Selasa, 16 Desember 2008

[Tengok Franz Kafka di Praha] Pengantar

Tengok Franz Kafka di Praha

Oleh: Sigit Susanto

Tulisan berikut berdasarkan perjalanan saya dan istri ke negeri republik Ceko selama empat hari (11-14 Agustus 2001). Hari pertama, kami mengunjungi ibu kota Praha di gang Golden Rumah Ottla, adik kandung Kafka. Hari kedua, kami berziarah ke Kuburan Yahudi di Zizkov sebagai peristirahatan Kafka yang terakhir. Sore hari kami mengunjungi Rumah Kelahiran Kafka di gang Karpfer/Maiselova. Hari ke tiga, kami menyusuri jalan Nerudova, bekas bagian kota Kleinseitner yang miskin, serta makan siang di Warung Kopi Slavia (Slavia Cafe) di pinggir sungai Moldau, tempat Kafka bertemu sesama kawan sastrawan. Hari ke empat, kami mengunjungi Apotik Einhorn di kota tua Ring 17, di tempat ini pada tahun 1910 Kafka bertemu kawannya Max Brod dan Albert Einstein, kemudian kami menikmati panorama Jembatan Karl yang sangat indah, serta terakhir mengunjungi Taman istana presiden Vàclav Havel, yang juga seorang penyair. Sekitar 500 meter (10 menit) dari istana presiden, terdapat restoran Indonesia Indonéska Restaurace Sate yang dikelola oleh bekas mahasiswa Indonesia yang dikirim presiden Soekarno tahun 1961.

Kereta api ICE (Inter-City Express) milik Jerman membawa kami dari stasiun kota Zürich-Switzerland. Menariknya kereta api cepat Jerman itu, selalu diberi nama sastrawan atau seniman bangsanya. Ada ICE yang bernama Hermann Hesse, Wolfgang Goethe, Fontana dan sebagainya. Kereta api yang kami tumpangi bernama Paul Klee, meninggalkan stasiun Zürich jam 21.00, dalam waktu satu jam saja, kami sudah memasuki perbatasan negeri Jerman, tiga jam kemudian kami sudah tiba di stasiun Stuttgart dan harus ganti kereta api ke jurusan Praha. Sekitar satu jam kami hanya jalan-jalan di dalam stasiun Stuttgart, Jerman, lalu kami melanjutkan perjalanan ke Praha dengan kereta api yang gerbangnya dibagi-bagi dan diatur sedemikian rupa sebagai tempat tidur. Satu ruangan kecil itu bisa untuk tidur enam orang. Sekitar jam 04.00 kami dibangunkan oleh petugas, ternyata dua orang polisi datang memeriksa paspor kami, polisi Jerman itu tak tertarik dengan paspor kami, karena toh tujuannya ke negeri Ceko, hanya polisi Ceko yang memeriksa amat teliti paspor saya berwarna hijau tua itu dan dia menekan alat elektronik sejenis komputer yang digantungkan, lalu pergi. Istri saya membisiki, pemeriksaannya mirip di perbatasan Jerman timur (DDR) dulu, kalau dalam foto paspor terdapat kumis atau jenggot, namun pemilik paspor tak punya kumis atau jenggot, bisa jadi masalah besar. Sebelum memasuki kota Praha, matahari menerobos kaca jendela, kami bangun melihat rumah-rumah indah kecil di pinggir sungai mirip rumah-rumah di kota Volendam di Belanda. Tampak juga beberapa pabrik tua yang tak terawat serta beberapa orang sedang mancing di sungai dengan prau. Sekitar jam 06.30 kami tiba di stasiun kereta api Praha.

Tidak ada komentar: