Selasa, 16 Desember 2008

[Tengok Franz Kafka di Praha] Sastra di Warung Kopi

Dalam kunjungan saya di Praha, di sana hidup orang Ceko, Jerman dan Yahudi saling bergandengan, tanpa saling menginjak jari kakinya. Mungkin mereka tidak saling memahami bahasanya, namun bukankah di pohon yang besar itu juga terdiri dari Burung yang tak mengerti bahasa Tupai, juga tak mengerti bahasa Tikus yang mendekam di akar pohon, tapi mereka hidup saling berkecukupan. (Oskar Kokoschka)

Ada satu yang kurang, bahwa saya tak bisa membayangkan wajahnya yang mendetail itu. Hanyalah ketika dia meninggalkan meja warung kopi, sosoknya, pakaiannya, yang masih bisa saya lihat. (Tulis Franz Kafka pada surat keduanya pada Milena)

Warung Kopi yang ternama adalah Arco, disitu kawan-kawan berkumpul menghabiskan malam yang hangat, dan memikat, (Celoteh Karl Kraus)

"Di warung kopi itu, karya sastra di buat, di koreksi, di bicarakan atau berlagak bermain sandiwara keluarga, menangisi sebuah kehidupan, menyindir kehidupan. Di warung kopi itu, orang-orang makan dengan mengutang, hidup dan bermalas-malasan untuk mengusir sang waktu", ungkap seorang pengarang wanita Ceko yang terbunuh tahun 1944, yang juga kawan Milena Jesenkà.

Penyair Maria Rilke mengungkapkan perihal warung kopi;...Warung kopi Slavia: tempat berkumpulnya para penyair dan pelukis, bintang film dan mahasiswa. Sehabis nonton teater, tampak muka-muka murung, dan bila mereka saling menyapa, tersenyum dengan kejengkelan. Mereka berpakaian sangat mencolok atau seadanya tanpa banyak menghiraukan, pada penampilan pertama sulit diketahui kumpulan apa itu. Pertama minum-minum teh atau bir Budweiser suatu pertanda pembuka, bahwa kesamaan dalam pikiran telah dicampakkan, makin banyak peminat dan makin maju pembicaraannya, makin lama makin seru bahwa kemauan puncak bukanlah sebagai kegentingan belaka dan bahwa mereka tidak duduk berdampingan sebagai khayalannya".

Warung kopi Arco adalah untuk kumpulan orang-orang Jerman, dan warung kopi Union untuk mangkal sastrawan Ceko, sedang warung kopi Slavia tempat berkumpul berbagai kelompok netral. Khusus warung kopi Slavia ini tempatnya yang romantis dekat dengan tempat pertunjukan teater, kantor penerbitan, atau redaksi koran. Seperti warung kopi di Berlin Cafe Grössenwahn atau warung kopi Central di Wina. Tempat tempat itu biasa untuk bertemu para seniman terkenal, sebagai tempat berpolemik satu sama lainnya dan juga menyebarkan skandal. Warung kopi adalah tempat untuk bersantai, tapi juga tempat untuk saling membagi berita dan mencari lowongan kerja. Tanpa memperdulikan asap rokok dan suara bising saling ngobrol, disinilah tumbuh kelompok seniman, pembuatan program, membaca dan mengedit koran dan bacaan, menterjemahkan sajak-sajak dan menemukan dunia setiap hari menjadi baru lagi - warung kopi bisa membangkitkan suasana tersendiri, tanpa melakukan apa-apa dan memberi daya inspirasi yang mengagumkan.

"Di warung kopi ini, orang berdiskusi, berencana, berdebat dengan penuh gairah dan koran erotis "La vie parisienne" berpindah dari tangan satu ke tangan yang lain. Dan hari-hari berikutnya lenyap, mirip sebuah bendera rezim dari Batalion" tulis Jaroslav Seifert, seorang penyair yang menjadi tamu langganan di warung kopi Union.

Warung kopi Slavia yang paling indah terletak di sungai Moldau dan berhadapan langsung dengan teater nasional. Rilke dan kawan-kawan penyair lainnya paling suka menikmati di warung kopi ini sambil memandang sebuah kuil indah disamping kwalitas hidangan dan pelayanannya sangat baik. Di warung kopi Arco penyair-penyair muda dari kalangan Praha sendiri mulai bertemu di sini sejak tahun 1908, mereka membaca majalah-majalah sastra atau melakukan aksi deklamasi dari karya-karyanya anak muda sendiri. Diantara sastrawan Jerman yang menonjol dan diakui adalah Franz Werfel, yang dipuji sebagai sastrawan berotak cemerlang. Kelompok kawan-kawannya antara lain; Willy Haas, Paul Kornfeld, Max Brod, Oskar Baum dan Franz Kafka. Sebuah karya pertama yang sensasional muncul dalam buku kumpulan penyair berjudul "Kawan Dunia" (Der Weltfreund). Pada masa sekarang ini, sudah tidak jamannya lagi sastrawan menggarap karya sastranya siang dan malam dihabiskan di meja tulis di rumah, tapi mereka bertemu sesama kawannya dan saling minum kopi menemukan lompatan ide-ide baru, karena koran kadang di warung kopi itu tak ada, sehingga aroma kopi makin bertambah nikmat. Beberapa sastrawan Ceko yang ber exil antara lain; Ota Filip (lahir 1930), dengan berbagai argumennya dengan pemerintah monarki hingga akhir tahun 1960-an, Filip juga di kejar rezim komunis. Nasib Filip sama dengan Ludvik Vaculik (lahir 1926), harus exil karena dia menuntut dengan membuat sebuah Manifesto 2000 Kata yang di Ceko sendiri tak boleh di publikasikan, juga romannya berjudul "Kampak" (Das Beil) yang sudah dipublikasikan ke dalam beberapa bahasa. Milan Kundera (lahir 1929) dengan memakai paspor Perancis, dia pergi ke Paris sejak 1981. Penulis berbahasa Perancis ini menjadi populer berkat karyanya berjudul Ekistensi Ringan Yang Tak Tertahankan (Die unerträgliche Leichtigkeit des Seins) bahkan karyanya itu menjadi bestseller dunia. Peraih hadiah nobel sastra dari Cekoslowakia pada tahun 1984 adalah Jaroslav Seifert (1901-1986) yang memancarkan lampu terang dunia sastra ke luar Cekoslowakia. Sejak muda dia sebagai penyair yang aktif di partai komunis dan mengadakan perombakan pada sistem teror dari Stalin. Dia salah satu orang penting dalam peristiwa musim semi Praha tahun 1968 dan termasuk ikut memberi tanda tangan pada Charta 77, hingga akhir hayatnya dia aktif di politik. Salah satu sajaknya dijadikan sebuah lagu Himne keindahan kota.

Tidak ada komentar: