Senin, 10 Juni 2013

Doktor Kafka dan Dora




(Novel Biografi)




Judul: Keindahan Hidup (Die Herrlichkeit des Lebens)


Penulis: Michael Kumpfmüller


Tebal: 238 hal


Penerbit: Kiepenheuer & Witsch, 2011




Novel ini ditutup dengan penjelasan dan ucapan terima kasih ke berbagai pihak. Dijelaskan oleh penulisnya bahwa tukar-menukar surat antara Kafka dan Dora tak bisa ditemukan. Dora Diamant pada musim panas 1924 membawa 20 buku catatan dan 35 surat dari Kafka ke Berlin. Pada tahun 1933 Gestapo (Geheime Staatspolizei), polisi rahasi resmi Nazi melakukan penyelidikan dan semua dokumen tersebut dilenyapkan. Dora tinggal di Jerman sampai tahun 1936, kemudian pindah ke Soviet selama 3 tahun. Sebelum Perang Dunia II meletus, ia beremigrasi ke Inggris. Di Inggris pada usianya yang ke 54 tahun, tepatnya bulan Agustus 1952 ia meninggal. Hermann Kafka, ayah Kafka hidup sampai tahun 1931 dan Julie Kafka hidup hingga tahun 1934. Ketiga adik perempuan Kafka, Elli, Valli dan Ottla juga keponakannya Hanna telah dibunuh oleh Nazi tahun 1942/1943 di Chelmno dan Auschwitz.






Ada tiga perempuan yang pernah bersinggungan dengan Kafka secara intens dalam arti menjadi pacar dan istri. Itu dibuktikan dengan surat-surat Kafka yang sudah dibukukan kepada ketiga perempuan tersebut.


Pertama, Felice Bauer sebagai pacar dan pernah bertunangan 3 kali, tapi selalu batal. Surat-surat yang ditulis Kafka kepada Felice Bauer itu setebal 759 halaman.


Kedua, Milena Jesenska sebagai penerjemah karya Kafka ke dalam bahasa Cheko, dan sebagai pacar gelapnya, mengingat Milena sendiri punya suami. Surat-surat Kafka kepada Milena tebalnya 349 halaman.


Ketiga, Dora Diamant, sebagai pengasuh anak-anak Yahudi dan menjadi istri hingga Kafka meninggal.




Pada umumnya seorang sejarawan, tidak suka dengan novel sejarah. Ia anggap, sejarah aslinya lebih riil ketimbang dibuatkan cerita novel. Pertanyaannya, bagaimana kalau dokumen sejarah hubungan Kafka dan Dora itu dilenyapkan oleh intelejen Nazi? Tentu saja, kisah dalam novel yang mendekati kisah kehidupan sang tokoh, seperti Kafka ini sangat membantu untuk mengetahui kronologinya. Michael Kumpfmüller, seorang pengarang Jerman bisa disebut cukup berhasil merekonstruksi pijaran hidup Kafka dengan Dora Diamant. Kemungkinan besar ia telah mengumpulkan bahan dari berbagai sumber seputar kisah hubungan Kafka dan Dora. Tak hanya sebatas balada kisah cinta berdua, namun cara ungkap Michael, sangat menjaga jarak, sehingga ini sebuah novel biografi yang remang-remang. Michael sepertinya mendalami gaya penulisan Kafka yang dikemas dengan bahasa yang jelas seperti kristal, namun maknanya bercabang dengan samar mendekati abstrak. Wajah penulisan yang banyak simbol ini, cenderung memberi nuansa menjaga jarak dengan setiap peristiwa riil dan memang begitulah cara Kafka memandang sebuah kejadian, hingga tertuang dalam karya.




Contoh sederhananya, Michael menyebut sang tokoh Kafka di permulaan dengan Doktor. Memang benar, Kafka memperoleh gelar doktor pada ilmu hukum. Separuh ke belakang pada novel ini, Michael berganti bukan lagi sebut Doktor, namun Franz. Seluruh novel ini tak ada tokoh protagonisnya dengan terang-terangan disebut Franz Kafka atau sekadar Kafka. Adapun Dora Diamant, lebih sering disebut dengan nama depannya Dora.




Judul novel ini adalah Kindahan Hidup (Die Herrlichkeit des Lebens). Judul ini pun Michael tidak mengarang sendiri, melainkan ia mencomot dari sebuah buku harian dari Franz Kafka pada tahun 1921. Sehingga pada halaman awal satu paragraf teks pada buku harian itu ditampilkan.




Dikisahkan, Doktor dengan adik-adik perempuannya, Elli, Valli dan Ottla serta keponakannya berlibur di pantai Ostsee, Skandinavia. Pada liburannya itu untuk mencari suasana baru dan udara segar, mengingat Doktor sejak setahun lalu mengajukan pensiun muda. Alasannya tak lain karena penyakit Tuberkulosis (TBC) yang sering kumat. Di pantai Doktor menulis surat ke kawannya Robert dan Bermann, kalau di laut ada hantu.








Michael sedikit membuat terobosan kreatif dalam menuliskan setiap bab baru. Kalimat pertama pada setiap bab baru itu, memakai huruf kapital sampai koma, dilanjutkan dengan huruf biasa. Model ini sesungguhnya bukan baru, setidaknya James Joyce pada cerpennya berjudul Araby dalam kumpulan cerpen Dubliners. Joyce membuka dengan NORTH RICHMOND STREET, being blind,….Selain itu pada novel ini tak mengenal tanda baca terutama dalam dialog. Hal ini memang agak umum, namun membuat pembaca lebih bebas menafsirkan jenis dialog dan narasi yang samar, namun bisa dipisahkan.




Di pantai itu Doktor sering mendengar suara teriakan anak-anak. Setelah ia perhatikan ternyata anak-anak itu berasal dari Berlin. Mereka adalah anak-anak Yahudi yang ditinggal orang tuanya dalam Perang Dunia I. Doktor itu melihat pengasuh anak-anak Yahudi itu dan berkenalan. Pengasuh anak-anak itu bernama Dora Diamant. Ia pandai mengurus keperluan anak-anak dari memasak sampai mengasuh bermain. Dora awalnya agak ragu, mengingat Doktor bersama perempuan, yang ia kira istrinya. Perkenalan semakin akrab, setelah tahu bahwa Doktor masih bujang dan perempuan di sebelahnya adalah adiknya bernama Valli, yang suaminya juga ikut di situ bernama Josef.




Doktor menawarkan Dora untuk bertemu lagi di pantai, sedang Dora inginnya bertemu di dapur. Dora tak punya pengalaman dengan lelaki, usia dia baru 17 tahun. Pertemuan kedua itu, Doktor menghujani ribuan pertanyaan, antara lain: dari mana asalnya? Di mana tinggalnya? Pada saat yang sama Doktor memandangi mulut Dora. Diperoleh keterangan, Dora berasal dari kota Krakau, Polandia. Ia melarikan diri dari ayahnya di Krakau dan tinggal di Berlin bekerja untuk Wohnheim, semacam rumah yatim piatu.




Mendengar nama Berlin, Doktor langsung senang. Bahkan tempat kerja Dora itu, sudah diketahui oleh Doktor. (Sebagai catatan, pacar Kafka pertama adalah Felice Bauer yang juga tinggal di Berlin dan Kafka sering mengunjunginya). Dora kaget, betapa Doktor paham sekali kota Berlin.




Adik-adik Doktor senang sekali melihat kakaknya ada tanda-tanda jatuh cinta dengan gadis cantik Dora. Apalagi Doktor dan Dora bertemu setiap hari. Ini di luar dugaan, di saat Doktor lemah untuk istirahat, malah semangatnya melonjak berkat berkenalan dengan gadis Yahudi. Saat jalan-jalan dengan angin kencang Doktor itu benar-benar seperti orang yang baru pacaran, penuh romantika. Ia menanyakan, sekiranya Dora kedinginan atau tak minat melanjutkan jalan-jalan. Dora memperkirakan, sang Doktor berusia tiga puluh tahun, artinya selisih sekitar 10 tahunan dengan dirinya. Lagian sang Doktor itu punya penyakit, di ujung paru-parunya kedinginan.




Pada akhirnya Sang Doktor dan Dora berpisah dalam liburannya. Keduanya bersepakat untuk melanjutkan pertemuan di Berlin. Dora menggeleng-gelengkan kepalanya, sebagai isyarat betapa bahagianya. Namun Doktor berharap Dora kelak tidak kecewa dengan kondisi dirinya yang sakit, seorang pensiunan yang baru berjalan setahun. Doktor merasa takut, kalau Dora nanti kecewa dengan dirinya. Ia ragu-ragu dan mulai jarang bisa tidur dan kepalanya pusing.




Pada akhirnya Doktor datang di Berlin dan tinggal bersama Dora. Apartemen yang mereka sewa kecil saja. Sayangnya pemilik apartemen, seorang ibu yang antisemitisme. Dora pernah mengalami pengalaman pahit, diludahi oleh anak muda di depannya. Tapi Dora sangat polos, ia tak tahu apa yang harus dilakukan.




Dora saat ini sudah berusia 25 tahun, Sang Doktor 15 tahun lebih tua, yakni 40 tahun. Di rumah Doktor bisa memegang Dora kapan saja, tapi ia hanya memandangi. Doktor sering menulis surat untuk sahabatnya dan keluarganya di Praha. Ia tulis sebuah kalimat, jika aku berjalan lewat rambutmu, dalam pikiranku yang capai, aku bahagia, tapi sepertinya itu tak sesungguhnya. Seluruh kehidupanku itu tidak nyara, bagaimanapun akan dimulai, selama mulai hidup denganmu, tapi tanpa ragu, itu kenyataan.




Di Berlin Doktor dan Dora mendapat kunjungan dari Max dan pacarnya Emmy, (Catatan kecil, Max dimungkinkan adalah Max Brod, alter ego Kafka di Praha). Max sempat kaget melihat tubuh Doktor tak seperti yang ia lihat sebelumnya. Doktor mengakui beratnya cuma 59 kg. Di Berlin ini Doktor juga sudah menulis tema koloni. Pernah ia baca surat Dora sambil berdiri di jendela. Surat itu ditulis Dora dari pantai, sambil memikirkan Doktor. Dora sebut,….pasir memikirkan kamu, air dan panti anak-anak, meja dan kursi-kursi, dinding di kamarku, bila aku di malam hari tak bisa tidur dan menyadari, dimana kamu akan rindu.


Doktor membayangkan kenalan dengan cewek-cewek sebelumnya. Sejak cewek berinisial M yang berusia 20-an tahun, F juga berusia 20-an tahun, Julie yang sedikit lebih tua, dengan cewek Swiss yang bukan Yahudi seperti cewek M yang non Yahudi.




Tak terasa 3 bulan pertama sudah berlalu di Berlin. Suatu kali Doktor menandatangani kontrak dengan penerbit. Meskipun Doktor pernah punya bekas pacar Felice Bauer yang tinggal di Berlin, tapi ia tidak ingin menemuinya. Selain Felice sudah bersuami dan punya anak.




Michael sampai di sini merubah dari nama tokoh Doktor menjadi Franz. Franz sebut, jika sedang nulis, dirinya bertemperamen buruk. Franz dan Dora sering bermain fantasi. Mereka memimpikan bisa suatu saat kembali ke Palestina di kota Haifa atau Tel Aviv. Di sana mereka hendak membuka restoran. Dora sebagai juru masak dan Franz sebagai pelayan di restoran. Sebagai pelayan restoran yang tak kenal isi dunia. Fantasinya itu membuat keduanya tertawa sendiri. Franz akui sejatinya dulu ingin menjadi seorang tukang kebun.



Surat Boneka
Suatu hari Franz dan Dora jalan-jalan di taman. Di situ ada anak kecil yang sedang menangis karena kehilangan bonekanya. Anak kecil itu bernama Katharina dengan panggilan Katja. Sedang boneka yang hilang itu bernama Mia.




Bocah berusia enam atau tujuh tahun ini tampak gusar, karena bonekanya dicari ke sana kemari tak ditemukan. Melihat kejadian itu, secara spontan Franz berlutut di depan bocah itu sembari berfantasi, “Aku tahu di mana boneka itu berada. Boneka itu mengirim surat kepadaku lewat pos kemarin. Tulisannya agak sulit dibaca. Jika kamu mau, besok suratnya kukasihkan kamu di sini.“




Di luar dugaan, gadis kecil itu berhenti menangis dan mulai percaya apa yang dikatakan Franz. Sejak itu Franz meluangkan waktu selama empat minggu untuk melanjutkan fantasinya sendiri menulis surat imajiner. Isi surat itu disebutkan,




... boneka Mia itu dari taman berjalan menuju ke stasiun. Di stasiun kereta api, dia tak punya uang. Untungnya ada anak muda yang menolong membelikan tiket kereta api. Mia akhirnya berada di pantai selama beberapa hari. Namun di pantai pun ia anggap membosankan. Si Mia ingin pergi ke seberang samudra. Datanglah sebuah kapal dan ia naik kapal pada waktu malam. Mia inginnya akan pergi ke Amerika. Sayangnya, kapalnya hanya mendarat sampai di Afrika.








Begitulah isi tiga pucuk surat tentang petualangan si Mia hingga berlabuh di Afrika. Franz lagi-lagi berada di taman menunggu bocah Katja yang baru pulang dari sekolah. Ia masih belum bisa baca tulisan. Namun Franz menuliskan,




...Mia juga senang bepergian, namun nanti pada perayaan natal ia ingin pulang.




Setelah surat yang kesekian kali, Franz mulai sibuk menulis tema lain, seperti buku harian, surat untuk Max Brod, novel dan coret-coretan lain, itu terjadi tahun 1923 di Berlin.




Katja merespon atas surat-surat itu kepada Franz,...


....jika Mia lebih suka tinggal di Afrika, lalu bagaimana?




Franz menjawab,




...Mia telah jatuh cinta dengan seorang pangeran di Afrika yang tempatnya sangat jauh. Tak apa, selama mereka saling bahagia.




Katja tanya lagi:




...apakah dia lebih mencintai pangerannya atau aku?




Katja setengah ragu untuk mengetahui kebenarannya, bersamaan dengan itu ia mulai meneteskan air mata. Perlahan-lahan ia sudah mulai menurut, ia ikut terlibat emosi, toh di Afrika juga ada pangeran.




Beberapa hari kemudian, kisah detil ini tetap diingat oleh Katja. Franz melanjutkan suratnya yang menyebut,




.....bahwa si Mia selama 24 jam berpikir keras dan diputuskan akan kawin dengan pangeran Afrika.








Bagaimana menutup kisah boneka imajiner ini?




Terjadi dua perbedaan pandangan, antara Franz dan Dora.




Dora menghendaki, agar cerita surat ini lekas selesai,




maka lebih baik beli saja boneka baru dan diberikan ke Katja sambil dijelaskan bahwa sekarang Mia sudah berubah menjadi tua, karena perjalanan panjangnya, tapi tetap bernama Mia.




Franz sebaliknya, ia ingin dalam menutup kisah ini ada sebuah pembelajaran, maka Franz menulis surat penutup,




....aku sangat bahagia. Seandainya aku saat ikut Katja dulu diurus dengan lebih baik, tak mungkin aku akan berkenalan dengan pangeran, tapi hikmahnya baik juga, kalau kamu (Katja) tidak merawatku dengan hati-hati atau sebaiknya tidak?




Dengan kata lain Franz akan bilang secara paralel dengan kehidupan pribadinya,...jika aku beberapa tahun sebelumnya tak terserang tuberkulosis (TBC), kemungkinan besar sekarang aku tidak berada di Berlin bersamamu (Dora). Itu hikmahnya, bahwa tuberkulosis (TBC) atau sebaiknya tidak?




Franz menulis setiap hari dari malam sampai pagi. Tapi sejak bertahun-tahun Franz memang punya penyakit tak bisa tidur malam. Apalagi sekarang di Berlin ini, ranjangnya kecil untuk berdua. Sedang Dora sendiri sejak usia remaja sudah punya ribuan rencana. Ia aktif di kelompok zionis dan suka bermain teater. Pada usia 20 tahun ia pernah minggat dua kali. Dora bercerita kepada kawannya, Judith tentang kebiasaan Franz di rumah. Franz penyuka penyair Jerman Kleist, juga Shakespeare. Ia baca Bruder Karamasow dari Dostojewski. Franz tidak suka karya Karl Kraus, sastrawan Austria.




Terkait buku bacaan Franz ini, sepertinya Michael, sang penulis novel biografi masih kurang lengkap menyebut daftar bacaan kesukaan Franz. Franz Kafka menyukai karya-karya dari Flaubert, bahkan saat membacanya sambil tertawa. Kejadian itu disaksikan oleh Max Brod. Bacaan Kafka lain adalahDavid Copperfield karya Charles Dickens. Kafka akui, tergopoh-gopoh membacaDavid Copperfield. Kafka juga mengagumi karya Johann Peter Hebel.




Dora gambarkan, cara menulisnya di waktu malam seperti sedang membawa palu dan pisau pahat. Dora ibaratkan kertas itu seolah dari batu. Franz sering menulis tentang binatang yang derajatnya paling rendah. Misalnya, kecoak, kera, tikus besar, burung nasar, anjing, dan serigala. Ada kaliamt seperti ini,…..ada apa lagi? Pertama salju itu berjatuhan, itu snagat dingin, jarang ada matahari, tapi akhirnya muncul, dia di rumah terus tanpa pernah ditinggalkan. Kalimat lainnya,……tak banyak yang bisa dikatakan. Di luar sana turun salju, salju di depan jendela itu menari berjam-jam, seolah orang kembali ke masa kanak-kanaknya.


Franz pernah diundang oleh sebuah komunitas untuk membacakan ceritanya bertema kera. Sayangnya Franz sakit sehingga Dora yang mewakili. Pada undangan itu dibacakan karya Franz ynag dibacakan oleh orang lain. Menurut Dora kisah tentang kera itu menakutkan.




