga pembantu, namun dibanding di tempat kerja yang lama di Asuransi Umum, di tempat baru ini jauh lebih baik. Jam kerja mulai 08.00-14.00 tanpa istirahat, sebagai pekerjaan setengah hari yang memungkinkan dirinya untuk bisa menulis. Menurut keterangan dokter saat mulai pekerjaan barunya, Kafka mempunyai berat badan 61 kg dan tinggi 182 cm. Pada tahun 1908 kantor tersebut mendapat direktur baru yang handal dan tahun 1910 menugasi Kafka sebagai konseptor, tahun 1913 Kafka menjadi wakil sekretaris, tahun 1920 menjadi sekretaris penuh, tahun 1922 Kafka diangkat menjadi Kepala sekretaris. Pada 1 Juli 1922, Kafka harus pensiun. Setiap tahun Kafka mendapat gaji sekitar 1400 Krone, tergolong gaji yang cukup bagus saat itu. Kafka bekerja pada bagian tehnik yang amat penting untuk membuat statistik kerja juga surat menyurat. Kafka mendapat penghargaan atas prestasinya dari kantornya yang berbunyi: "Dr. Kafka seorang pekerja yang sangat rajin dengan penuh bakat dan loyalitas, juga hubungannya dengan sesama kawan kerja dan atasannya selalu baik". Marchner dan Ostrcil, ketua bagian mengagumi Kafka, yang disebut sebagai pekerja yang canggih. Pekerjaan Kafka berhubungan erat dengan; a)pemilik perusahaan, b)asuransi dan c)negara. Ketiga bidang itu telah digeluti setiap hari dengan baik. Pengalaman itu mengilhami karyanya yang berjudul "Koloni Hukuman" (Strafkolonie). Kafka tetap bersahabat dengan keluarga Bod, Baum, Werfel dan Kisch, namun merasa dipengaruhi oleh Brod. Kafka mengunjungi beberapa ceramah dari Claudel, Kraus, Loos, Steiner, dan Buber. September 1909 Kafka bersama Max Brod dan Otto Brod berlibur ke Tirol dan Itali, Oktober 1910 Kafka dan Max Brod berlibur ke Paris, Desember 1910 ke Berlin, akhir musim panas 1911 juga dengan Max Brod ke Switzerland, menuju Milano, Itali dan ke Paris, Perancis. Sejak itu horison Kafka makin terbuka melihat dunia di luar Cekoslowakia. Kafka pernah jatuh cinta pada Aktrice Tschissik, seorang perempuan yang sudah bersuami. Maret 1908 muncul karya awal Kafka berupa delapan buah prosa dengan judul "Meditasi" (Betrachtung), tahun 1909 muncul karya lain berjudul "Percakapan dengan Orang yang Berdoa" (Gespräch mit dem Beter), dan "Percakapan dengan Pemabuk" (Gespräch mit dem Betrunkenen). Brod mengagumi karya Kafka yang berbentuk puisi prosa itu, sebaliknya Werfel meyakinkan bahwa; "karya Kafka tradisional dan bersifat lokal Praha, tak ada orang yang mengerti karya Kafka". Percetakan Weber dari Munchen, melontarkan kritik pada karya Kafka hampir ke seluruh koran di Bohemia, membuat Kafka marah. Wiegler, redaktur koran sastra dari Berlin yang sudah lama mengagumi Kafka datang ke Praha untuk menerbitkan ulang karya "Meditasi" (Betrachtung), juga karya lain "Renungan ulang bagi Tuan Penunggang Kuda" (Zum Nachdenken für Herrenreiter), juga "Pesawat Terbang dari Brescia" (Die Aeroplane von Brescia). Karya tersebut diilhami ketika Kafka dan Brod serta Otto mengunjungi Südtirol, Kafka punya keinginan untuk menengok sebentar pameran pesawat terbang di Brescia. Ketika Brod, dan kawan-kawan sastrawan lainnya seperti Musil, Wiegler atau Baum sudah menerbitkan buku mereka, Kafka masih belum, dia lebih suka menerbitkan sendiri karyanya. Agak berlebihan, prestasi karya sastra dari seorang pegawai asuransi: banyak ceramah diselenggarakan dari tahun 1908 hingga 1911, tidak terus terang menggunakan nama dirinya, meskipun banyak saksi meyakinkan dan Kafka sendiri akhirnya juga mengakui. Kafka makin kewalahan dengan banyaknya ceramah, terbukti dalam catatan hariannya tahun 1910, telah lima kali lebih banyak dari biasanya, dalam buku hariannya juga ditulis; "Telah di tinggalkan dan di coret", buku hariannya bulan Maret 1912 tertulis; "Hari ini beberapa kertas yang menjemukan dibakar", Kafka merasa dirinya belum mampu, untuk mengurus semuanya, pada awalnya selalu hanya dirobek-robek. Dari awal perobekannya itu terkumpul juga dalam buku hariannya menjadi permulaan dari sebuah novel besarnya berjudul "Dunia Kota" (Die städtische Welt), hal ini juga mendorong lahirnya karyanya sebelumnya berjudul "Keputusan" (Das Urteil), dan bahkan tahun 1911/1912 juga sudah dimusnahkan bentuk awal dari roman Amerika. Lebih penting dari sedikit yang dipublikasikan, Kafka secara jujur mengakui penulisan yang sebenarnya dan disini utamanya adalah buku harian, yang mempunyai pendirian sendiri lewat tulisan: "Saya tak akan pernah lagi melepaskan buku harian, saya harus pegang teguh, kemudian hanya dengan ini saya bisa menulis" yang tertulis dalam buku hariannya Desember 1910. Pada buku hariannya Februari 1911 dengan judul tulisan "Kehidupan mendua yang mengerikan", di ungkapkan saingan antara pekerjaan dan keharusan menulis pribadi, mungkin hanya nilai yang penting sebagai jalan keluarnya. Hanya melalui tulisan yang inspiratif membuat Kafka bahagia. Buku harian telah membebaskan kebutuhan dirinya, menulis sebuah catatan riwayat diri sendiri, yang sudah di rasakan sejak tahun 1911 dan hasil karyanya sangat jelas terpengaruhinya, dari awal kehidupan sesungguhnya.

7. Pendobrakan (1912-1914)
Pada musim panas 1911, ayah Kafka mengharapkan agar Kafka bisa mengisi waktu senggangnya menggantikan pekerjaan orang tuanya, namun Kafka tetap pada pendiriannya menolak dan sungguh akan mengikuti seleranya menekuni bidang sastra. Liburannya dari akhir Agustus hingga pertengahan September bersama Brod ke "Logano-Paris-Erlenbach" telah ditulis bersama-sama. Kafka menghubungkan setiap kalimat Brod dengan enggan minta izin, dia tulis dengan pedih sampai pada perasaannya yang terdalam. Akhirnya berhasil dalam bab pertama diberi nama "Richard dan Samuel", pada musim dingin 1911/1912 berhasil menulis transkripsi sebanyak 200 halaman , sebagai rangkuman dari roman "Hilang Tak Berbekas" (Amerika). Kafka segera akan memusnahkan rangkuman itu yang dianggap tak ada gunanya. Dari banyaknya karya Kafka tersebut, dia menjadi sedikit yakin untuk menimbang tidak menolak untuk penerbitan buku: pada musim panas 1912 dia dengan Brod mengunjungi penerbit. Brod memperkenalkan pada penerbit Axel Junker di Berlin; namun pembicaraan lebih menarik pada penerbit Rowohlt di Leipzig, penerbit itu diperkuat lagi dengan datangnya Kurt Wolff. Akhir Juni 1912 Brod dan Kafka pergi ke kerajaan Jerman, mampir ke Weimar untuk menghormati Goethe. Kafka makin yakin dengan pertemuan dengan penerbit itu, hasilnya diterbitkanlah karyanya berjudul "Meditasi" (Betrachtung), sejak itu hubungan antara Kafka dan penerbit makin akrab hingga kematian Kafka. Kafka mulai mengurangi menulis cerita pendeknya, tapi tetap penuh isi dan berakhir dengan sempurna, yang selalu menonjolkan tema utama; ketidak berdayaan, kesepian, keasingan, tak ada jalan keluar. Namun Kafka merasa sesungguhnya belum tercapai, sehingga banyak media dan kritikus yang harus menarik diri, bila dia tidak merasa puas.

8. Percetakan Rowohlt dan Kurt Wolff
Percetakan Rowohlt yang didirikan sejak 1910 oleh Ernst Rowohlt (lahir 1887), mulai memberi kesempatan bagi penulis-penulis muda seperti; Brod, Ehrenstein (kakak Brod), Kafka, Trakl, Werfel, Robert Walser dan lainnya. Sejak Wolfft memimpin percetakan itu tahun 1912 terjadi perpecahan antar parner kerja, mulai pertengahan Februari 1913 berdiri sendiri percetakan Kurt Wolfft, percetakan ini yang menyebutnya sebagai generasi Ekspresionis. Percetakan baru ini mulai menerbitkan karya-karya Kafka "Meditasi"(Betrachtung), "Koloni Hukuman" (Strafkolonie) dan "Seorang Dokter Daerah" (Ein Landarzt). Kemudian kedua percetakan Rowohlt dan Wolfft jadi bersatu dan tak mau lagi menerbitkan karya yang sendirian, mereka ingin dari keseluruhan penulis, termasuk sejarah kehidupan Kafka.

9. Felice Bauer
Pada 13 Agustus 1912, ketika Kafka datang ke rumah Brod membawa naskah "Meditasi" (Betrachtung), disitu dia bertemu Felice Bauer (lahir 1887), gadis berusia 24 tahun berasal dari Berlin yang bekerja sebagai penulis steno. "Ketika saya duduk", begitu tulis Kafka dalam buku hariannya, "Saya lihat pertama kali gadis itu dengan amat jelas, ketika saya duduk, saya telah memberi keputusan yang tak meragukan", bahkan ketika Kafka mulai menjelaskan potongan prosanya, dia merasa "dibawah pengaruh sang wanita itu". Hari berikutnya saling bertanya apakah Kafka bisa lebih bersahabat lagi. Kafka menggambarkan pada Felice sebagai; "Wajah kosong yang menonjol, leher yang bebas, blus yang dikenakan, serta hidungnya yang tak rata, rambutnya yang pirang, agak kaku, rambutnya yang menjemukan, dagunya yang kuat, keterampilannya, lucu, hidup, yakin dan sehat". Pada paskah 1913 Kafka bertemu Felice lagi, namun Kafka telah mengirim sebanyak 350 surat dan 150 kartu pos kepada Felice. Surat-surat itu jarang ditulis pendek, kebanyakan panjang terdiri dari beberapa halaman yang menceritakan lingkungan kehidupannya, suasana kerjanya juga aktivitas penulisannya. Hubungan yang menegangkan dua sejoli itu bisa disebut sebagai awal "Perlawanan" Kafka. Pertemuan Kafka dan Felice berikutnya di Berlin di hotel Askanischer Hof, kemudian mereka berjalan-jalan. Pada pertengahan Juni 1913 Kafka bertanya pada Felice, apakah dia mau dijadikan istrinya? Kafka merasa tak akan sendiri lagi, tapi takut berhubungan, bukankah kesendirian sebagai syarat untuk menulis; menulis dan hidup itu menjadi satu; tanpa kepandaian menulis, bagi Kafka tak ada kepandaian hidup; dimana menulis diletakkan diluar dirinya, disitu mulai ketidak yakinan pada hidup; pertama menulis, akan mempermudah hidup. Bagi Kafka; "perkawinan mewakili hidup".

Kafka mengadakan perjalanan dinas dengan pimpinannya Dr.Marschner ke Wina, juga menghadiri konggres Zionis, lalu pergi ke Triest, Venesia, Verona dan Riva di Gardasee disini Kafka bertemu dengan perempuan Swiss. Surat menyurat antara Kafka dan Felice telah berhenti, bahkan lamaran tunangannya telah dibatalkan oleh Felice. Kafka merencanakan untuk tinggal di Berlin sebagai penulis lepas. Akhir Maret 1914 keduanya rujuk kembali dan memberikan lamaran tunangan, akhir Mei 1914 diadakan pesta tunangan di Berlin. Orang tua Kafka sangat senang dengan Felice; dengan harapan Felice bisa dengan positif mempengaruhi gaya hidup anak laki-lakinya. Namun bagi Kafka, upacara tunangan itu bagaikan "Siksaan". Felice beranggapan hidup bersama dalam satu rumah mengerikan Kafka, sejak dari awal sudah tampak hubungan yang rumit, usahanya untuk mengurangi kedekatannya dalam hidup, pertahanannya kedekatannya pada keinginan menulis, akan membuat ikatan tunangan makin parah. Pada 12 Juli Kafka mengungkapkan isi hatinya pada Felice, bila tunangannya dibatalkan. Dua hari setelah suratnya yang pertama dikirim Felice, pada malam hari 22-23 September 1912 di kereta api, Kafka menulis cerita "Keputusan" (Das Urteil), yang dibayangkan Kafka bagaikan "Hantu tengah malam", yang hanya bisa ditulis, bila hanya dengan keterbukaan yang utuh antara jiwa dan raga.

10. Perang Dunia Pertama (1914-1918)
Pecahnya perang dunia pertama pada pertengahan tahun 1914 membuat hancurnya dunia sastra dan percetakan, awal tahun 1914 Robert Musil di undang untuk memberi ceramah, juga kemungkinan rencana penerbitan karya Kafka berjudul "Metamorfosa" menjadi batal. Sejak akhir Juli 1914 Kafka telah menulis "Proses" (Der Prozess), dalam menggarapnya, Kafka seperti biasa, bila menemukan sebuah tahapan menulis, terus meluncur deras rencananya tertumpuk satu sama lainnya, sehingga makin sulit, karena tugasnya saling bersaing untuk diselesaikan pada banyak "Permulaan yang terbuang" lalu diteruskan lagi. Kenang Kafka; "Pada setiap awal novel, kemudian tak masuk akal. Tak berpengharapan, bila itu baru, masih belum selesai, dimanapun organime ditemukan pada organisasi yang sudah selesai di dunia akan dapat diterima, seperti setiap organisasi kemudian akan berupaya, untuk mengakhirinya". Pada Nopember 1916, Kafka memberi ceramah karyanya di Munchen, dia satu-satunya yang berada di luar Praha di saat perang.

11. Kafka dan Ekspresionisme
Ekspresionisme dalam sastra berbahasa Jerman sudah lahir lebih awal antara tahun 1910-1920. Kata ekspresionisme telah di canangkan untuk membedakan dengan aliran baru impresionisme. Aliran impresionis, apakah penyair atau seniman lukis, memberi kesan bila akan mulai menangkap dari bagian luarnya yang sekarang disebut ekspresionis, lebih terasa lagi dalam kepenyairan ketimbang dalam seni lukis, oleh sebab itu pengalaman kejiwaan tidak lagi secara simbolis, melainkan tak bisa disampaikan dengan penekanan dan dinyatakan seperti dalam perasaan murni dari suara musik. Sering kali, uniknya dan secara individu menarik diri, menolak pengkategorian, kenyataan, semua menekankan artinya kebersamaan. Agar supaya bisa saling berhubungan , bahwa seluruh rentetan seniman ekspresionis mencari kelompoknya dan menemukan aliran-aliran politiknya, dimana manusia diikat dalam kelompok atau untuk memenuhi kerinduan sesuai masyarakatnya dan menemukan kebebasan religiositas. Begitulah reaksi ekspresionisme terhadap naturalisme, impresionisme, materialisme, dalam satu sisi, sedang pada sisi lain sebagai revolusi estetik. Istilah "Ekspresionisme" tidak hanya terdapat pada sastra berbahasa Jerman, melainkan di Itali dan Rusia orang juga mengenalnya dengan sebutan "Futurisme", di Inggris dan Amerika Latin disebut "Imagisme".

Sejak tahun 1912, Kafka dijuluki penulis beraliran ekspresionis, Wolfft menolak sebutan tersebut, bahkan Wolfft menganggap karya Kafka aneh, berbeda dengan karya sastrawan lainnya, tak layak untuk di terbitkan, Kafka pun merendah dan menyesali, dalam perkembangan selanjutnya karya Kafka justru memberi warna tersendiri, buktinya banyak penulis lirik seperti Georg Heym, Georg Trakl dan Ernst Stadler telah tergolong ekspresionis yang juga diterbitkan oleh penerbit Rowohlt dan Kurt Wolfft. Ada 23 penulis yang tergabung dalam antologi percetakan Rowohlt, mereka adalah para ekspresionis seperti; Sternheim, Benn, Edschmid, Werfel, Wolfenstein, Schickele, Ehrenstein dan Lasker-Schüler. Pada tahun 1913-1914 sudah nampak, namun baru tahun 1915 pada gilirannya Kafka memunculkan karya "Meditasi" (Betrachtung). Percetakan menindak lanjuti dengan menerbitkan almanak ekspresionis yang terdiri dari para sastrawan dan penyair. Di lingkungan kelompok sastrawan Praha, utamanya kelompok Jerman yang kaya tak sama kuatnya, sastrawan muda Praha tampak formal dan bobotnya tak revolusioner. Kafka makin "Merasa Aneh" di tengah-tengah mereka yang biasa mangkal di warung kopi Arco. Tak pernah terpengaruhi dari gerakan sastra baru, Kafka toh makin tua dan musnah. Dengan jelas hubungan Kafka dengan teman dan penerbitan atau pandangannya terhadap karya Becher, Döblin, Kölel, Lasker-Schüler, juga hubungannya terhadap Goethe, Kleist, E.T.A.Hoffmann, Hebel, Shopenhauer, Dostojewski, Dickens, Flaubert telah menunjukkan tradisi sikapnya yang kuat, yang bisa dibuktikan lewat kepenyairannya.

Gemanya tentu saja, Kafka menemukan membelah kembali pada ekspresionisme. Pada era perang Kafka tertarik mempelajari paralel sejarah Zionis, sementara Brod aktif memberi ceramah dan Ottla ikut kelompok perempuan Yahudi. Awal Juli 1916, Kafka bertemu dengan Felice lagi dan menjalin hubungan makin akrab, awal Juli 1917 Kafka membuat lamaran tunangan kedua kepada Felice. Pada tengah malam antara 9 dan 10 Agustus 1917, Kafka terserang penyakit gangguan darah, tiga hari berikutnya terulang lagi. Diketahui bila Kafka mengidap penyakit Tebese/Tuberkulose pada paru-paru. Bagaimana hubungannya dengan Felice, dia melihat sebuah konflik dengan Felice. Akhir Desember 1917 Felice datang ke Praha dan membatalkan lagi tunangannya yang kedua dengan alasan terjadi sakit yang parah pada Kafka. Luka pada paru-paru bagi Kafka hanyalah sebuah simbol makna, bila Kafka mati, Kafka sendiri yang akan terobek-robek. Luka pada paru-paru dalam cerita "Seorang Dokter Daerah" (Ein Landarzt), dia pegang sebagai ramalan, dengan musibah sakit itu, justru bagi Kafka sebagai pembebasan. Selama sakit, Kafka diboyong ke daerah pedesaan Zürau dan dirawat oleh Ottla, adiknya yang paling dicintai. Kafka merasa bahagia hidup dengan kesedehanaan dan kesepian dan ingin menjadi petani kecil yang hidup di desa. Dia menghendaki untuk pensiun lebih awal, namun selalu diperpanjang liburannya oleh kantornya. Awal Mei 1918 dia mulai masuk kerja lagi. Selama di Zürau, Kafka telah menulis banyak surat utamanya pada kawan-kawannya; Baum, Brod dan Welsch juga pada Milena.

12. Pasca Perang (1918-1923)
Kekalahan perang Monarki Donau terbagi menjadi Cekoslowakia beribukota Praha dan terdiri dari dua kebangsaan; Ceko dan Slowakia, dengan sebagian kecil bangsa Jerman dan Yahudi. Kafka tak banyak tertarik politik. Kafka masih sakit, dan pada 6 September 1917 mengajukan untuk pensiun, namun tak dikabulkan justru tetap diperpanjang masa istirahatnya. Akhirnya pada 1 Juli 1922, Kafka akan dipensiunkan. Praktis antara tahun 1922-1923 Kafka hanya berada di sekitar Praha dan sebagian waktunya banyak di habiskan di kamar. Dia paling senang tinggal di Zürau bersama adiknya Ottla. Sejak sakitnya yang parah, musim gugur 1918 beristirahat di Scheelen, pada November 1919, Kafka berkenalan dengan Julie Wohryzek dan Dora Gerrit. Akhir Juli 1920 Ottla membawa Kafka untuk berobat ke Meran, perjalanan pulangnya mampir ke rumah Milena Jesenska di Wina. Kemudian Kafka berkenalan dengan Robert Klopstock seorang mahasiswa kedokteran asal Hongaria, keduanya saling bersahabat dan kekeluargaan. Pada November 1921 Kafka berobat di Praha, namun tetap tak banyak hasil. Sampai habis tenaga antara tantangan hidup dan mencoba untuk bertunangan lagi yang ke tiga dengan Milena yang tercinta dan penuh gelora. Badan yang sudah rapuh, kerja yang berat; menulis-mungkin lebih hidup bahagia sebagai petani kecil, Kafka merasa kondisi dirinya tak pulih lagi. Selama tiga minggu, pada Januari-Februari 1922 beristirahat dipegunungan, Kafka menyelesaikan karyanya berjudul "Seniman Lapar" (Hungerkünstler) dan "Puri" (Schloss). Tepat 1 Juli 1922, dia memasuki masa pensiun. Pada Juli 1923, Kafka menggambarkan keadaanya dalam depresi yang dalam, karena paru-parunya pada musim gugur dan musim dingin makin buruk yang dirasakan pada sakit perutnya dan kejang perut. Beberapa bulan Kafka tak bisa nyaman tidurnya, yang paling dirasakan pada bagian paru-paru. Dalam karyanya "Surat untuk Ayah" disebutkan pada minggu pertama tahun 1919, Kafka berkenalan dengan Julie Wohryzek, Juli berasal dari keluarga Ceko-Yahudi, bahkan perkenalannya itu sudah menjurus ke jenjang tunangan, tepatnya pada November 1919, juga sebuah rumah telah disiapkan. Nasibnya buruk, kemauan Kafka terhalang, semuanya menjadi perlawanan. Perlawanan itu masih tak hilang, bahkan tersembunyi dan berkembang. Batalnya rencana tunangan itu juga dipicu oleh pengaruh Milena pada musim panas 1920. Namun dengan batalnya tunangan dengan Julie, seperti biasa justru muncul karya sastra baru, tokoh "Dia" (Er), dalam kumpulan karya; "Surat untuk Ayah". Seolah-olah mendapat sabda dari Felice yang pada tahun 1917 juga batal kawin. Karya Kafka berjudul "Surat untuk Ayah", selalu bercerita kehidupannya diseputar; "Agama Dunia, Pekerjaan, Menulis dan Rencana Tunangan". Semua tema itu digali dari riwayat hidup di dalam dirinya sendiri, meskipun dari relung-relung kecil sekalipun dan bagian nyata telah di ungkapkan dengan pengenalan metode mithologis yang tendensius.

13. Milena Jesenska
Awal tahun 1920, Kafka mulai menulis surat kepada Milena Jesenska Polak, seorang wartawati dari keluarga Ceko yang berlatar belakang nasionalis-kristen, Milena kemudian menjadi kekasih Kafka sekaligus penerjemah beberapa karyanya ke dalam bahasa Ceko, akhirnya Milena menjadi seorang aktivis gerakan kiri. Milena atas desakan Ayahnya, setelah menyelesaikan pendidikannya di Universitas kemudian kawin dengan Ernst Polak, keturunan Yahudi-Jerman. Milena sudah lama menjadi anggota kelompok sastrawan yang biasa mangkal di Cafe Arno. Pada akhir tahun 1919, Milena merasa senang menterjemahkan karya Kafka berjudul "Juru Api" (Heizer), kedalam bahasa Ceko. Surat menyurat terus dilakukan oleh keduanya, utamanya kalau Kafka berkunjung ke Meran. Surat-suratnya diibaratkan bagaikan "Api yang menyala-nyala", karena Milena tinggal bersama suaminya Polak di Wina, Milena sering meminta Kafka untuk singgah ke Wina, bila berlibur. Gairah persahabatannya makin memuncak dari 29 Juni hingga 4 Juli 1920, ketika keduanya berada di Wina. Milena membaca semua buku harian Kafka termasuk fragmen "Hilang Tak Berbekas" (Verschollene), "Puri" (Schloss), juga "Surat untuk Ayah" (Brief an den Vater). Meski Kafka mencintai Milena, tapi Milena tak bisa melepaskan suaminya Polak, perkawinan yang tak harmonis dan sudah terongrong itu, seharusnya diakhiri, bila Milena mau pergi ke Praha dan hidup bersama Kafka. Musim gugur 1920, Kafka mengatakan; "Lebih baik sekarang kita berhenti berkirim surat dan menghindari bertemu". Milena berkirim surat kepada Brod yang menekankan berulang-ulang, bila Kafka; "Takut, takut tak hanya berhubungan dengan dirinya, tapi pada semuanya, tak tahu sopan apa yang terjadi. Ketika diri ini sudah terbuka, dia tak mengerti, tak melihat. Sebenarnya saya dulu sudah ingin menghindar...tak perlu melelahkan, apa yang sebenarnya jelas dan sederhana...penyakit dia bagi kami sekarang ini bagaikan sebuah sakit pilek yang ringan saja".

Tahun 1921 Kafka pernah menulis surat kepada Brod; "Meninggalkan dunia Yahudi, yang kebanyakan tak jelas dari Ayah, sangatlah sulit, maunya akan mulai menulis Jerman, kaki belakang ini terasa lengket dengan dunia Yahudi Ayah, sedang kaki depan tak menemukan pijakan baru. Kafka mulai tertarik dan berbalik ke dunia Zionis Judaisme, bahkan tahun 1912 ketika bertemu Feilce yang sama-sama orang Yuahudi, sudah merencanakan untuk menengok Palestina. Kafka mulai mengerti Brod, kenapa Brod lebih condong ke rasa nasionalis Yahudinya ketimbang Jermannya. Sejak tahun 1917, Kafka mempelajari pelajaran Ibrani tak pernah putus hingga tahun 1923. Ketika Kafka menghadiri ceramah tentang Zionisme di Berlin, Kafka mendapat tawaran dari istri Bergmann; "Bila dia tertarik berpindah ke Palestina, akan diajak pergi bersama-sama dan tinggal bersama". Akan tetapi keinginan akan ke Palestina hanya tinggal harapan. Liburan Kafka ke Müritz di laut Baltik, di anggapnya sebagai; "Keberhasilan percobaan perjalanan panjang". Meski niat ke Palestina itu batal, namun Kafka bersama Dora Diamant di Berlin mempunyai impian sebuah kehidupan di Palestina. "Seperti manusia lain, ada titik lingkar yang dituju, jarak yang diinginkan untuk di tuju dan kemudian memilih lingkungan yang indah", kenang Kafka tahun 1920 dalam seluruh buku hariannya tentang kehidupannya; "Saya telah mengambil jarak ke depan yang amat jauh, tapi selalu saja harus terpatahkan, sebagai contoh saya sebut saja; Bahasa, Jermanistik, Anti-Zionisme, Zionisme, Ibrani, Pertamanan, Pertukangan, Sastra, Rencana Tunangan, Rumah Pribadi", dan terus melaju; "Menatap titik tengah dalam lingkungan imajinasi, tak ada tempat untuk sebuah percobaan baru, tak ada tempat artinya usia lanjut". Sejak Februari 1922, Kafka mulai menulis sebuah roman barunya berjudul "Puri" (Schloss), bulan Juli bab pertama roman itu sudah selesai. Sejak 1 Juli 1922, Kafka resmi memasuki masa pensiun yang berarti bebas dari tekanan pekerjaan kantor.

14. Dora Diamant dan Akhir Hayat Kafka (1923-1924)
Awal Juli 1923, Kafka dan adik perempuannya Elli serta anak-anaknya berlibur ke Müritz di laut Baltik. Disini Kafka berkenalan dengan Dora Diamant, seorang wanita Yahudi yang mengasuh rehabilitasi Yahudi-Berlin. Hubungan itu berlanjut makin hangat, Kafka berpengharapan; "Seorang Wanita yang mempunyai pengertian penuh padanya". Kafka merasa di lindungi dengan baik dan halus oleh Dora, hingga pada batas-batas dunia fana. Dora berusia tepat 20 tahun berlatar belakang dari pendidikan yang taat tradisi keagamaan (Jidis dan Ibrani), dia dari Polandia dan mengungsi ke Barat, karena desakan kelompok anti Yahudi. Kafka menawarkan keperluan untuk menjaga kesehatannya dan keduanya tinggal di Miquelstrasse 8, Steglitz, Berlin, bagi Kafka; Berlin sebagai pengganti Palestina. Di Berlin Kafka punya kawan bernama Ernst Weiss yang sudah dikenalnya sejak tahun 1913. Kondisi kesehatan Kafka makin memburuk, pada undangan dari Carl Seelig September 1923 mengatakan:"Sekarang saya menarik diri dari dunia penulisan, tak ada gunanya sama sekali, apa yang dulu bisa ditulis dan terbitkan. Dora menambahkan, bila Kafka telah membakar sendiri banyak karyanya, antara lain sebuah naskah cerita tentang;"Proses pembunuhan ritual terhadap Kampak dan sebuah percobaan naskah drama". Brod mengakui; "Seluruhnya ada 20 Buku tebal". Pada Dora ada sisa bagian naskah yang masih utuh, yaitu dari penerbitan di Berlin, karena tahun 1933 terjadi aksi Gestapo (Agen Polisi Rahasia Pemerintah) akhirnya hilang.

Pada Februari 1924, kondisi kesehatan Kafka mulai menurun, dia lebih banyak berbaring di tempat tidurnya, pamannya Siegfried Löwy menjenguk ke Berlin dan memutuskan, bahwa Kafka harus di bawah pengawasan dokter. Pada 17 Maret Kafka dan Brod kembali ke Praha, sedang Dora menyusul belakangan. Awal April Kafka dibawa ke Sanatorium "Wiener Wald" di Niederösterreich, Wina. Diketahui penyakit tebese/tuberkulosenya menjalar sampai ke pangkal tenggorokan, sehingga Kafka hanya mampu berbisik. Pertengahan April, dia dibawa ke klinik Universitas Wina namun hanya sebentar karena kondisi makin parah, pada 19 April dia dibawa ke Sanatorium Dr.Hoffmann di Kierling-Klosterneuburg. Kafka sudah mendekati masa yang menakutkan, hanya berbaring di kamar yang tak lagi mendapat penjagaan ketat. Harapan sudah tipis dan kematian sudah menunggu. Kafka tak lagi di bawa kembali ke Praha, dia di urus oleh Dora dan beberapa ahli medis, serta dokter untuk menyelamatkan jiwa Kafka. Berkat kepandainnya team medis, Kafka masih bisa bertahan sampai tiga bulan lagi. Pada 3 Juni 1924, Kafka meninggal dunia dalam usia 41 tahun dan pada 11 Juni mayatnya dikebumikan di kuburan umum Yahudi di Praha.

15. Testamen
Pada warisan karya sastra Kafka, ditemukan dua testamen yang ditujukan kepada Brod. Yang sejak dulu diterbitkan Kafka (karya kepenyairan, buku harian, surat-surat, lukisan). Testamen pertama; ("Max Brod yang terhormat, milik saya...") yang ditulis tahun 1920/1921. Testamen kedua; ("Max Brod yang terhormat, mungkin...") yang ditulis tahun 1922/1923. Isi kedua testamen tersebut intinya menyuruh Brod untuk memusnahkan warisan karya seninya, dimana pada testamen pertama hanya menyinggung semua warisan karya yang ditulis tangan, sedang yang kedua tentang karya sastra yang sudah dicetak dengan perkecualian yang berjudul; "Meditasi" (Betrachtung) dan termasuk juga pada artikel yang telah tercetak berserakan dan prosa kecil. Hanya Brod lah yang punya hak kuasa akan karya-karya Kafka, yang lainnya tidak ada. Namun Brod telah mengingkari janji seperti yang diamanatkan dalam testamen Kafka. Justru Brod telah mencetak karya-karyanya; Brod tak bisa memenuhi permintaan untuk membakarnya. Setelah Kafka meninggal, Brod mempublikasikan karya cerita Kafka yang selama ini tidak diterbitkan, termasuk karya yang belum selesai berjudul; "Josefine, Penyanyi" (Josefine, die Sängerin) dan juga berjudul; "Gambaran Sebuah Perlawanan" (Beschreibung eines Kämpfes) dan naskah fragmen roman; "Proses" (Der Prozess). Testamen kedua perlu hati-hati, karena Kafka selalu menganggap buku harian tentang Milena itu penting. Brod mengalami kesulitan untuk mengumpulkan semua warisan karya Kafka, mengingat beberapa diantaranya masih di simpan Dora, dan Dora tak bersedia memberikan Brod, karena warisan itu dianggapnya sebagai barang pribadi untuk mengenang masa hidupnya bersama. Belakangan Dora menampakkan sikap tak percaya dengan Brod perihal kemauan Brod untuk mempublikasikan karya Kafka, telah disadari kebimbangan prinsip - semuanya hanya berdasar rasa iri hati, kematian dan sisa kenangan untuk dimiliki sendiri. Brod memahami dan menghormati situasi ini, dan membiarkan beberapa karya warisan Kafka masih tersimpan pada Dora di Berlin. Namun hampir seluruh warisan karya Kafka sudah diterbitkan hingga saat ini, kecuali sebagian yang masih di simpan Dora. Penerbit Kurt Wolff telah menyimpan surat-surat berharga dari Kafka.

Beberapa surat pada teman-temannya, keluarganya (Ottla), utamanya surat-surat pada Felice dan Milena dengan penuh kesadaran pribadi telah diterbitkan untuk kepentingan khazanah sastra. Brod menyadari untuk kepentingan yang lebih luas dalam kepenyairan sehingga perlu dilestarikan. Bagian terbesar warisan karya Kafka disamping pada dirinya, juga di keluarganya Kafka sendiri, yang sekarang disimpan di perpustakaan Bodleian Oxford, sebagian di Universitas Yale, sebagian kecil disimpan di arsip sastra Marbach, di Praha, di tempat orang-orang secara pribadi. Edisi warisan antara lain; "Seorang Seniman Lapar" dan "Proses" (1924), "Puri" (1926), "Ameika" (1927), "Pada Pembangunan Tembok Cina" (1931). Meski karya Kafka termasuk sulit dijual, namun Brod terus berusaha untuk mengadakan berbagai kegiatan sastra dan mempublikasikan. Era kekuasaan ketiga totaliter di Eropa, perang dunia kedua dan Stalinisme, mengharuskan karya-karya Kafka untuk diselamatkan ke luar negeri. Di era Nazi, tentara Hitler masuk ke Praha, karya-karya Kafka di bawa exil ke Perancis, Inggris dan USA. Pada tahun 1950-an, dimana ilmu bidang Psikoanalitis, Theologi dan Filsafat makin digemari, tak terkecuali karya-karya Kafka banyak di interpretasikan dari segi bahasa.

[Tengok Franz Kafka di Praha] Analisa dan Kritik


Brod menggambarkan gaya penulisan Kafka yang di benarkan oleh Kafka sendiri;"Orang harus menulis masuk kedalam kegelapan, seperti pada sebuah terowongan". Pengalaman bergaul dengan Kafka, Brod meyakinkan; "Dengan Kafka membicarakan masalah abstrak, hampir tak mungkin, dia berpikir dalam gambar-gambar dan bicara dalam gambar-gambar pula". Brod mengungkapkan keberhasilannya mendokumentasikan figur dan karya Kafka; "Adalah sebuah kebahagiaan bisa dekat di sampingnya, bacalah beberapa kalimat dari Kafka, nanti akan menjumpai lidah, nafas, kemanisan, yang belum pernah dialami, Kafka bekerja selalu tanpa rencana dan bacalah seluruh tuntunan inspirasinya yang singkat".

Peter U.Beicken, seorang peneliti karya Kafka dari Universitas Princeton dalam bukunya; "Franz Kafka, sebuah pengantar kritis dalam penelitian", (Franz Kafka, Eine Kritische Einführung in die Forschung) menyebutkan;...Jarang orang bertanya tentang seni Kafka,...Kafka tidak membahas tentang masalah Agama, Metafisik atau Moral, melainkan kepenyairan...Kafka tidak mengajarkan kita Teologi maupun Filosofi, melainkan satu-satunya sebagai Penyair. Bahwa kepenyairan dia yang gemilang, sekarang telah menjadi mode, yang banyak di baca orang, bukan bakat dan bukan diminati, menerima kepenyairan, dia tidak bersalah.

Kelompok sastrawan kritis Jerman pasca perang dunia kedua yang menamakan diri, "Kelompok 47", yang dipelopori oleh Hans Werner Richter, pada tahun 1951 telah membahas dan mengkritisi karya sastra prosa dari figur sastrawan seperti; Hemingway dan Dos Passos. Pada diskusi sastra kritis itu, juga dimunculkan ide membahas karya Kafka. Seorang pengikut diskusi berkata; "Ketika menyebut nama Kafka, saya jadi teriak dengan kejang, sudah 21 kali saya usulkan untuk dibahas tak kunjung tiba. Kafka disini jangan hanya dimengerti sebagai kategori analisa, melainkan sebagai pengetahuan yang tertinggi untuk semua sastra, baik yang menolak maupun yang akan mengikutinya".

Martin Walser, tahun 1953 dalam sebuah diskusi kelompok 47 mengatakan; "Kafka adalah sebagai figur yang berbahaya". Pengkritik lainnya berkata; "Kalau saya akan membaca karya Kafka, lebih baik saya membaca diri Kafka".

Herman Hesse, penyair Jerman peraih nobel sastra tahun 1946 mengatakan; "Kafka bukan saja seorang penyair dari wajah intensitas yang langka, melainkan juga sebagai manusia yang alim, beragama, bila juga sebuah dari masalah, termasuk model Kierkegaard ...., fantasinya menuntut realitas yang membara, sebuah perumusan hal kehidupan agama yang mendesak".

Andre Gide, sastrawan Perancis berpendapat tentang Kafka; "Saya tak tahu akan bilang apa, apa yang saya kagumi; Penceritaan ulang yang alami sebuah dunia fantastik, melalui ketelitian yang rumit dari potret yang masuk akal, atau keberanian riil dari pembalikan terhadap kerahasiaan".

Menurut analisa dalam sejarah sastra Jerman oleh Grabert, Mulot dan Nürnberger disebutkan; "Tokoh-tokoh manusia dalam karya Kafka bekerja seperti hantu, yang harus bergerak menuruti sebuah kemauan yang belum diketahui dan dimengerti; mereka hidup di bawah tekanan, mundur dari sangsi hukum, tanpa tahu, siapa yang telah menutupi hukuman mereka; seperti dalam pengembaraan impian menakutkan, mereka berada dalam alam abstrak yang kesana-kemari, tanpa tahu menemukan jalan keluarnya; dan langsung lurus, bahwa mereka akan datang dengan bebas, mereka selalu terjerat dalam kesalahan yang dalam. Bukan mengarah ke sebuah moralitas, melainkan pada sebuah kesalahan eksistensial manusia. Kafka bertobat untuk sebuah kehilangan, dimana dia tidak tahu, dan mencari sesuatu, yang dia tidak ketahui. Seperti dalam mimpi buruk terdapat tempat dan waktu, untuk mengangkat konsekwen psikologis dan sebab-akibat, dan dalam unsur-unsur impian dunia sihir menuju sebuah aturan hukum yang mapan. Model Realisme-magic telah di tunjukkan dalam fragmen romannya berjudul; "Puri" (Der Schloss)". Dalam paradoks yang di tunjukkan, Kafka membelokkan wejangan Tuhan menjadi; "Siapa mencari, tidak menemukan, siapa tidak mencari, akan ditemukan. Pada jalan keluar dunia, tanpa belas kasihan memandang manusia". Kafka mengatakan; "Dengan noda duniawi yang tampak dilihat mata, seperti di dalam situasi dari seorang penumpang kereta api, yang dapat musibah di terowongan panjang, dan benar-benar sebuah posisi, dimana orang tak melihat lagi lampu awal, sedang lampu akhir tapi hanya kecil, bahwa pandangannya harus selalu dicari terus-menerus dan terus-menerus hilang, dimana antara awal dan akhir tidak yakin lagi.

Theodor Adorno tahun 1953 dalam acara TV mengkritik tajam; "Karya Kafka berisi berita-berita yang tertutup dari penyakit skizofrenia sosial yang sedang sembuh".

Georg Lukàc tahun 1958 dalam kritik marxismenya terhadap karya Kafka berkata; "Bertentangan dengan kesalahpahaman dalam realisme".

Günther Grass, sastrawan Jerman peraih nobel sastra tahun 1999 terus terang mengatakan; "Dalam proses pembuatan prosa panjang saya yang berjudul "Almari" (Die Schranke) mengambil gaya Kafka sebagai sastrawan awal ekspresionis.

Susan Sontag, sastrawati dan kritikus sastra asal Amerika tahun 1964 menulis dalam esainya yang terkenal berjudul "Melawan Interpretasi" (Against Interpretation); "Bahwa karya Kafka telah menjadi sebuah penindasan massa". Ada dua hal; pertama penindasan masa itu bisa berhasil dan karyanya tak bisa dihindarkan, berkembang dan mengalir, dibiarkan terbukti di seluruh dunia. Tapi benar, berhubungan dengan Kafka membuat kejemuan tertentu yang sesungguhnya, orang akan protes dengan ketidak nafsuan, orang bicara dari kejemuan.

Heinz Politzer, seorang guru besar sastra Jerman di Berkeley/Kalifornia pernah ikut menyelenggarakan pameran karya Kafka bersama Brod di Wina berpendapat; "Seorang manusia seperti Kafka, tak akan pernah ada, ritme hidupnya monoton, karena keadaan yang membosankan itu di taklukkan secara berulang-ulang dari suasana eksistential dan di bawa ke dalam karyanya, itu wajar menceritakan sejarah (dan sejarah seperti apa!). Kafka muda lebih terbuka pada masalah-masalah sosial, kemudian menjadi revolusioner. Kafka hanya mengulang-ngulang variasi yang tak ada hentinya. Sejarah dari kehidupan Kafka adalah sebuah biografi bagian dalam dari karya seorang biarawan yang sakit, sejenis sebuah buku gambar, yang mana kitab sucinya untuk kaum miskin yang bebas, bukti berdarah seorang Yahudi, yang menyerahkan tanda bukti tersebut dalam karyanya untuk merendahkan dan menghina, orang yang mengikutinya".

Marcel Reich-Ranicki, kritikus sastra kelas wahid di Jerman, keturunan Yahudi kelahiran Polandia, tahun 1984 tepatnya 60 tahun setelah kematian Kafka, menulis buku berjudul; "Ulasan ulang tentang Sastrawan Jerman masa lampau", (Nachprüfung über deutsche Schrifteller von gestern). Ranicki membahas beberapa figur sastrawan Jerman beserta karyanya yang sebagian besar bangsa Yahudi, termasuk Kafka. "Sekarang 60 tahun kematian Kafka, kita makin lebih tahu, menunjukkan bahwa pendapat-pendapat dari tindakannya yang ragu-ragu atau pandangannya yang tak berciri menasehati dari karya-karyanya yang tak bisa dihapus, di rubah dan- dibedakan dengan karyanya yang lampau". Tampaknya acara seabad kelahiran Kafka (1883-1983), juga tidak untuk pengupas pendapat-pendapat tentang karyanya atau tentang kesediaan menyatakan pandangan-pandangan, melainkan justru menghubungkan dengan sebuah buku yang berakar dari model karya Kafka. Lebih jauh Ranicki berpendapat; "Karya Kafka adalah penggambaran sebuah perlawanan dengan rasa takut; takut akan penghinaan dan ketidak mandirian, takut akan siksaan dan kekejaman, takut akan Ayahnya dan keluarganya, takut akan kelemahan dan impoten, takut karena tidak memiliki tanah air dan perkumpulan, takut akan nasib bangsa Yahudi, takut akan kematian dan juga kehidupan." Ranicki menyitir pengakuan Kafka; "Kalau saya menulis, saya merasa terobek, tidak tenang dan takut". Oleh karena itu amat sulit untuk menemukan seorang sastrawan dalam sejarah sastra dunia, yang cenderung bisa melebihi egosentrik dan mengarah ke penonjolan pada umum (Exhibisionismus). Namun setelah beberapa tahun kematian Kafka, Brod menandaskan ; "Setiap jenis Egosentrisme, di tolak oleh Kafka". Ranicki mengkritik; "Dalam dunia epos Kafka lebih menonjol figur wanita atau sedikit negatif, sering berhati dingin dan marah". Antara buku hariannya dan surat-suratnya terasa tak ada bedanya, semua yang tak memperbincangkan hal sastra, membuat Kafka merasa bosan, prinsipnya jelas tanpa dilema antara sastra atau hidup. Ketakutan yang permanen pada wanita membuat krisis kepribadiannya-setiap krisis identitas yang muncul, kita berterima kasih, karena menghasilkan roman dan karya-karyanya dalam bentuk cerita dan telah berkali-kali dia analisa dan komentari, sebuah karya "Surat untuk Ayah" yang amat terkenal. Mungkin bagi kehidupan Kafka, hanya ada seorang perempuan yang bisa dia cintai, tanpa rasa takut yaitu adik perempuannya Ottla.

[Tengok Franz Kafka di Praha] Beberapa Karya Kafka

1. "Buku Harian Perjalanan" (Reisetagebücher)
Kafka sering melakukan perjalanan wisata bersama Brod yang dibagi dalam empat tahap:

a. Januari/Februari 1911 ke Friedland, Ceko.
Kafka mengunjungi Puri Friedland. Hotel di Friedland. Papannya besar. Mengingatkan saya pada Yesus yang disalip, yang mungkin tak sesungguhnya. Tak ada kertas toilet, badai salju menerjang masuk dari bawah. Saya termasuk tamu lama satu-satunya. Kebanyakan tamu-tamu itu merayakan perkawinannya di hotel. Dengan tak yakin, saya ingat kembali, suatu pagi di ruangan diadakan upacara perkawinan. Papan di ruang masuk itu amat dingin. Kamar saya tepat di pintu masuk; saya sama merasakan kedinginan...kembalinya dari Raspenau ke Friedland disamping saya ada seorang manusia yang mirip mati kaku,...yang terindah adalah panorama kaisar, saya tak merasakan kenyamanan, karena saya begitu masuk, tidak mengerti, masuk dengan sepatu tebal anti salju...Brescia, Kremona, Verona.

b. Agustus/September 1911 ke München dan Zürich.
Kemudian di lanjutkan ke beberapa kota di Itali, Switzerland, dan Perancis.

  1. Rimini-Ostende-Genua Nervi (Praha)

  2. Oberital.Seen, Milano (Praha)-Genua, (melewati Locarno dan Lugano)

  3. Meninggalkan Maggiore, Lugano-Milano, mengunjungi kota-kota kecil sampai di Bolognese.

  4. Lugano-Paris.

  5. Lugano-Milano (beberapa hari)-Maggiore.

  6. Milano: langsung ke Paris.

  7. Turun di Stresa.

c. Juni/Juli 1912 ke Weimar-Jungborn.
Pada 10 Juli Kafka bangun tengah malam dan bermimpi, bahwa dia seolah-olah mendengarkan suara deklamasi Goethe, tentang kebebasan dan kesewenang-wenangan yang tak putus-putusnya.

Pada 11 Juli Kafka berbicara dengan Dr.Friedrich Schiller, seorang pegawai di Breslau yang pernah belajar tata kota dan tinggal lama di Paris. Kafka tinggal di hotel dengan panorama kebun royal Palais...dua kawan saya mengganggu saya, mereka berjalan dan berdiri di pintu berbicara atau mengajak jalan-jalan. Tapi saya berterima kasih pada mereka, karena saya bisa membaca "Koran Misionaris Evangelis" edisi Juli 1912 tentang misionaris di Jawa; "Begitu banyak juga yang menentang terhadap misionaris yang bertugas sebagai dokter bukan ahlinya, berpraktek pada lingkungan yang luas, dengan haknya mengajukan keberatan, sehingga sekali lagi alat bantu utamanya tugas misionaris dan bukan justru menderitakan.

d. September 1913 ke Wina.
Pada 10 September Kafka pergi ke Wina bertemu dan ngobrol sekenanya tentang sastra dengan seorang bernama Pick. Obrolan itu agak membosankan, tapi tak bisa berhenti dari dunia sastra. Kafka menggambarkan, bahwa Pick kukunya telah mencengkeram. Suasana di stasiun kereta api Heiligenstadt itu lengang, kereta api juga kosong, ada pemerhati di pojok. Di kejauhan ada orang mencari jadwal perjalanan. Ketololan yang akhirnya saya hormati. Hotel Matschakerhof, dua kamar dengan satu pintu masuk. Kafka dengan P jalan menyusuri lorong, makin cepat. Angin kencang. Yang dikenal, semua terlupakan. Tidur tak nyaman perlu perhatian. Impian yang memuakkan. Pertanyaan pada buku harian, otomatis pertanyaan atas keseluruhan, mengandung ketidak mungkinan seluruhnya. Di Kereta Kafka mempertimbangkan kembali pembicaraannya dengan P. Itu tak mungkin, semuanya dikatakan dan itu tak mungkin, semuanya tidak dikatakan. Tak mungkin menjaga kebebasan, tak mungkin tak menjaganya. Tak mungkin dari kehidupan yang mungkin dilakukan, yaitu hidup bersama, setiap kebebasan, masing-masing untuk dirinya, bukan tak mungkin untuk kawin, hanya bersama-sama. P adalah orang yang pemberani, dengan sedikit celah yang tak mengenakkan. Terlalu pagi di parlemen pada kongres Zionis. Dengan Lisa.W. dengan perasaan saya pada gadis itu (bagaimanapun seperti jalan melingkar ke saya) mungkin perasaan sosial saya.

Kafka dalam menulis buku harian perjalanannya tidak ketat dengan jadwal waktu, namun terjadi loncatan peristiwa yang ditulis pendek bergaya puitis. Pembaca diajak untuk mengelabuhi dan memprediksikan luapan perasaan dalam perjalanannya.

2. "Metamorfosa" (Die Verwandlung)
Suatu pagi ketika Gregor Samsa akan bangun dari tempat tidur dan mendadak berubah menjadi seekor kumbang, padahal dirinya tidak mati, tidak melalui proses reinkarnasi, dia masih benar-benar hidup, juga bukan sebuah impian belaka, namun peristiwa nyata, jari-jarinya yang kecil dan lengket dan masih di tutup selimut. "Oh, Tuhan," pikir Gregor, pekerjaan sulit apa yang telah saya pilih. Ketika Ayah Gregor memanggil dari luar kamar, Gregor pun tak mau menjawab, namun ketika saudara perempuannya memanggilnya, Gregor menjawab; "Saya sudah siap". Suara itu pun mirip suara serangga. Pembaca dibuat tidak yakin, bahkan yang tak terbiasa dengan karya Kafka mungkin merasa aneh. Tapi itu memang model khas Kafka, yang tak jauh dari kehidupan pribadinya, bahwa Kafka yang diibaratkan Gregor Samsa merasa kecil dihadapan Ayahnya, oleh karena ketika di panggil Ayahnya keluar kamar Gregor tak menjawab. Milo Dor, seorang sastrawan emigran dari Yugoslavia di Jerman secara blak-blakan meniru model Kafka. Milo Dor menulis cerita berjudul "Kematian Lompatan" (Salto Mortale) berkisah; seorang redaktur koran yang bangun pada pagi hari, tiba-tiba tak dikenal lagi oleh sekitarnya, dia tidak mati, namun berbentuk mahkluk lain tak kelihatan, pacarnya juga tak mengenal dan melihat, kedudukannya sebagai redaktur koran telah diganti kawan lain, tapi dia ada disitu. Pembaca mendapat penjelasan yang rasional pada akhir cerita. Karya Milo Dor ini tahun 1959 telah dibacakan di depan forum kelompok 47 dan mendapat serangan kritik yang tajam.

3. "Seorang Dokter Daerah" (Ein Landarzt)
Saya dalam kebimbangan yang mendalam: sebuah tugas perjalanan mendesak; seorang yang sakit menunggu saya, yang jaraknya 10 mile di desa; hujan salju berangin kencang di sepanjang jarak antara saya dan dia; saya dulunya punya mobil, ringan, yg seperti orang di jalan pergunakan; pada kopor berbulu, peralatan tas sudah di tangan, saya sudah siap berangkat; tapi masih kurang kudanya, kuda. Kuda saya mati beberapa malam yang lalu, karena kerja keras pada musim dingin yang mencekam ini. Pembantu perempuan saya lari ke desa mencari pinjaman kuda; namun tak ada harapan, saya sadar karena makin banyak tertimbun salju, saya berdiri di sana tak bergerak dan tanpa tujuan. Di pintu seorang gadis berdiri sendirian menggerakkan lentera; tentu, siapa sekarang yang akan meminjamkan kuda untuk perjalanan semacam itu? Saya tengok ke halaman; tak ada kemungkinan lagi; terobek, tersiksa saya dorongkan kaki saya ke pintu darurat kandang babi yang sudah tahunan tak dipakai. Pintu itu terbuka. Terasa hangat dan berbau ada kuda yang datang. Sebuah lentera kusam di kandang itu bergoyang di dalam pada seutas tali. Seorang laki, berbaring di gubuk yang rendah itu, menunjukkan wajah mata kebiruan. "Haruskah saya memasangkan pakaian kuda ?" tanya dia, sambil merangkak ke depan. Saya tak tahu apa yang harus dikatakan dan saya hanya melihat kedalam apakah yang masih ada di dalam kandang itu. Pembantu rumah sudah berdiri di samping saya. "Orang tak tahu, barang apa saja yang dimiliki orang itu di rumahnya", katanya dan kami tertawa. "Halo, saudara laki-laki, halo saudara perempuan" kata buruh kuda dan dua kuda, binatang berkekuatan sepak itu jalan tunggang langgang, pahanya dekat tubuh, kepalanya merendah bak unta, hanya dengan kekuatannya menggerakkan tubuhnya dari lobang pintu, tubuhnya padat. Tapi berdiri sama tegak lurus berpaha tinggi, tubuhnya menguap. "Bantu dia", kata saya dan gadis itu cekatan membantu buruh memasang peralatan kuda ke keretanya. Jarang terjadi pada buruh seperti itu, dengan pegang erat dan mencambuk di wajahnya.

Melangkah dan pergi ke arah saya; ada bekas baris gigi warna merah di pipi gadis itu. "Kau Sapi", bentak saya marah, " Kamu akan cambuk?", pikir saya tapi dia orang asing; yang saya tak kenal, dari mana dia berasal dan dia sudah membantu dengan sukarela, dimana yang lainnya menolak. Ketika dia memahami pikiran saya, dia anggap ancaman saya tak jelek, melainkan dia nampak sangat sibuk dengan kudanya. "Naik", kata dia dan sebenarnya: semua siap. Dengan kereta sebagus itu, saya akui, saya belum pernah mencobanya dan saya naik dengan senang. "Tapi saya akan mengendalikan, kau belum tahu jalannya", kata saya. "Beres" kata dia. "Saya tak mau ikut, saya tinggal bersama Rosa". "Tidak" teriak Rosa dan melaju ke arah firasat yang tepat, nasib yang tak bisa dihindari tiba di rumah; saya mendengar sebuah rantai pintu bergerincing, di letakkan; saya dengar kuncinya diambil alih; saya lihat, sepertinya tak lain sebagai tanah garapan dan selanjutnya lewat kamar semua lampu padam, tak bisa ditemukan. "Kamu ikut pergi", kata saya pada buruh itu, " atau saya menyerah saja dari perjalanan ini, cepatlah. Ada yang tak cocok disini, kamu mengikutkan gadis yang sebagai pengorbanan diri". "Bangun!" kata dia; bertepuk tangan, keretanya terkoyak, bagaikan kayu di terpa topan; masih saya dengar, seperti pintu rumah saya di bawah serangan buruh. Mata dan telinga saya terpenuhi deru yang bertubi-tubi.

Tapi hanya sebentar saja, terbukalah pintu ladang dari ladang pasien saya, saya sudah berada disana; tenanglah kuda; hujan salju sudah berhenti; Bulan sudah mengitari; orang tua yang sakit itu tergopoh-gopoh keluar rumah; saudara perempuannya membuntuti; saya di papak keluar kereta, saya tak akan mengurus pembicaraan yang rumit; di kamar orang sakit udaranya pengap; asap tungku kompor terabaikan; saya akan buka jendela itu; tapi pertama kali saya akan melihat orang yang sakit. Kurus, tidak demam, tidak panas, tidak dingin, matanya kosong, tak berbaju anak muda itu hanya berselimut di gantungkan di leher saya, saya dibisiki di telinga: "Dokter, biarkanlah saya mati. "Saya melihat sekeliling; tak seorang pun yang dengar; orang tuanya membungkuk diam membisu dan menunggu keputusan saya; saudara perempuannya menaruh tas saya di kursi. Saya buka tas itu dan mencari peralatan saya; anak muda itu meraba-raba dari tempat tidur ke arah saya, minta agar saya mengingat permintaanya; saya pegang pinset, mengontrol dengan lampu lilin dan saya letakkan kembali. "Ya", pikir saya dalam umpatan, "dalam kondisi seperti itu, Tuhan membantu, kirimlah kuda yang hilang, tambahkan dengan segera untuk kedua kalinya, membantu kelalaian buruh kuda. "Sekarang saya kehilangan Rosa; apa yang saya lakukan, dimana saya harus menolongnya; bagaimana kalau kembali lagi seperti semula bertemu dengan buruh kuda, 10 mile dari sini, kuda yang tak jantan pada kereta saya? Kuda ini sekarang sabuknya kita longgarkan; jendelanya, bagaimana saya tak tahu, dorong dari luar; tiap orang melongok keluar lewat jendela, tak tergoyahkan dengan jeritan keluarga, orang yang sakit memandang lama. "Saya akan segera pulang", pikir saya, ketika saya dorong kuda itu untuk melanjutkan perjalanan, tapi saya tahan, bahwa saudara perempuannya yang telah membius saya dengan hawa panas menaruh koper bulu saya. Segelas rum disediakan untuk saya, orang yang tua menepuk bahu saya, nilai pengabdiannya yang meyakinkan sudah usai. Saya menggelengkan kepala, dalam lingkup pikiran orang tua itu, saya anggap buruk; atas dasar itu, saya tolak untuk meminumnya.

Ibu itu duduk di tempat tidur dan mengunci saya; saya ikuti dan rebahkan, sementara saya dengar seekor kuda meringkik keras lewat atap kamar, kepalanya di dada anak muda itu, di bawah jenggot saya yang basah. Yakin, apa yang saya ketahui: anak muda itu sehat, hanya sedikit pendarahan, dari rawatan ibunya yang diberi minum kopi, tapi sehat dan yang terbaik harus bergerak dari tempat tidur. Saya bukan orang reparasi dunia dan saya biarkan dia tergeletak. Saya ditugaskan dari daerah dan saya lakukan tugas saya hingga sampai di pinggiran. Sampai sejauh yang saya lakukan. Gajinya jelek, tapi saya murah hati dan siap bantu terhadap yang miskin. Juga pada Rosa, saya harus mengurusnya, kemudian anak muda itu berbinar-binar dan saya juga akan mati. Apa yang harus saya lakukan pada musim dingin yang tak henti-henti ini! Kuda saya telah mati dan tak ada lagi di desa itu, yang bisa meminjamkan kuda. Dari kandang babi saya harus tarik kereta saya, tak adakah kuda secara kebetulan, saya harus jalan dengan kereta. Begitulah. Saya mengangguk kepada keluarga itu. Mereka tak mengerti dan bila mereka tahu, mereka tentu akan tak percaya. Menulis resep adalah mudah, tapi memahami mereka adalah sulit. Disinilah kunjungan saya berakhir, orang kadang mengeluh yang tak perlu, tapi saya sudah terbiasa, dengan bantuan lonceng malam saya sebagai siksaan untuk seluruh daerah, tapi kali ini saya harus mengurus Rosa, gadis menarik yang bertahun-tahun tak pernah mendapat perhatian, tinggal di rumah saya-pengorbanan ini terlalu besar dan saya harus menaruh bantuannya pada benak saya, bukan membiarkan pada keluarga, dengan kemauannya yang terbaik tak dapat memberikan kembali pada saya. Ketika saya menutup tas gantungan, melambaikan tangan sambil bawa jaket bulu, keluarga itu berdiri bersama, ayahnya menarik nafas terhadap segelas rum di tangannya, ibunya saya kira kecewa-ya, apa yang di harapkan rakyat?-menghujani air mata di bibirnya yang hangat, dan saudara perempuannya melambaikan dengan handuk yang bergelepotan darah, bagaimanapun saya siap, menerima keadaan, bahwa anak muda itu mungkin sakit. Saya mendatanginya, dia menyambut dengan senyum, ketika saya membawakan sop kental- ah, sekarang kedua kuda meringkik; suaranya jadi merdu, pada tempat yang agak tinggi, memudahkan perawatan- dan sekarang saya menemukan: ya, anak muda itu sakit. Di sebelah kanannya, ke arah paha telah terluka selebar piring kecil. Rosa, dalam bayang-bayang gelap yang dalam, terang hingga sampai pinggiran, butir-butir kecil yang halus, dengan tak beraturan mengumpulkan darah, terbuka seperti pekerjaan gunung di hari-hari sibuk. Begitulah dari kejauhan, di kedekatan justru makin sulit. Siapa yang bisa memandangi tanpa bersiul lembut? Cacing-cacing, pada kekuatannya dan kepanjangannya sama dengan kecilnya jari saya, merah sendiri dan disamping itu disuntik berdarah, melilit, di bagian dalam lukanya berhenti, dengan kepala putih, dengan banyak paha-paha tersorot lampu. Anak muda yang malang, tak bisa menolong kamu. Saya menemukan luka kamu yang besar; pada bunga-bunga pada sisi kamu pergilah kamu ke dasar. Keluraganya bahagia, dia melihat saya sibuk; saudara perempuannya berkata pada ibunya, ibunya berkata pada ayahnya, ayahnya berkata pada tamu-tamunya, hingga paling ujung, selaras dengan kemiskinannya, lewat cahaya bulan yang masuk ke pintu terbuka. "Akankah kamu menyelamatkan saya?" bisik anak muda itu terisak-isak, benar-benar mengesankan kehidupan dalam lukanya. Itulah orang-orang di depan saya. Selalu mengharapkan ketidak mungkinan dari dokter. Kepercayaan kunonya telah sirna: pendeta duduk di rumah dan membongkar dinding misa, satu sama lainnya; tapi dokter harus mengurus dengan semua keterampilan kedokteran yang handal. Sekarang, mana yang menarik: saya tidak menawarkan; mereka pergunakan kah saya pada perlindungan suci, saya biarkan juga dengan yang terjadi pada saya, apa yang akan saya lakukan lebih baik, dokter daerah tua, sergah pembantu rumah saya! Dan kamu datang, keluarga dan orang-orang tua desa dan menelanjangi saya; sebuah kor sekolah dengan guru berdiri di ujung depan rumah dan bernyanyi sebuah melodi khusus yang sederhana dari teks:

"Telanjangi dia, dia nanti akan mengobati
Dan bila dia tak mengobati, bunuhlah dia!
Dia hanya seorang dokter, dia hanya seorang dokter."

Kemudian saya telanjang dan lihat, jari-jarinya di jenggot, dengan kepala miring, orang-orang diam. Saya sekujur di raba dan semuanya merenungkan dan tetap tinggal, meski tak membantu saya, sekarang mereka membawa saya di bagian kepala dan pada bagian kaki dan membawa saya ke tempat tidur. Ke pagar, pada bagian terluka mereka meletakkan saya. Kemudian semua pergi ke ruang tamu; pintunya tertutup; lagu-lagunya membisu; Awan memasuki di depan bulan; untuk saya, peralatan tempat tidur itu hangat, bayangan kepala kuda bergoyang di lobang-lobang jendela. "Tahukah kamu", saya dengar, dikatakan pada telinga saya, "kepercayaan saya pada kamu sangat tipis. Kamu dimanapun juga ya hanya terbebaskan, tidak berasal dari kakinya sendiri. Disamping membantu, kamu sempit di tempat tidur kematian saya. Yang paling baik, saya garuk kamu di bagian mata." "Benar", kata saya, "itu sebuah penghinaan. Tapi sekarang saya dokter. Apa yang harus saya lakukan? Percayalah pada saya, juga bagi saya bukan hal yang mudah." "Dengan permintaan maaf akankah saya puas? Dengan luka yang indah saya lahir di dunia; itu seluruh peralatan saya." "Anak muda", kata saya, "kesalahan kamu adalah: kamu tak punya wawasan. Saya yang sudah di semua rumah sakit, luas dan lebar, saya alami, saya katakan pada kamu: Luka kamu adalah tidak buruk. Di ujung siku terkena cangkul. Banyak yang menawarkan dan jarang yang mendengarkan cangkul di hutan itu, kemudian diam, bahwa dia makin mendekat." "Apakah benar-benar seperti itu atau kamu memperdaya saya tentang sakit demam itu?" "Memang benar demikian, ambillah sumpah jabatan dokter dengan merendah." Dan dia bersumpah dan diam. Tapi sekarang kesempatan saya untuk memikirkan pertolongan. Kuda masih berdiri setia di tempatnya, mengemasi pakaian, jaket bulu dan tas; dengan berpakaian saya tak ingin membiarkan terbuka; kuda tergesa-gesa seperti waktu perjalanan kemari, saya melompat ya agaknya dari tempat tidur ke tempat saya sendiri. Dengan patuh seekor kuda kembali manarik; saya lemparkan bola ke dalam kereta; jaket bulunya melayang agak jauh, dia menangkap lengan bajunya dan di gantungkan. Cukup bagus. Saya sudah biasa di atas kuda. Sabuknya tergesek kendor, seekor kuda jarang terikat dengan benda lain, keretanya berkelana di belakangnya, terakhir jaket bulunya jatuh di salju. "Beres", kata saya, tapi beres juga tidak; pelan-pelan seperti orang tua kami menarik diri lewat ladang tandus bersalju; di belakang kita ada yang aneh, suara panjang berbunyi, tapi lagu sepintas dari anak-anak:

"Berbahagialah kalian, pasien-pasien kamu,
Dokter kalian juga tergeletak di tempat tidur!"

Tak pernah saya sampai rumah; praktek saya yang membara telah hilang; seorang pengikut saya mencuri saya, tapi tanpa guna, tak mungkin dia bisa menggantikan saya; di rumah saya buruh kuda marah menjijikan; Rosa sebagai korbannya; saya tak habis pikir. Telanjang, pada suhu dingin yang mencekam itu, dengan kereta bumi, kuda-kuda yang tak alami, saya berlagak seperti orang tua kesana-kemari. Jaket bulu saya tergantung di kereta, saya tak bisa menjangkaunya dan tak ada kaum bajingan pasien bergerak menyentuh jari-jari. Kebohongan! Kebohongan! Sekali lagi lonceng jam malam berdetak aneh - tak pernah diperbaiki.(Tamat)

4."Di Depan Hukum" (Vor dem Gesetz)
Di depan hukum berdiri seorang penjaga pintu. Seorang dari desa datang menemui penjaga pintu dan minta izin untuk menghadap hukum. Tapi penjaga pintu tersebut menolaknya untuk memberi izin masuk sekarang. Orang desa itu menanyakan, apakah dirinya nanti bisa masuk. "Itu mungkin, tapi tidak sekarang," jawab penjaga pintu. Ketika pintu pengadilan itu terbuka seperti biasanya dan penjaga pintu menepi, orang desa itu telah melihat ke ruang dalam pengadilan. Ketika penjaga pintu mengetahuinya, tersenyum dan berkata; "Jika kamu akan mencobanya, mengapa tidak masuk saja, meskipun dilarang. Tapi ingat; Saya berkuasa. Dan saya hanya penjaga pintu yang paling rendahan. Tapi dari ruang ke ruang lain telah di jaga oleh penjaga pintu, satu dengan yang lain makin tinggi kekuasaanya. Bahkan saya tidak bisa menanggung pada pintu ke tiga". Orang desa itu tak mengharapkan kesulitan; hukum harus berlaku adil kepada semua manusia, dia pikir, tapi dia sekarang lebih memperhatikan penjaga pintu yang mengenakan jaket besar berbulu, berhidung mancung dan berjenggot panjang serta tipis, dia masih optimis untuk dapat izin masuk. Penjaga pintu memberi bangku kecil sambil mempersilakan untuk duduk dekat pintu. Dia duduk berhari-hari bahkan bertahun-tahun. Dia mencoba minta izin masuk, namun ditolak oleh penjaga pintu. Bahkan penjaga pintu bertanya pada orang desa itu tentang keluarganya dan berbincang banyak hal, namun pertanyaanya membosankan. Penjaga pintu berlagak seperti tuan besar, akhirnya dia tetap berkata lagi, bahwa orang desa itu belum boleh masuk. Orang yang membawa banyak barang berharga untuk perjalanannya, dengan mudah menyuap penjaga pintu. Akan tetapi penjaga pintu berkata; "Saya hanya menerimanya, sehingga kamu jangan berpikir, kamu telah sembrono pada semuanya". Setelah lewat bertahun-tahun, orang desa itu memperhatikan penjaga pintu terus menerus. Dia lupa pada penjaga pintu yang lain dan penjaga pintu pertama ini hanya merupakan halangan untuk masuk pengadilan. Dia mengutuk nasib buruknya, pada tahun-tahun awal dan dengan penuh kehati-hatian, setelah dia makin tua, dia sering menggerutu pada dirinya sendiri. Dia menjadi kekanak-kanakan dan selama pengamatannya pada penjaga pintu, dia mulai tahu ada kutu pada jaket bulunya dan ingin membantunya untuk merubah sikap penjaga pintu. Akhirnya, pandangannya makin kabur, dan dia tidak tahu lagi, bila hari makin gelap atau bila matanya telah menipu dirinya. Tapi makin sadar, betapa sulitnya menuju ke pengadilan. Dia tak bertahan hidup lebih lama lagi. Sebelum dia mati, seluruh pengalamannya di kumpulkan dalam benaknya untuk menemukan sebuah pertanyaan, yang dia sendiri belum tanyakan pada penjaga pintu. Dia memanggil penjaga pintu, sementara dia sendiri tak bisa mengangkat tubuhnya yang kaku. Penjaga pintu harus membungkukkan begitu rendah, karena ketinggian antara keduanya telah berubah, banyak yang menyengsarakan orang desa itu. "Kau masih ingin tanya apalagi?" tanya penjaga pintu. "Kamu rakus". "Semua orang berupaya menghadap pengadilan", kata orang itu. "Bagaimana mungkin, bertahun-tahun lamanya, tak seorang pun kecuali saya telah minta izin menghadap ke pengadilan?". Penjaga pintu itu sadar, bahwa orang itu sudah mendekati kematian, disamping kedunguannya bertambah, dan untuk masuk penjaga pintu berkata keras pada orang desa itu: "Tak ada orang lain dapat izin masuk kesini, karena pintu ini di maksudkan hanya untuk kamu. Sekarang saya pergi dan saya tutup pintunya.(Tamat)

5. "Pemburu Gracchus" (Der Jäger Gracchus)

Dua anak laki-laki duduk di tembok dermaga dan bermain dadu. Seorang laki-laki membaca koran pada tangga monumen di bawah bayangan pahlawan yang sedang mengayunkan pedang. Seorang gadis di sumur mengisi air di tongnya. Seorang pedagang sayur laki-laki berebahan di samping dagangannya dan memandang ke arah danau. Dari dalam warung kopi orang mengintip lewat pintu- dan lubang jendela ada dua orang sedang minum anggur. Pemilik warung kopi itu duduk di depan pada sebuah meja dan tidur-tiduran. Sebuah tandu mengambang pelan, sepertinya sedang diangkut di atas air di sebuah pelabuhan kecil. Seorang lelaki mengenakan baju kerja warna biru turun dan menarik talinya lewat ring-ring. Dua lelaki lain mengenakan mantel warna gelap yang berkancing perak memikul tandu di belakang pegawai perahu, di bawah sana tergeletak dengan jelas seorang yang mengenakan kain sutera berenda bunga besar.

Di dermaga itu tak ada orang yang mengurus pendatang baru, sendirian ketika mereka menurunkan tandunya, sambil menunggu pegawai perahu, tali-tali masih dikerjakan, tak ada orang yang masuk, tak ada orang yang mengajukan sebuah pertanyaan kepada mereka, tak seorang pun lebih memperhatikan mereka dengan saksama.

Pimpinan perahu sekarang menunjukkan dek perahu dengan leluasa melalui seorang perempuan, berambut terurai yang anaknya masih menindih dada. Kemudian datang lah dia dari sebuah rumah warna kuning tingkat dua, yang sedikit menanjak lurus dekat air, tukang pikul membawa beban dan mengangkatnya lewat tempat yang agak rendah, tapi lewat pintu bangunan pilar-pilar ramping. Seorang bocah kecil membuka jendela, langsung tahu, bagaimana rombongan itu menghilang di rumah, dan dengan cepat menutup lagi jendelanya. Pintunya sekarang juga tertutup, yang dibuat dari kayu eik hitam yang rapi. Sekelompok merpati telah terbang mengelilingi menara jam, sekarang hinggap di depan rumah. Ketika mereka akan mencari makanan, merpati-merpati itu berkumpul di depan pintu. Seekor terbang sampai ke lantai pertama dan mematuk kaca jendela. Itu merpati-merpati yang berwarna cerah, menarik, gesit. Dengan ayunan yang kuat, ibu itu melemparkan biji-bijian ke arah merpati-merpati, mereka berkerumun dan terbang melintasi ibu itu.

Seorang laki-laki mengenakan topi bundar dengan ikat simbol kesedihan menuruni lorong sempit yang penuh sampah menuju ke pelabuhan. Dia menoleh ke sana-kemari, semua dalam pantauannya, pandangannya tertuju pada sampah di pojok, wajahnya menjadi muram. Di tangga monumen tercecer kulit buah, sambil lewat dia menggaruk-garuk kulit buah itu ke bawah dengan tongkatnya. Di pintu ruang tamu, dia mengetuk sekaligus dia mengambil topi bundarnya dengan tangan kanan yang berkaus tangan hitam. Segera terbuka, lima puluh bocah laki-laki dengan riang berbaris dua-dua di gang dan membungkuk.

Pimpinan perahu menuruni tangga, menyalami orang laki-laki di situ, diajak naik ke lantai pertama, pimpinan perahu itu merasa ringan untuk bergaul dengan dia, pekarangan bangunan itu dikelilingi hiasan dan keduanya masuk, sementara bocah-bocah laki-laki dari kejauhan saling mendorong dengan penuh sopan, di sebuah kamar besar yang dingin di belakang samping rumah, tampak di seberangnya tak ada rumah lagi, melainkan hanya sebuah ladang tandus dengan tembok batu karang hitam ke abu-abuan. Tukang pikul supaya kelihatan sibuk, menindih tandunya dengan beberapa lilin panjang dan dinyalakan, tapi tidak ada api, sesungguhnya dulu hanya bayang-bayang sepi yang seram dan berkedip-kedip di atas dinding. Dari tandu itu hanya dililit selendang. Di tandu itu berbaring seorang laki-laki dengan rambut dan jenggot yang tumbuh liar tak beraturan, berkulit cokelat, seperti seorang pemburu. Dia tergeletak tak bergerak, sepertinya juga tak bernapas dan terpejam matanya, meski demikian hanya mengisyaratkan di sekitarnya, bahwa itu mungkin sebuah mayat.

Orang laki-laki itu melangkah ke tandu, meletakkan tangannya ke dahi, kemudian berjongkok, dan berdoa. Pemimpin perahu memberi isyarat dengan tangan kepada tukang pikul, agar meninggalkan ruangan, mereka keluar menghalau bocah-bocah laki-laki, yang masih berkumpul di luar, dan menutup pintu. Orang laki-laki itu tampaknya juga tak diam sepenuhnya, dia memandang pemimpin perahu, menyadari dan pergi ke kamar sebelah lewat sebuah pintu samping. Orang yang tergeletak itu membentur tandu, matanya terbelalak, wajahnya berubah tertawa kecut kepada orang laki-laki di situ dan mengatakan: "Siapa kamu?" - Orang laki-laki yang sedang berlutut itu bangkit tanpa rasa heran dan menjawab: “Wali kota dari Riva."

Orang di tandu itu mengangguk, menampakkan kondisi lengannya yang lemah di kursi dan berkata, setelah memenuhi undangan wali kota: "Saya tahu, tuan wali kota, tapi awalnya sekejap saya selalu lupa semuanya, bagi saya semuanya terjadi sesuai urutan dan itu lebih baik, saya tanya, walau pun saya sudah tahu semuanya. Juga Anda mungkin sudah tahu, bahwa saya pemburu Gracchus".

"Tentu," kata wali kota. "Anda memberitahu saya malam hari ini. Kami tidur pulas. Di tengah malam istri saya memanggil: "Salvatore", -itu nama saya- "lihatlah merpati di jendela!" Itu benar-benar seekor merpati, tapi besar seperti seekor ayam. Merpati itu terbang ke telinga saya dan berbisik: "Besok datang seorang pemburu Gracchus yang sudah mati, sambutlah dia atas nama seluruh warga kota." Pemburu itu mengangguk dan menarik ujung lidahnya melalui di antara kedua bibirnya: "Ya, merpati-merpati itu sebelumnya terbang menghampiriku. Yakinkah Anda, tuan wali kota, bahwa saya harusnya tinggal di Riva?" "Saya belum bisa menjawabnya," jawab wali kota. "Anda sudah mati?" "Ya," kata pemburu, "seperti yang Anda lihat. Beberapa tahun lalu, tapi pastinya sudah bertahun-tahun, saya tergelincir dari sebuah batu wadas di Schwarzwald - itu di Jerman, ketika saya menguntit seekor kambing gunung. Sejak itu saya mati." "Tapi Anda masih hidup juga," kata wali kota.

"Boleh dikatakan begitu," kata pemburu, "agaknya saya juga hidup. Perahu yang mengantar kematian saya salah jalan, sebuah putaran yang salah pada setir navigasinya, sebuah ketidak hati-hatian dari pimpinan perahu, membelok ke arah alam kehidupan saya yang indah, saya tidak tahu, apa itu, yang saya ketahui, bahwa saya tinggal di bumi dan bahwa perahu saya sejak itu telah berlayar di perairan duniawi. Begitulah saya bepergian, yang hanya ingin hidup di pegunungan, setelah kematian saya melewati semua negara-negara di bumi. "Dan Anda tidak punya bagian di akhirat?" tanya wali kota dengan dahi mengkerut. “Saya,“ jawab pemburu, "selalu di tangga besar, menuju ke atas. Pada tangga yang luas tak terbatas itu saya berkeliling, kadang ke atas, kadang ke bawah, kadang ke kanan, kadang ke kiri, selalu saja bergerak. Dari seorang pemburu berubah menjadi seekor kupu-kupu. Anda jangan tertawa." "Saya tidak tertawa," wali kota itu membatinnya saja. "Sangat bisa dimengerti," kata pemburu. "Saya selalu bergerak. Tapi saya melompat jauh dan di atas pintu saya tersorot, saya bangkit dari usia saya, sudah di dalam perahu air yang sunyi di suatu daratan. Kesalahan fatal kematian saya yang sekali itu, saya meringis di bilik perahu. Julia, istri pimpinan perahu mengetuk pintu dan membawakan saya minuman pagi negeri itu ke tandu saya, kami segera melayari ke pesisir itu. Saya berbaring di sebuah balai-balai kayu, tapi saya tak merasa nyaman, memandang berlama-lama - sebuah pakaian mayat yang kotor, rambut, jenggot, abu-abu dan hitam, tak bisa dibereskan berantakan, paha-paha saya ditutupi dengan selendang perempuan panjang berhiaskan bunga sutera besar. Di depan kepala saya terletak sebuah lilin gereja dan menyala ke arah saya. Di dinding seberang saya terdapat sebuah foto kecil, jelas seorang dari semak belukar, yang memegang tombak mengarah ke saya dan kemungkinan di belakang ditutup dengan plang bergambar menakjubkan. Orang yang bertemu di perahu kadang menggambarkan hal yang tolol, tapi ini adalah yang paling tolol. Kalau tidak, keranjang kayu saya ini akan sama sekali kosong. Lewat sebuah lubang di sisi dinding mengalir udara malam yang panas dari arah selatan, dan saya dengar air mengombang-ambingkan tandu tua. Di sinilah saya tinggal sejak dulu, ketika saya masih hidup menjadi pemburu Gracchus, di rumah di Schwarzwald saya menguntit kambing gunung dan terperosok. Semuanya kembali normal lagi. Saya membuntuti, saya jatuh, mati kehabisan darah di jurang dan tandu ini seharusnya membawa saya ke akhirat. Saya masih ingat, betapa senangnya saya di sini pertama kalinya terlentang di balai-balai. Tak pernah pegunungan ini mendengar nyanyian saya, seperti dulu empat dinding-dinding yang masih remang-remang.

Saya dulu senang hidup dan senang mati, saya terlempar bahagia, sebelum saya masuk di pinggir perahu, mengumpulkan kaleng-kaleng bekas, tas-tas, senjata pemburu di depan bawah saya, saya selalu bangga memakainya, dan menyelinap di pakaian mayat, bagaikan seorang gadis yang mengenakan pakaian perkawinan. Di sini saya berbaring dan menunggu. Dan terjadi musibah". "Sebuah nasib yang malang," kata wali kota menampik dengan mengangkat tangan. "Dan Anda tak merasa bersalah?" "Tidak," kata pemburu itu, "saya pemburu, apakah itu sebuah kesalahan? Sudah ditakdirkan saya sebagai pemburu di Schwarzwald, dimana dulu masih terdapat serigala. Saya bersembunyi untuk mengintai, menembak, bertatapan, diambil kulitnya, apakah itu salah? Pekerjaan saya telah direstui. `Pemburu terbesar di Schwarzwald adalah saya.` Apakah itu sebuah kesalahan?"

"Saya tak punya tugas untuk memutuskan hal itu," kata wali kota, "toh juga tak terdapat kesalahan pada saya. Tapi siapa yang bersalah?"

"Orang di perahu," kata pemburu. "Tak pernah dibaca orang, apa yang saya tulis, tak pernah ada orang datang, membantu saya; sebenarnya menurut hukum ada orang yang membantu saya, semua pintu rumah terkunci, semua jendela tertutup, semua tertidur, selimutnya menutup kepala, sebuah pondokan malam di seluruh bumi. Itu hal yang baik, sehingga tak seorang pun tahu tentang saya, mengertikah dia dari saya, sehingga dia tak mengerti dimana persinggahan saya, dan tahukah dia persinggahan saya, tahukan dia, bila saya tak menetap lama di sana, tidak tahukah dia, bagaimana membantu saya. Pemikiran untuk membantu saya, adalah sebuah penyakit dan harus berbaring di tempat tidur untuk disembuhkan.

Itu saya tahu dan juga tak perlu berteriak, meminta bantuan, bila saya sendiri sementara ini - tak berkuasa seperti saya, contoh langsung sekarang - sangat prihatin. Tapi cukup senang untuk mengusir pemikiran seperti itu, bila saya melihat sekeliling dan membayangkan saya, dimana saya berada - saya bisa menganggap gembira - sejak berabad-abad saya tinggal."

Luar biasa," kata wali kota, "luar biasa." Dan sekarang Anda memperingatkan pada kita untuk tinggal di Riva?"

"Saya tak memperingatkan," kata pemburu tertawa dan sambil membenarkan ejekannya, tangannya ditaruh di lutut wali kota. "Saya di sini, saya tidak tahu lebih banyak, lebih dari itu saya tidak bisa lakukan. Perahu saya tanpa setir, perahu itu berjalan dengan kekuatan angin, yang bertiup pada bagian daerah terbawah kematian.



^0O0^



6. "Surat untuk Ayah" (Brief an den Vater)
Ayah yang terhormat,
Kau pernah tanya saya, mengapa saya merasa takut dengan kamu. Saya tidak tahu, seperti biasa, apa yang saya jawab, sebagian besar dari ketakutan kepada kamu dan sebagian karena akibat dari takut itu begitu banyak kerumitan saya sehingga menghalangi berkata...kau menginginkan saya menjadi anak yang kuat dan pemberani...saya ingat, misalnya; bagaimana ketika kita tidak saling berpakaian di kamar ganti. Saya kurus, lemah; kamu kuat, tinggi, besar...sekarang dibandingkan dengan saya, kau sungguh sering mengagumkan benar,...saya juga harus mengakui sering menyakiti kamu dengan ucapan, tapi kemudian saya tahu, saya tak bisa menarik kata-kata itu lagi...selamanya saya tak bergembira: antara pilihan saya mengikuti perintah kamu, yang sudah tak menggembirakan atau saya menerima tantangan, yang tak menyenangkan, bagaimana saya berani menolak kamu...selama masa kanak-kakak saya, hanya karena rasa salah yang mengitari telah mempengaruhi ketidak harapan kita, kamu dan saya...pembicaraan damai yang tak memungkinkan: saya kehilangan kemampuan bicara, saya tak bisa berpikir apalagi bicara di hadapan kamu. Dan karena kamu lah yang membesarkan saya, yang kemudian mempengaruhi kehidupan saya. Benar-benar sebuah kesalahan, bahwa kamu mengira saya tak pernah mematuhi kamu. "Selalu menentang segalanya", adalah benar-benar bukan prinsip kehidupan saya terhadap kamu. Kebiasaan komentar kamu kepada juru tulis kita yang menderita penyakit tebese; "Biarkan dia mengaok, anjing sakit itu". Kamu juga memanggil pegawai kamu "Musuh Bayaran", dan ini situasinya dulu, meskipun sebelumnya mereka sudah di perlakukan begitu, kamu di mata saya, justru sebagai "Musuh Bayaran" dari mereka. Begitulah, saya banyak belajar, bahwa kamu berlaku tak adil...kamu hanya menunjukan masa kanak-kakak saya, bahwa ajaran Yahudi lah yang paling benar, selain itu adalah tak berguna, (sebenarnya kamu tak memusuhi Yahudi, tapi memusuhi saya)...saya melihat sebuah ketidak mungkinan perkawinan saya, sejauh ini bagaikan sebuah teror kehidupan saya, bagi saya sebuah yang tak berpengharapan. Perkembangan anak begitu lamban...mengapa kemudian saya tidak kawin? Hambatan yang utama, bagaimanapun, karena tak beruntung merdeka dari masalah pribadi, saya benar-benar tak mampu kawin secara spiritual. Kesadaran ini kenyataanya sekarang, saya putuskan untuk kawin, saya tak dapat tidur nyenyak, kepala saya terbakar siang dan malam, kehidupan yang tak lama, saya membuat keputusasaan. Saya mengajak berperang satu sama lain, tapi ada dua jenis perang. Perang secara kesatria, permusuhan yang independen terhadap kekuatan kita, setiap orang untuk dirinya, kekalahan untuk dirinya, menang untuk dirinya.

Surat Kafka untuk Ayahnya Herman Kafka itu ditulis pada bulan November 1919 dan belum pernah diberikan Ayahnya. Baru pada tahun 1937 Surat itu diterbitkan secara lengkap. Surat tersebut di tulis lebih dari seratus halaman sebagai upaya pendobrakan terhadap kebesaran figur Ayah yang otoriter. Surat itu di tulis Kafka secara sistematis; tentang masa kanak-kakak yang lemah, pengaruh Yahudi, ketakutan dalam perkawinan, juga perlakuan tak adil Ayah Kafka dengan pegawainya. Inti surat itu berisi pergolakan kedua insan manusia antara yang kuat dan yang lemah. Surat untuk Ayah ini menjadi sangat penting, karena banyak peneliti karya Kafka sering mengkaitkan karya-karya Kafka dengan Surat untuk Ayahnya.

7."Surat untuk Milena" (Brief an Milena)
Yang tercinta Nyonya Milena,
Saya menulis untuk kamu dari Praha dan kemudian dari Meran. Saya tak mendapatkan jawaban. Sekarang secarik kertas ya tak membutuhkan jawaban segera, dan bila kamu diam tak lain adalah sebagai simbol keadaan yang baik, sering muncul keengganan dalam bersurat, sehingga saya benar-benar puas. Tapi itu juga mungkin- dan oleh karenanya saya menulis- bahwa surat saya kepada kamu sepertinya telah melukai (yang mana terhadap semua keinginan saya, secara kasar yang saya tulis, bila itu harus terjadi) atau kebebasan menjadi lebih buruk, bahwa bisa bernafas lega sebentar dari yang kamu tulis, mungkin sudah lewat dan mungkin waktu yang tidak tepat untuk kedatanganmu. Kemungkinan pertama, saya tidak tahu apa yang dikatakan, begitu jauh jaraknya dari saya dan semuanya yang lain begitu dekat, kedua kemungkinan itu saya tak bisa meramalkan-bagaimana saya bisa meramalkan?-melainkan hanya bertanya; Mengapa kamu tidak pergi lebih jauh keluar dari Wina? Kamu bukan tak memiliki kampung halaman seperti yang lainnya. Akankah kamu singgah di kekuatan baru Böhmen? Dan bila kamu punya alasan lain yang saya tidak tahu, mungkin tidak ingin ke Böhmen, kemudian kemana, mungkin ke Meran juga bagus. Tahukah kamu itu? Saya juga menunggu dua kemungkinan. Antara tetap diam, artinya: "Jangan khawatir, saya baik-baik saja". Atau menulis beberapa baris.
Salam Kafka

Ada yang kurang, bahwa saya sebenarnya tidak dapat mengingat lagi wajah kamu secara rinci. Hanya bagaimana kamu berada dan meninggalkan meja warung kopi, rupa kamu, pakaian kamu, itu yang masih saya ingat.(Tamat)

Surat lengkap pertama ini di tulis oleh Kafka untuk Milena di awal tahun 1920. Dan diteruskan dengan puluhan surat yang mencerminkan; gairah, ketakutan, dan kelemahan. Kafka menulis; "Kamu tahu, bagaimana saya membenci menulis surat". Semua ketidak bahagiaan Kafka berasal dari surat atau mungkin dari menulis surat. Berkali-kali Kafka mengeluh sendiri bagaikan; "Hidup yang tidak berkehidupan". Hidup tidak harus lebih dari dua jam, seperti menulis surat sebanyak dua halaman. Bila Kafka menulis surat untuk Milena, artinya Kafka sedang melepas hantu, dimana sedang di tunggu dengan cemas, ciuman tertulis itu tak menuju ke tempat Milena, melainkan di ambil oleh hantu di jalan. Kafka meminta Milena untuk tak sering menulis surat; "Surat yang datang tiap hari tidak memperkokoh, justru makin memperlemah". Kafka lebih lanjut mengatakan; "Bila tak ada surat datang, saya menunggu, bila ada surat datang, saya mengeluh". Kafka juga memuji Milena lewat suratnya pada Brod; "Dia bagaikan api yang menyala, sepertinya saya tak pernah bertemu...disamping lembut, pemberani, pandai..."

Milena menulis surat pada Brod; "Kafka dapat tenang di samping saya, dia dalam beberapa hari ini sudah kehilangan rasa takutnya. Kita tahu bila Kafka tidak impoten, tapi ketakutan akan impoten selalu membayangi dan mempengaruhi".

Ranicki berpendapat; "Daya tarik Milena pada Kafka pertama kali hanyalah ingin mencari uang pada terjemahan prosa Kafka, kemudian tertarik secara pribadi, disamping Kafka sudah menjadi sastrawan yang dikenalnya. Kafka memerlukan Milena bukan hanya sebagai proyek datar untuk visinya, melainkan utamanya juga sebagai figur lawan-sebagai eksistensi tubuh yang menyejukkan dan membanggakan. Semua pacar Kafka adalah orang Yahudi (Felice Bauer, Grete Bloch, Julie Wohryzek, Dora Dymant), kecuali Milena non Yahudi. Juga suami Ottla yang bukan orang Yahudi, kesemuanya ini menambah takut Kafka, sehingga dilihatnya Milena seperti berada pada ujung dunia yang berbeda.