Kondisi kesehatan Franz semakin buruk. Mereka mencari jalan keluar, salah satunya berencana pergi ke rumah rehabilitasi penyakit TBC di puncak gunung Davos, Switzerland.




Hidup berdua di Berlin tak membawa perubahan pada kesehatan Franz. Diputuskan, pulanglah Franz sementara waktu ke Praha. Kelak Dora menyusul ke Davos langsung. Namun setiba Franz di Praha, pikiran berubah lagi. Mengingat sulit mencari izin masuk negeri Switzerland. Apalagi Dora, dari Polandia, Eropa timur yang perlu izin tinggal di daratan Eropa.




Akhirnya Franz dibawa ke rumah rehabilitasi di Austria. Beberapa saat kemudian, Dora menyusul. Sesampai Dora di Austria, ia kesulitan mencari alamat. Sehingga ia perlu membaca telegram dari Franz berkali-kali. Tempat yang dituju adalah Pernitz. Bangunan gedung rehabilitasi itu besar seperti kuil yang terletak di gunung. Ketika Dora menjumpai Franz di ranjang, ia tak mengenali lagi. Sepertinya Franz telah berakhir hidupnya, sehingga ia ragu untuk memberi kecupan. Karena tempatnya di gunung dan tak ada penginapan, terpaksa Dora harus menginap di rumah petani yang sederhana.




Tak lama di tempat ini, Franz dipindah ke Wina, dengan pengawasan dari profesor Hajek. Sejak di rehabilitasi Wina ini, Ottla, adiknya Franz dari Praha datang. Ottla adalah adik kesayangan Franz. Ottla sangat gembira, karena kakaknya ditunggui Dora. Begitu pula Dora berkali-kali bilang ke Ottla hendak merencanakan kawin dengan Franz. Di tempat baru ini Dora juga kehabisan pakaian, sehingga perlu Judith, kawannya di Berlin mengirimkan pakaian Dora. Judith, satu-satunya sahabat karib Dora di Berlin juga mengabarkan hal yang buruk. Ia hamil, sedang pacarnya Fritz telah meninggalkannya tanpa tanggung jawab.




Kesehatan Franz tidak semakin membaik. Ia jarang makan dan batuk selama tiga hari bersamaan dengan rasa dingin yang menggigil. Dora tak beranjak pergi. Dora pegang dengan tangan wajah Franz dengan halus, sementara sepanjang waktu Franz tertidur. Menjelang siang, Franz meninggal masih dalam belaian tangan Dora.




Keluarga Franz di Praha sangat kehilangan atas meninggalnya anak sulungnya. Rencana pemakaman menjadi belum jelas, apakah akan dimakamkan di Kierling, Wina seperti usulan paman Franz atau dimakamkan di Praha. Ayah Franz mengirim telegram ke Wina, supaya yang menentukan adalah Dora. Maka Dora memutuskan Franz dimakamkan di Praha.




Sesampai di Praha, Dora menjadi bingung, akan ikut siapa sekarang? Akankah dia tinggal di Praha, lalu dengan siapa lagi? Franz tidak bisa diajak bicara. Apakah ia akan kembali ke Berlin? Di Berlin ia hanya bisa membongkar ulang masa-masa hidup bersama Franz, yang tentu semakin akan merobek angannya.




Menjelang pemakaman Franz, kawan-kawan Franz di Praha mengadakan acara baca karya. Dora merasa tak nyaman, karena ia tak kenal dengan kawan-kawan Franz. Sementara keluarga Franz gencar cerita tentang masa kecil Franz, ketika ia masih menjadi pelajar, ia jalan-jalan di gang-gang, jembatan. Terutama sang ayah merindukan Franz.


Max Brod dan Dora terjadi ketegangan, mengingat Brod mengumpulkan naskah-naskah Franz yang belum diterbitkan. Dora dicecar pertanyaan, sekiranya Dora masih menyimpan novel, fragmen, cerita lain. Tapi Brod tak hanya menanyakan kepada Dora, melainkan ia bertanya ke semua kenalan-kenalan Franz. Dora dalam hal ini agak tersinggung, bagaimana pun toh dia yang paling berhak atas semua karya warisan Franz, mengingat ia istri yang resmi. Namun Dora mengakui dari seluruh karya Franz, ada satu yang paling ia sukai, berjudul Sebelas Anak Lelaki (Elf Söhne). Alasan Dora, cerita itu lah yang paling mewakili dirinya dan Franz.




(Sigit Susanto)


Tidak ada komentar: